Posts

Showing posts from 2006

Ruang Rindu (Lagunya Letto)

Orang lama itu dateng lagi dengan kepala hampir botak, perut lebih njembling dan raut wajah tambah cerah. Ga nyangka kita udah ga ketemu selama 5 taun (kalo ga salah itung). Lucu juga liat kami yang udah sama-sama berubah ini. Udah nggak lagi berada tepat di garis kemiskinan. Setidaknya rada terangkat sedikit, meski cuma 1 milimeter di diagram statistik. Keliatan dari bertambah bulat dan berdagingnya pipi kami sekarang. Apalagi saya. Haha. Yah... pokoknya yesterday once more lah kemaren itu. Saling cerita, berusaha meringkas apa yang telah terjadi selama bertahun-tahun menjadi kisah singkat selama 2 jam dan 4 cangkir capuccino di kafe yang menggantikan warung burjo ketika di Jogja dulu. Makasih ya, Kak Donceh ! (= ps: Ra sah keloro-loro to, Mbak . Mengko tak critani wes!

Narsis Abis!

Abis jalan-jalan ke kampung lama. Iseng, hampir jam 3 pagi nggak tau lagi mo ngapain. Kerjaan beres. Mo pulang nggak mungkin. Ngantuk juga nggak bisa tidur. Otak pun rasanya nggak brenti muter. Mikir nggak penting untuk sesuatu yang nggak penting juga--buat orang, tapi penting buat gwa. Dan ternyata... Ada gwa !!! Ah! Gwa baca-baca lagi deskripsi konyol disitu, dan... Iya. Selain kangen ama mereka-mereka yang merelakan waktu dan tenaga buat bikin entry nadjeez itu, gwa ternyata narsis mengagumi hasil karya mereka! Nadjeez to?! Miz yu ol!!! *I think I need a break from life. A very long one*

Long-lost Self

Rasanya udah lama banget nggak onani otak ngomel-ngomel disini. Kirain nggak ada yang nanggepin. Ternyata di sidebar kotakteriak bermunculan mami tante nini , Ooz cayang dan sendal serta (uhm) idola . Nggak nyangka. Jadi terharu gini gwa. Serasa pengen... eek! Hehe. Makaci semua. Untuk Kalian Saya Ada. Halah! ps: mbah gombal, sekarang tempatku kerja langganan majalahmuw! xixixi...

Ketika Nafasmu Dzikir, Tidurmu Ibadah, dan Doamu Ijabah...

Sepertinya Ramadhan kali ini saya nggak menang. Masih belum bisa tahan diri. Melakukan pembenaran hanya untuk menenggak segelas air dingin di siang bolong. Masih nggak bisa menggigit lidah. Banyak protes. Kurang bersyukur. Menyimpan api dalam sekam bernama dendam. Etc, etc. Kadang sedih merasa ironisnya hidup. Dulu, jaman masih jauh dari ortu dan sering nggak makan, saya amat sangat menikmati indahnya ibadah dan berlapar-lapar dalam ketiadaan sampai penghujung Hari Raya. Di akhir shalat 2 rakaat, berkumpul bersama saudara seiman di lapangan, saya merasa menang karena berhasil melawan segala keinginan yang sesungguhnya nggak perlu. Saya luruh ketika sadar seluruh isi kitab suci habis terbaca. Nikmatnya... Meski nggak tau mau sahur pake apa dinihari nanti akibat defisit berkepanjangan. Namanya aja freelance berkala. Kala-kala dapet job, kala-kala tidak. Tapi saat itu saya merasa betapa Dia sayang saya. Dia beri teman menyenangkan saat saya jadi Petir di kos. Dia mudahkan makanan ke pint

Wasted

Harga cabe melambung tinggi. Kelapa susah dicari. Kolang-kaling, blewah, timun suri dan semacemnya ada di mana-mana. Untuk apa? "Seger-segeran dan 'bales dendam' setelah berlapar-lapar puasa seharian." "Ini perayaan! Setelah sukses melawan hawa nafsu di siang hari, boleh dong kita foya-foya dengan makanan..." Untuk apa? Di kunyah-kunyah, dirasa-rasa--yang hanya bedurasi sekian menit--kemudian masuk perut, dan keluar jadi tai berwarna kecoklatan dan menjijikkan yang kamu buang di toilet? Sementara kamu sibuk bawa tentengan belanjaan yang mahal-mahal untuk hari--yang katanya--fitri itu tapi kamu melengos liat anak kecil berkerumun di jalanan menenteng kemoceng, berharap recehan dari besih-bersih kaca mobil yang berhenti di prapatan? Wasted. Percuma. Padahal kapasitas lambung mengecil setelah sebulan puasa. Jadi... Untuk apa?! Kemudian nanti tiba hari raya Ujung dari bulan Ramadhan Bulan yang paling dipenuhi kemunafikan Dibanding bulan-bulan apapun yang lain Bu

I Live, Therefore I Work, Therefore I Live, Therefore I Work

Bahagialah orang yang hidup dan bekerja untuk orang lain karena dia memberi dan akan dicukupkan dari keringatnya. Celakalah orang yang hidup dan hanya bekerja untuk dirinya karena diri tidak akan pernah cukup mencapai apapun. Dua perempuan duduk berhadapan dengan dua cangkir kopi yang hampir kosong, dua bungkus rokok dan asbak penuh abu di meja kafe. Mereka saling berpandangan setelah beberapa jam ngobrol heboh. Yang satu menatap lurus-lurus ke perempuan di depannya yang memandang balik dan memainkan rokok di sela jemari sambil tersenyum. "Lu kenapa liatin gue terus? Suka?" "Enak aja. Emangnya gue jeruk makan jeruk?! Nggak... gue kagum aja. Akhirnya lo udah mirip wanita karir sekarang. Look atcha! Drastis. Padahal lo pernah bilang nggak mau jual diri dengan menghamba pada jam kantor dan gaji bulanan." "Haha. People change, Baby. Gue juga. Gue harus liat ke depan, nggak bisa selamanya begini terus. Sekarang gue mau numpuk duit banyak-banyak." "Untuk a

Han, Jangan Ketawa. Saya Ngaku Kalah.

Hey, kamu. Saya minta dengan sangat, segenap jiwa raga, sepenuh hati, dengan saksi alam raya dan seisinya... Tolong lepas dari kepala, hati dan hidup saya. Biar saya maju ke depan tanpa menengok ke belakang. Tolong... [as I sit here, powerless, helpless, with your overwhelming image still ramming inside my skull, haunting like a ghost, and getting bigger as I try harder to get rid of you]

Lungkrah, Capek, Sebel

Betapa merusaknya rasa marah terhadap seseorang, seberapapun besarnya cinta yang pernah atau masih ada. Serasa ingin mencengkram, mencabik, melihatnya bergelimang darah, menatap dengan senyum puas ketika ia tercekat waktu nyawa di tenggorok, akibat perkataan maupun perbuatan yang menyentuh harga diri. Karena harga diri adalah harta terakhir perempuan, a woman's last treasure, without which her purse would be empty. Meski sering jadi bumerang. Duh, Han... Redakan hati hamba. Bikin dia terima cobaan dan nikmatMu dengan kesabaran seluas jagat. Buka pikiran dan akal agar bisa menerima dan tetap tegar bertahan, berapa kali pun dihajar rasa kecewa yang bikin murka...

Ah...

Gwa bukan orang yang ngejar sesuatu dengan ngoyo karena gwa jarang kepingin sesuatu dengan amat sangat. Gwa juga bukan orang yang teguh pendirian karena ada masa ketika apa yang gwa percaya berbalik 180 derajat menyerang gwa. Tapi gwa yakin pada usaha. Karena semua memang ada harganya, harus ada usaha. Dari bayi ceprot--bahkan ketika masih di perut--gwa udah usaha. Untuk tetap hidup, diterima di lingkungan teman sebaya, di sekolah, di rumah, di kampus, you name it. Bahkan di komunitas yang menurut gwa nyaman. Meski lahir dengan berat kurang dari 2 kilo, pas gede gwa emang bongsor dan 'lain'. Gwa gak terlahir dengan kaki 2 pasang atau hidung di jidat, tapi gwa selalu dianggap aneh oleh orang yang menganggap diri normal. Oke, gwa terima. Dan gwa--berkali-kali--berusaha untuk jadi so-called normal. Untuk dapetin sepasang sepatu yang biasa dipake temen-temen pun gwa harus usaha ngojek payung biar uang kekumpul dan sepatu kebeli. Gwa nggak nyesel. Itu pelatihan dini untuk gwa yang

??? ....... !!!

"Lo masih sayang ama gwa?" "Jangan tanya itu sekarang. Gwa pusing..." [Dialog post-ciuman antara dua mantan kekasih yang masih berteman baik] "Setiap bibir kami bersentuhan, getar itu masih ada. Perasaan dilempar ke langit terjauh dan terhempas nikmat dengan kepusingan ambrosia yang memabukkan selalu melindap, meski 'persetubuhan kecil' itu sudah keseribu kalinya. Apa perempuan selalu menyerahkan diri dan tubuhnya untuk mendapatkan cinta sementara lelaki memberi cinta untuk mendapat nafsu? Gwa bingung, nih..." Jujur, Sahabat... Gwa juga nggak tau mesti bilang apa... Man sux!

Fur Ooz

Jika kamu merasa menemukan THE One dan terpaksa melepaskannya demi prinsip, nama, etika dan norma... Jika kamu merasa tidak mampu lagi mencintai orang lain sebagaimana kamu pernah mencintai dia, sebaik, seindah, setinggi apapun kualitas penggantinya itu... Jika sesaat kamu pernah merasa separuh jiwamu hilang ketika dia berbalik dan pergi meninggalkanmu untuk mengejar apa yang menjadi mimpinya, kemudian mendapatkan jiwamu utuh kembali dan masih mampu mencintainya bahkan ketika dia tidak lagi menoleh padamu... Jika kamu pernah merasa 'menjadi', ada, berkuasa sekaligus tertaklukkan, bahagia hingga langit ketujuh dan sedih tidak terkira tanpa alasan, melupakan dan terlupakan dunia ketika hanya ada kamu dan dia... Maka nikmatilah! Kamu sedang merasakan salah satu anugrah terbesar dari Dia Yang Paling Maha. Dan ketika kamu tercerabut dan merasa sakit sampai ke tulang sumsum saat semua yang kamu harapkan tidak berbuah kenyataan, maka kenang dan jadilah pemenang. Karena hanya pemenang

Whada Fh...?!

Okay. Another place, another face. Will I keep my sanity and keep the thing that could bring back my pride and joy in seizing the life instead of memorizing the death that have been buried deep inside unnoticed? Blah, blah, blah. Keep on babbling, baby. And keep your eyes shut. At least you have yourself to listen to though nobody recalls…

Ki, Njing!

Oke. Gwa terima. So, you've done some mistakes in your past life. Now you are a father of a pre-marital cute boy in an old, ripe age of twenty-something, and living with his mother. Under the same roof without ever having married, both of you. And I wonder wether you share the same bed and loneliness also. But... Boy! It's damn way too fucking comfortable speaking with you. I'm afraid I might fall in a shitty hole called love, being with you. ........so I play along like a pro...............

The Fat Lady Finally Sings...

Finally. After a straight 32 days--with two days skipping and three to seven hours late at other ones--the show is over. Good bye, shit one. You are the place where all contradictions happening without any strength left in me to prevent it from happening--and get payment from such place--and all I have to do is sitting in front of a godamn computer and strolling around after I finish, seing how money been throwing away easily while other have to work only to gain one-tenth from what have been wasted. Watching have-nots people do as the haves people told them what to do for the sake of money. Yet, they race and competing each other about who are the best in licking the bosses' shoes. Showing off to be the prettiest, most handsome, shortest-skirted young girls. Udah lah. Complain, complain, complain. I hang on all these times.

Have You Ever? I Wonder...

Taken from here . While reading, my eyes becomes larger every minute. Shit! Have I ever ask the same question? Have you? The Contents of Your Daily Life How many hours a day do you spend in front of a television screen? A computer screen? Behind an automobile windscreen? All three screens combined? What are you being screened from? How much of your life comes at you through a screen, vicariously? Is watching things as exciting as doing things? Do you have enough time to do all the things that you want to? Do you have enough energy to? Why? And how many hours a day do you sleep? How are you affected by standardized time, designed solely to synchronize your movements with those of millions of other people? How long do you ever go without knowing what time it is? Who or what controls your minutes and hours? The minutes and hours that add up to your life? Are you saving time? Saving it up for what?

Luka Itu Akan Sembuh... Nanti

Hai, Sum! Nggak kerasa, ternyata gwa kangen juga ama elu. Kemaren baru aja gwa kirim imel panjang buat lo yang lagi dibayarin cari ilmu di negara bule sana. Eh, pagi buta ini lo nongol, lewat cengiran smiley bulet kuning terang di software messenger yang mendadak hidup ketika lo log in. Lalu kita tukeran cerita dodol dan konyol, tentang temen-temen bule lo dan keluarga tempat lo numpang, serta tentang kerjaan baru gwa yang kayak neraka tapi menyenangkan. Kemudian cerita sedih itu terlontar. Tentang terselesaikannya sebuah hubungan jarak jauh antara lo dan mas londo di ujung dunia sana. Yang bikin airmata lo titik--meski cuma setetes--adalah ketika DIA yang punya inisiatif menyudahkan hubungan yang, tadinya, lo harapkan berhasil untuk mengalihkan rasa dari seorang lelaki matang yang namanya tertancap dalam di hati lo. (Apakah lukanya masih merembeskan darah, Sayang?) Hey! Apakah jebolan 844 sedang dilanda infeksi merahjambu akhir Juni? Karena ada seorang perempuan berkerudung nan perka

PPA: Puisi Putus Asa

Duh, Han... Aku lelah Lungkrah Tersesat Di tempat bernama 'hidup' Kompas yang kupunya Sekarat Luluh-lantak Jarumnya berserakan Jatuh dalam serpihan Keping-keping Peta yang kusimpan Lusuh, kumal Tak terbaca Hilang, kabur Disini dingin, Han... Kabut buat bintang buram Anginnya mengeringkan mata Gelapnya membutakan Aku gigil, sepi, lapar ... dan sendirian. Kamu tahu dimana bisa kutemukan sosok yang menyebut diri ' t e m a n ' ???

Oh, Begini Ya Rasanya Jadi Korban Drakula...

Seminggu yang lalu akhirnya gwa bisa juga jadi donor darah. Niat beribu-ribu tahun lalu--karena jadwal tidur yang ga karuan bikin kadar hemoglobin gwa rendah makanya selalu tertolak jadi donor--akhirnya kesampean juga. Salah satu program yang ada di event terbesar di Jakarta ini emang ada acara donor darahnya selama 32 hari penuh, dari buka ampe tutup, 10 am - 8 pm on weekends and 3 - 8 pm on weekdays. Hari kedua, gwa adalah pendonor ketujuh. Mesakno. Padahal ada ribuan pengunjung yang datang hanya dari dua hari itu. Si Ibu yang jadi sukarelawan bilang, katanya mereka kurang dipublikasikan. Padahal mereka udah dikasih tempat luas, free-of-charge, dengan AC menyejukkan dan tempat yang nyaman. Hanya karena Mr. President urung meluangkan waktu saat upacara pembukaan, mereka mutung lalu hilang orientasi, makanya flier dan pamphlet hilang entah kemana. Yah, Bu. Namanya aja aksi sosial yang digalang (hampir) tanpa dana. Mana mau orang dateng wong gak ada 'penarik'nya? Kalo mau diba

Di Jakarta Nggak Ada Orang Miskin!!!

Siapa bilang orang Jakarta miskin?! Di hari ke enam acara tahunan ini, tercatat total 429,332 pengunjung dengan tiket masuk Rp. 11,000 on weekdays dan Rp. 16,000 on weekends and holidays. Kebayang berapa jumlah uang yang dikeruk hanya dari tiket ini aja? Di dalem, ribuan stand berlomba-lomba narik pembeli. Dari yang pasang badut-badutan sampe sandwich-board. Atau mbak-mbak berpakaian mini yang nawarin produk-produk rokok, cemilan, sampe susu (susu mbaknya sediri ditawarin ndak ya? =P). Diiringi lagu ajep-ajep sampe dangdutan yang suaranya melebihi ambang batas toleransi yang bisa diterima kuping. Edan lah. Kalo lagi rehat atau kerjaan udah nggak ada, gwa sering keliling dan nongkrong di sebelah pengunjung yang lagi duduk-duduk di pinggir. Dari yang klimis sampe yang lusuh. Yang rapi-wangi-modis bisa ketauan: mereka adalah the-have Jakartans yang untuk nyampe ke venue pakek mobil ber-AC dan nggak kringetan. Yang dekil-norak-berminyak: the have-not Jakartans and people from Jakarta buff

Lokalisasi Bernama KANTOR

Lucu ya, ngantor tu. Meskipun nggak resmi-resmi banget, tetep aja banyak politik, banyak dos and don'ts. Seperti negara kecil, dimana ada penguasa (penindas) dan rakyat (tertindas). Sama seperti kantor-kantoran gwa beberapa bulan lalu. Lo nggak mungkin bertahan hanya dengan tugas yang terlaksana dengan baik, serapih dan secepat apapun itu. Meski disini gwa berkutat dengan orang-orang media yang dianggap paling nyantai dan asik, tetep aja mereka masih mengharap kepala kita tertunduk-tunduk dan wajah sumringah dengan senyum penjilat, meski kamu sedang lelah setengah mampus. Meski lelah yang kamu tanggung nggak sebanding dengan bayaran yang didapat, sementara celah demi tambahan pemasukan yang kamu upayakan membuat posisimu berada di ujung tanduk. Damn! ... and here I am. Melakukan sesuatu yang saya suka dan berbaur dengan orang-orang yang saya nggak suka. Melacur sebulan, sampai entah kapan... Office sux! [Hey! Saya marah, bukan mengeluh!!!]

Na'...

Mata lo bagus. Seperti bintang : kerlip, berbinar sedikit, tapi cemerlang terang saat semua gelap Seperti pisau : tajam, mengiris, mencongkel menyelidik Seperti danau : tenang, teduh, damai nyaman Seperti karang : keras, tegas, masif bergeming Tapi yang gwa suka waktu lo tunduk saat gwa bilang, "Besok gwa pergi. Nggak tau kapan balik." Atau waktu lo menggeragap ketika gwa tanya, "Dari segambreng temen lo, kenapa lo ajak gwa?" Tiap gwa makan di kerangkeng sini gwa inget elo karena lo bakal betah, gwa yakin sebab kita makan tanpa daging tanpa ada binatang yang harus mati. Maaf, Untuk janji yang tidak tertepati karena urung turut merayakan 'ketidakberdayaan' selama dua puluh enam tahun Juli nanti Maaf, Untuk segelas air yang menciprat dari gelas gwa ke muka lo dan cengiran penyesalan gwa karena reflek nan jahanam Tapi satu hal yang gwa bawa sampe mati ... mata lo bagus... [hilang ide mau nulis apa karena nginep di kantor]

I'm Starting to Smile... and fading later on (Yakin!)

Image
Phew! Akhirnya sempet juga ngentri setelah tiga hari ngantor temporer di sini . Lumayan lah. Akhirnya gwa 'normal' juga. Tidur teratur, jam 2 pagi paling telat jam 3. Bangun jam 7. Sarapan. Mandi. Berangkat. Berkemeja, celana panjang dan sepatu. Tiap hari. Itu juga kalo nggak males. Hehe. Orang-orang dengan muka-muka baru datang silih berganti tiap hari. Mulai dari wartawan beneran sampe wartawan boongan. Mulai dari yang klimis sampe yang lusuh. Dari yang sopan ampe yang ngerasa Media Center punya nenek moyangnya. Macem-macem. Menyenangkan. Asal mereka nggak ngegusur gwa pas kerja. Kalo gwa merasa situasi nggak ngenakeun, mending jalan-jalan. Gila aja! Pengunjung tu ampe bejubel, ngantri untuk beli tiket seharga sebelas ribu on weekdays, ampe yang hamil hampir pada beranak, mosok gwa yang tiap hari ada di TKP nggak jalan-jalan?! Ujung-ujungnya ya... liat orang-orang pada belanja muasin nafsu posesif mereka. Liatin mas-mas ganteng yang bagus sebagai Vitamin A penyegar mata dan

Hmmm...

Ada seseorang yang merasa kesal dengan Yang (katanya) Di Atas Sana. "Aku mangkel. Dimana Dia saat manusia bertumpasan karena bencana? Kayaknya penciptaan itu jalan sendiri dengan hukum besi fisika!" Jadi inget tulisan si Ibu yang di review disini . Ada analisa yang gwa suka: Karena dulu ada banyak nabi, Tuhan serasa ada di tengah. Ketika sang nabi berkoar menyeru kebaikan, dan yang diseru nggak patuh, maka diporakporandakanNyalah tanah tempat mereka berpijak. Lalu turun ayat sebagai reminder yang dipakai sebagai acuan oleh pengikutnya sekarang, yang disebut Kitab Suci. Saat ada konsensus bersama akan nabi terakhir dan bagaimana gambaran akhir dunia nanti, Tuhan seakan mati. Waktu teknologi sedemikian majunya dan semua hal dianalisa dengan logika, maka akan selalu ada penjelasan ilmiah untuk setiap hal yang terjadi. Tidak ada nabi penyeru, yang ada hanya rasio. Dan suara Tuhan sudah tidak lagi terdengar. Dianggap mati. Seorang gadis belia umur delapan belas berkata, "Ken

To A Dear At Heart

Han, Ternyata susah sekali mencari Kamu dalam sebuah wujud Diperlukan jagad dan seluruh isinya untuk mengerti Kamu Sering, itu juga belum cukup Tapi dari sebilah rumput pun kadang Kamu terpahami. Ah... dasar Kamu, Si Maha Kontradiktif! [Kenapa gwa baru tau ya? Oalah, Nduk... Neng ndhi wae, tho?! *garuk-garuk kepala yang nggak ketombean*]

It's All About Starting

Akhirnya! Atau awalnya? Ntah. Gila! Mungkin kayak gini rasanya orgasme. Lega. Eh, boker juga denk. Terima gaji juga gitu. Puas, meskipun masih ada bagian-bagian yang bolong. Apa sih? Ada deh... Hehe. Pokoknya gwa lega banget waktu akhirnya bisa ngejadiin satu hal yang bertahun-tahun lalu diyakinkan seseorang kalo gwa bisa bikinnya. Gara-gara perjalanan liburan gwa selama tiga harmal (Halah! Alm. Pram banget bahasanyah!) ke Bandung, ketemu beberapa begundal pemikir yang menyamar jadi manusia biasa. Gwa banyak belajar dari mereka. Kalo mereka aja bisa, kenapa gwa nggak?! Terima kasih untuk waktu dan pembelajarannya. Ternyata nggak sesusah yang gwa kira. Awalnya emang sulit banget, tapi kalo udah kena tombol yang pas untuk disentuh, terusannya jadi lancar. Mengalir. Enak, lah! Sekali lagi, terima kasih. Karena kalian saya ada... (Iklan banget nggak sih?!) A deep bow to Wenny, Amma, Cikur di Dipati Ukur (Hey! Berrima!), Om Japon dan kamarnya yang udah gwa bajak untuk nonton Spongebob... an

Kopi Lu Gimana?

Image
Kalo gwa di rumah, tiap hari terjadi diskriminasi pada suguhan kopi. Bokap gwa selalu bangun paling pagi, lalu masak air dan bikin minuman panas untuk anak, istri dan dirinya sendiri. Cuma gwa yang nggak pernah dibikinin. Padahal minuman pagi--dan siang dan sore dan malam--gwa paling gampang: satu setengah sendok makan kopi diseduh dengan air mendidih satu mug. Nggak usah nakar gula karena gwa ga suka kopi manis. Gwa mau ngopi, gituloh! Bukan minum sirup karamel panas! Sebenernya sih Si Babab bukannya diskriminasi. Tapi kayaknya beliau bete aja, kalah wibawa sama anak perempuannya dalam hal kopi-mengopi. Soalnya takaran Babab adalah 2 sendok makan kopi, 3 sendok makan (penuh!) gula, diseduh dengan air satu mug. Tapi kalo gwa udah bikin sendiri, gelas gwa yang paling aman dari gangguan seruputan lambe-lambe nggak bertanggungjawab karena nggak ada yang doyan. Biasanya Ibu yang komentar: "Siapa sih yang sudi ngembat kopi dukun kamu?!" Tadinya gwa masih suka kopi dengan sedikit g

Numb Lagi, Numb Lagi... Bosen Ah!

Ya, ya, ya. Gwa berduka. Jogja-Jateng gempa hebat Sabtu lalu. Sewon dan Bantul rata dengan tanah. Beberapa tempat lain rusak, meskipun nggak terlalu parah. Ribuan orang harus kehilangan nyawa tertimpa tempat perlindungan mereka sendiri. Dan ribuan lagi luka-luka sampe mati karena jumlah korban jauuuuh lebih banyak daripada tenaga medis yang tersedia. Juga masih ada ribuan lainnya yang jadi tunawisma karena nggak punya tempat berteduh. ........ dan gwa nggak ada di tempat kejadian ketika bencana itu datang. ............. sementara di 'rumah' gwa orang bergelimpangan, sekarat, papa dan putus asa, gwa liburan ke Bandung dan menikmati waktu-waktu menyenangkan bersama sahabat. As if nothing happened. As if we're living in another reality. As if what we've seen on the news was just another show that meant to develop the viewers' sympathy. But yes, I grieved. I stunned. They were real. The blood spurted from the open wounds was not artificial. The sorrow they felt was not

Being Mature and Aware...

Ada seorang nenek yang merasa sudah melampaui segalanya dan bangga akan hal itu."Usiaku 74! Semua teman-temanku sudah berpulang dan aku masih bertahan dan sehat. Otakku masih bekerja sempurna karena aku suka membaca. Coba... Mana ada nenek segagah aku sekarang?!" Sementara anak dan cucunya hanya memandang getir dari balik jendela ketika mereka melihatnya sesumbar pada tukang ojek yang mangkal di depan rumah. Begitukah menjadi dewasa dan sadar akan kedewasaannya? ...................................................................................another procrastination moment of my life.

Adikku Pekerja

Dia pulang larut malam pukul sebelas. Ibu dan aku menunggu di teras depan, cemas. Apa jadinya hari pertama training si bungsu manja yang masih suka tidur di pelukan Ibu itu. Lalu dia datang bersama Babab yang menjemputnya. Wajahnya lelah. Rambutnya berantakan. Rias wajah tipis yang dipoleskan oleh Ibu tadi pagi memudar. Setelah menghempaskan diri di kursi, airmata tiba-tiba menetes tanpa mengindahkan tanya yang mengambang di wajah kami. "Capek... Kakinya lecet berat gara-gara pake sepatu baru... Sebel..." Duh, Dek. Berdiri di resto Cina yang ada di salah satu Mal besar Jakarta memang bukan hal enteng. Kamu harus menahan hati dengan senyum siap sedia, melayani dan memandangi orang-orang kaya yang bebas-merdeka menikmati makanan harga jutaan (meskipun kamu tahu ada banyak anak-anak pengojek payung kedinginan di luar). Dengan gaji 15,000 per hari--yang kamu dapat secara akumulatif setelah dua minggu disiksa dalam 11 jam kerja sebelum kamu diperas dengan bayaran lebih tinggi--b

The Real Loser Shady, Please Stand Up!

"Gambar ini seperti lambang orang Kristen! Kenapa kamu pajang?" Lalu kenapa? Ini cuma phoenix berwarna merah, yang aku suka dan aku tempel sebagai pengganti muka yang nggak representatif dan nggak sedap dipandang mata orang lain selain diriku sendiri. Mungkin caranya membentangkan sayap seperti burung merpati yang sering dipakai sebagai simbol oleh orang Kristen. Padahal lambang perdamaian pun mirip seperti itu. "Kenapa kamu pakai 666? Itu lambang setan!" Lalu kenapa? Aku pake nick itu karena ingin jadi anonim di dunia maya, menutupi keperempuananku dengan lambang menyeramkan agar mereka nggak bisa ngisengin aku, ngerayu dengan teks-teks panjang nan njelehi berisi fantasi yang hanya memuaskan lelaki dan bikin alisku bertaut heran dan gigi gemeretak geram akibat menahan marah betapa kaumku ditindas sebagai ujung pelampiasan bahkan di dunia tidak beridentitas sekalipun. "Kenapa kamu merokok? Kamu kan perempuan! Nanti kamu keguguran, penyakitan, kanker..." La

Gosh!

Membosankan sekali, kehidupan sebelum mati itu. Ketika kamu mati rasa dan apa yang tersaji di hadapan tidak lagi menarik indra. Sementara yang kamu ingin hanya terpejam dan mematikan seluruh reseptor, serta membiarkan semua berlalu tanpa kamu perlu tahu. Membosankan sekali...

I Choose, Therefore I Am *hayah!*

"Hidup itu pilihan. Setiap detik yang kita punya adalah memutuskan, entah untuk berhenti bernafas atau melanjutkan hidup. Meski mati ada peraturannya sendiri." Sepakat. Tapi ketika pilihan yang kita ambil kemudian berkompromi pada keadaan, dan ketika keadaan jadi bangsat setelah kita memilih... salah siapa? Lalu ketika ada pemakluman, "Manusia berencana, Tuhan memutuskan". Apa penilaian itu adil buat Dia Yang Maha Adil? Rasanya terlalu remeh untuk Dia urun rembug dalam menetapkan apakah Nira ingin meneruskan pacaran dengan Santo atau membuka lembaran baru bersama Gatot, kenalannya seminggu lalu. Padahal di belahan dunia lain ada jutaan manusia kelaparan atau bergeletakan menanti ajal tanpa ada tangan terulur. Padahal disini banyak sungai tempat hidup ekosistem air yang penting bagi semesta, tapi berwarna hitam dan tidak ada satupun yang peduli kecuali pada perut dan diri sendiri. [ngelantur mode ya?] Ketika alasan "Jodoh, mati dan rezeki itu di tangan Tuhan&quo

Would You Be There Beside Me, Pals?

Enam belas hari punya ruang pribadi, di sebuah kota bangsat yang bernama Jakarta ini dan aku mulai lelah. Hanya segitu kemampuanmu? Dimana sesumbar "nggak akan kalah" waktu itu? Hey, jangan terlalu memperbangsatkan semua hal tentang ibukotamu tercinta ini. Meski lelah, kamu nemu orang-orang baik juga disini, kan? Yang dengan tulus memberi kamu piring kecil berisi hot dog hangat dan coklat panas di dini hari kamu bekerja mengejar sesuatu yang selalu berlari. Yang rela kamarnya dijajah padahal baru dua hari mengenalmu. Yang dengan jujur berkata "nggak ada jablay yang bisa menyamai sex performance cewekku" tapi menemukan banding pada selingkuhannya. Yang tiba-tiba amat sangat perlu kamu saat orangtuanya melarang ngekos padahal kamu baru kenal dia beberapa hari. Yang nurut beli buku yang kamu rekomendasikan hanya karena kamu gondok pada materi idealis yang nggak bisa diduitin itu. Dia yang mencarimu ketika audio komputernya nggak bisa nyala. Dia yang sok jadi abang pada

5 April, 2006: Pemandangan Siang dari Airport Shuttle Gambir - Bandara

Aduh, otak buntu. Rasanya pengen jedotin aja biar tengkorak ini retak, lalu lelehannya keluar berbareng congek dari telinga. Mungkin dengan begitu maka jadi nggak buntu lagi. Tapi ada yang bilang, gwa bukan orang yang berani ngadepin sakit. Wong ama jarum suntik aja takut! Jadi...? Speaking tentang otak buntu. Kalo ada sebuah pusat perbelanjaan magrong-magrong berlantai enam, dengan barang kinclong-mulus seharga tujuh kali gaji tukang sapu jalanan di display dibalik kaca akuarium tanpa noda dan di luar ada lapangan parkir seluas lima kali lapangan bola, sementara dua kilometer dari situ anak-anak bingung dimana bisa saling menendang bola plastik murah dengan nyaman tanpa harus diteriaki pengendara motor atau khawatir tertabrak bajay, yang pulang mereka adalah rumah petak sempit (hampir tidak layak huni) dengan selokan mampet yang tiap hujan pasti banjir membawa air hitam masuk sampai kamar tidur dan ketika siang teriknya seperti di oven tempat bakar nastar yang disajikan gegap gempita

How Convenience

Dia datang tanpa bentuk, hanya suara dan barisan kata di layar virtual. Entah bagaimana, dia seperti cermin: mirip sepertiku. Meski kita bertolak belakang. Lalu tawaran itu datang berbentuk komitmen yang tanpa batas ruang dan waktu. Apa mungkin? Kami saling menyebut diri 'dua orang gelisah yang saling menemukan diri dan senasib bersama'. Kami mencibir pertemuan, memaki ikatan, menista mode dan sinetron, tapi sama bermimpi tentang kehidupan tentram-nyaman dalam sebuah perkawinan. Entah dengan siapa. Apa bisa? Ya... liat aja nanti. Dimana-mana, masa percobaan adalah tiga bulan. Setelah itu perpanjang kontrak. Itupun kalo mau pake sistem kayak itu. Kira-kira berapa lama lagi ujung ini berakhir?

Eh, Kamu... Makasih Ya!

Dear God, Thank YOU for not making me perfect, because only with imperfection I could see the beauty in all things I've achieved so hard. Thank YOU for not making me alone, because I don't know what I'd become without friends that I've passed in all stages of life. Thank YOU for making me dark, because I could enjoy doing my things under the sun all day long without even worrying of skin cancer. Thank YOU for creating Babab , Ibu and Icha, and have all the reason in the world to be thankful everyday for having them as my family. Thank YOU for creating coffee that keeps me awake, alert and aware of who I am daily. Thank YOU for creating milk that meets my basic need of nutrition when I feel like I don't have the strength to chew even a crumb. Thank YOU for creating tobacco and cigarette-men, because with their work I could find a minute-friend anytime, anywhere. Thank YOU for creating internet, because I could be anybody I've ever dreamed of--or even myself--sham

What The Fu..?!

Tentang menjadi dan hidup. Tentang memaknai dan menghargai orang lain. Tentang nilai, meski kadang dinilai dan menilai itu menyebalkan. Saat kamu terpuruk dan jatuh, ketika ada tangan terulur, maka saat itulah kamu temukan teman sejati. Hanya pada sistem seperti itukah? Seseorang bilang bahwa ukuran menjadi baik adalah ketika dia memiliki banyak teman. "Teman seperti apa?" tanyaku. Apakah teman yang tersenyum ketika berpapasan di jalan untuk kemudian kembali merengut sedetik setelah kamu berpaling? Atau mereka yang menghiburmu dengan lawakan-lawakan segar tapi jayus, ketika dirasa mendung bergayut di wajahmu yang kusut? Mungkin dia yang selalu menanyakan bagaimana kondisi mentalmu, atau jadi penyedia telinga saat kamu perlu didengar? Apapun. Jangan menyamakan standar penilaian. Karena kamu tahu: Kita beda.

Melaporkan langsung dari tempat kejadian...

Eh, ternyata ada hikmahnya juga difitnah dan dikeluarin dari kerjaan. Gwa dapet kerjaan laen, meskipun masih freelance. Yet, I assume this will be my window, because one of my friend said, "When a door close before your very eyes, there will be another window open. When the window closes too, there will be a vent above your head. When you can't even find a vent, there is a rathole available. When you are trapped inside the four walls and ceiling, dig a hole in one of the wall. You'll find your freedom there." Quote yang panjang. Mudah-mudahan gwa ga harus cari ventilasi karena jendela yang ada udah bikin udara jadi cukup sejuk.

Kamu Yang Ada Di Atas Sana! Apa Kabar?

What a ride! Dalam dua bulan gwa harus mengalami dua kali meninggalkan comfort zone, yang mungkin untuk orang lain perlu waktu bertahun-tahun. Menyenangkan... dan berdarah-darah. Pernah terlintas, ini nggak adil buat gwa. Kenapa untuk sesuatu yang dengan gampang didapatkan orang lain, gwa harus mati-matian mendapatkan dan mempertahankannya? Kenapa untuk itu pun gwa berkali-kali di'injak'? "Orang yang sering diinjak orang lain adalah mereka yang lebih dekat dengan penciptanya," kata seorang teman. Langsung gwa protes! "Han... Tolong. Jika aku harus mendekat padaMu dengan cara sering diinjak seperti ini, jangan sering-sering deh. Aku nggak kuat." Kenapa ada orang masih merasa berjaya ketika dia naik ke atas dengan menginjak kepala orang lain? Kenapa kita nggak bergandengan tangan aja untuk menapak jenjang selanjutnya? "Kamu harus ingat. Mereka bukan kamu dan kamu bukan mereka. Toleransimu harus tinggi. Jadilah cair dan jadilah 'saya', bukan 'a

Laporan Cuaca

When you've had enough, it's enough. When you call it quit, then it's over. Be the master of your own fate, and never be mastered by it. Your life. Your choice. Though sometimes it hurts, yet you have to get back on your feet and be brave when you are down and scared. Raise your chin, face the wind. The sand might get into your eyes, but there is tears to wash it away. The wind might tousle your hair, but it gives you a great movie-clip effect and makes you more heroic. Roar of thunder might be deafening, but it prevents you from hearing things you don't want to hear that makes you weak. And the rain... It's therapeutic, you know. The needle points that repeatedly falling from the sky will make you numb. The tiredness on the shoulders that had been carrying such a heavy burden will be distracted somehow. The dirt on your face will be wiped with every single drop of it. Have faith, that there is tranquility after the tempest. That all clouds have silver linings. Ther

The Curse of A Deadliner

Kerjaan sih sebenernya biasa aja. Tapi kenapa gwa selalu ngerasa dikejar deadline yax? Mosok cuman gara-gara maenan solitaire dan ngentri blog macem begini aja bisa ampe menyita waktu banyak banget? Perasaan kerjaan gwa juga nggak ngebut-ngebut banget. Dikasih dua sampe tiga hari untuk nyelesain. ... masalahnya, gwa selalu ngebut di hari terakhir. Ah! Pantes ajah! [NJRIT! Andai gwa punya 27 jam sehari pun kayaknya gwa gak bakal cukup deh. Emang dasar, saya ini deadliner!]

Procrastinating...

Jam 5.09 pagi buta. Soundtrack: Linkin Park - Points of Authority . Batang rokok ke 24 dari siang kemarin, dan... gelas kedua Kopi Aroma tanpa gula kiriman Tante Mira dalam dua jam terakhir. Suntuk bermain jadi 'tuhan kecil' untuk karakter-karakter yang tidak pernah nyata, di sebuah tempat yang pura-pura nyata, dengan para pemain yang benar-benar nyata. Dan aku larut dalam derap dan gemuruh mesin industri hiburan yang muram, sepi, diam. Kering. Disini, di sebuah tempat bernama KAPITALIS: sesuatu yang kuhujat, kemudian kuikut tanpa paksa. Ini pilihan. Dan frase itu menjelma mantra dalam benak. Kupercaya, itu manjur. Indah dan remuknya, bekerja itu. Tapi saya akui, saya memang masokis ... *note: diposting beberapa hari setelah kejadian

Untitled 0.1

Nggak berasa udah hampir 3 minggu gwa disini. Ketemu mahluk-mahluk baik yang bikin gwa betah, dan ampe nginep-nginep di kamar yang mirip gudang tapi perangkat audionya edan-edanan. Bareng sama perempuan-perempuan perkasa dan lelaki kecil nan tangguh sebagai rekan sekerja. Pokoknya... mereka yang bikin gwa bisa bertahan sampe sekarang. Hey... I aint changing. I'm still the same old shit that used to dream around in Jokja and now trying to catch a star in Jakarta. I aint changing... Same Shit Different Day. * Bingung mo nulis apa setelah terbengong-bengong dapet koneksi internet yang tiada putus di tempat begundal *

Blame It on My Menstrual Cycle!

Do you know that... I love to see, to touch and to feel the softness of the hair on the nape of your neck when we were cruising along the street on motorcycle? Your pheromones is still lingering somewhere inside my mind and I can recall it easily anytime, anywhere? I search for you in every soul I know--looking for a shared similarity--to get a good grip on you so I can't lose you anymore, and feel bad about it? A pair of arms of yours are the safest sanctuary from any life tempest that I've involuntarily plunged into? I love to feel your nose on my cheek everytime you stole kisses from me when you thought I was sleeping and wish you did it more often? Rough cheeks that you have are the most smoochable and snugable ones I've ever known? I get goosebumps everytime you're passing by and I silently waiting for your hands to stop on my head and caress my hair a little? Your smile is the most energizing tonic, and by looking at it I feel like I could jump over Tugu

Pay Respect!

Kenyang dan enaknya... makan jam 4 pagi dengan lauk dingin yang baru keluar dari kulkas karena males nyalain kompor. Tapi gwa nggak mengeluh koq. Lha wong buktinya abis sepiring. Hampir seminggu ini gwa makan larut malam banget, kadang hampir subuh. Peduli setan dengan diet, cara menderita menikmati dunia itu. What's diet, anyway? Die with tea? Lagian, gwa juga males makan malem. Begadang itu yang diperlukan adalah makan dini hari, bukan malam. Seperti sahur. Dan gwa curiga, jangan-jangan sahur diciptakan berdasar orang kayak gwa. Saya tersanjung! * pret !* Gwa sering miris liat makanan-makanan itu tiap gwa bangun pagi-hampir-siang. Kadang menu pendamping nasi yang baru dateng disajikan dengan gegap gempita (dalam rantang almunium susun tiga dan wadah bekas es krim seliter), sementara lauk yang nggak habis kemarennya dikumpulin jadi satu. Kalo sampe sore nggak ada yang makan, ya dibuang. * keluh * Dan ini bukan alasan, kalo gwa berusaha menyelamatkan beberapa sendok makanan itu unt

Balada Kopi Aceh

Hey! Good News! Gwa berhasil bawa nuansa warung Jokja ke sini. Minggu kemaren, Bos gwa dengan suka rela 'menyelundupkan' setengah kilo kopi Aceh ke rumah penampungan tuna wisma ini. On my request! Wah! Senangnya! Selepas maghrib, gwa rebus barang selundupan itu secara semena-mena, dengan komposisi 3 gelas air dan 4 sendok makan penuh kopi ke dalam panci di atas kompor yang menyala sedang. Diamkan hingga mendidih, aduk sebentar, lalu tutup. Katanya sih harus gitu masaknya. Kalo udah, kemudian disaring. Pakek apa? Adanya peniris spaghetti dan kutang kuning gwa yang mirip saringan teh. Nggak mungkin mengorbankan kutang nyaman itu hanya untuk kopi, betapapun enaknya tu kopi. Jadinya... Ya udah. Bantai wae sak ampase. Nek matek yo kari ngubur =P Kompensasi kopi adalah: semua kerjaan gwa, tanpa disaring dan diedit ibu mungil berjilbab, langsung dikirim ke si bos. Hayah! Alasannya? "Karena tulisanmu yang paling lumayan diantara anak-anak yang lain..." Makjang! Padahal minggu

Being Good and Stepped-On

"Sepertinya aku ingat, ada seseorang yang pernah berjanji meninggalkan semua kesenangan semu ini untuk 'kembali'." Dia menunduk sebentar, lalu beralasan, "Aku nggak mau jadi orang baik. Diinjek terus!" Benarkah? Well, terserah dia. Aku hanya reminder. Tapi... being good and continously being stepped-on...? Atau, instead of being stepped-on, you choose to be the stepper that stepped on people who are less fortunate? Begitukah yang kamu inginkan? Lalu apa bedanya dengan orang-orang yang kamu benci dan kamu coba kasih bukti, teman? Lalu penggalan-penggalan terkuak. Tentang keluarga, keinginan yang harus terpenuhi dan pembalasan dendam pada keadaan buruk yang--sepertinya--sangat jarang pada bentang hidupnya. Dia harus membuktikan diri pada dunia. Bahwa dia adalah 'somebody' alih-alih 'nobody'. Dia menikmatinya, meskipun harga yang dia bayar untuk itu amat sangat mahalnya. Dan tetap tidak akan pernah terpuaskan. My heart bleed. Twenty-something

James Bond Made Mistake

Guess what? Just saw a movie advertisement on TV, James Bond's one. 'OCTOPUSSY' it said. Haha! Should it be 'OCTOPUSSIES' instead, if you insist on a gramatically correct title? Well, either way, it made me laugh like a loony, coz my interpretation was 'eight hairy pussies-in-waiting'. [Jeez... Me and my pervert mind...]

U Never Know, Hun... U Never Know....

Cengiran lebar memenuhi muka. Mata berkaca-kaca terharu dan cekikik geli terlontar sesekali di Jumat Pagi cerah dan sumuk. Kenapa lu? Gila ya? Iya. Euphoria baca balesan imel Bcc yang dua hari lalu gwa kirim ke orang-orang yang gwa anggap menyesaki ruang hati dan malah bikin gwa merasa kurang ketika mereka nggak ada. Asli. Kurang banget. Dan gwa nggak nyesel harus pergi sejauh ini hanya untuk tau hal ini. Karena ketika ikatan itu amat kuatnya, yang ada hanya hubungan antar-ruh meskipun tidak menafikan fisik. Thx for all of you. Thx for being there, need you or not. *Dedicated to someone who is still struggling in searching for his 'home' in his new place... You're not alone, Bro!

Me and My Luv #3

"Howdy, Nduk?" "Howdy... howdy... Udah deh. Nggak usah sok ramah gitu. Ini udah nggak lucu, tau nggak?!" "Lho... Ngamuk?" "Abis... becandanya nyebelin gini. Mosok tau-tau aku dilempar kesini sih?!" "Lha yang ngelempar siapa? Aku kan cuma kasih kamu pilihan. Wong kamu melempar dirimu sendiri koq!" "Ya tapi pilihan-pilihanMu itu menjebak. Sama seperti jawaban multiple choice UMPTN!" "Hahaha... Kenapa sih kamu sampe segitu uring-uringannya?" "Gimana nggak?! Aku udah enak-enak settle di satu tempat dan kondisi, tau-tau Kamu datengin dua begundal kurang ajar yang ngacak-ngacak kemapanan itu. Digempurrr terus hampir tiap hari. Sampe rasanya pengen bunuh diri berkali-kali saking desperatenya. Udah gitu, waktu aku udah terbiasa dan bisa berdamai dengan semuanya, Kamu ngagetin aku dan begundal-begundal itu pergi. Kemudian? Malah aku yang pergi lebih jauh dari mereka. Saat dia-yang-namanya-nggak-usah-kusebut itu berencana

A Small Wish

Dear God... Buatlah agar untuk beberapa bulan ini adik, Ibu dan Bababku nggak mendadak melek teknologi. Juga sepupu-sepupu, Budhe-Pakdhe dan Om-Tanteku. Kalau memang mereka harus melek teknologi, jangan sampe mereka liat entriku sebulan ini. Atau selama mereka nggak tau aku di Jakarta. Meskipun harus sampai babak bundas nggak karuan, buat ambang batas sakitku tinggi-tinggi sekali. Walaupun arus deras menerpa, ingatkan aku untuk selalu teguh pada apa yang kupercaya. Atau plesetannya. Jika Kau mau menegurku, jangan keras-keras ya God ya... Kalau Kau sebegitu baik hatinya dan mengabulkan permintaanku... I couldn't ask for more than Your mercy for being so ignorance for all these years. Thanx, anyway (= * Dear God diambil dari kata pembuka puisi seorang teman di Bandung dengan judul yang sama. Puisi tersebut tertuju untuk gebetannya selama beberapa tahun, yang sayangnya nggak pernah kesampean jadi pacar.

Behold! Wiseman Says...

Excerpt from ERAGON , p. 82, Indonesian version. On request of a friend whose-name-can-not-be-mentioned: "Jangan biarkan siapapun menguasai pikiran atau tubuhmu. Jagalah agar pikiranmu tidak terpengaruh. Seseorang bisa jadi orang merdeka tapi lebih terkekang daripada budak. Berikan telingamu pada orang-orang, tapi jangan hatimu. Tunjukkan penghormatan pada mereka yang berkuasa, tapi jangan mengikuti mereka dengan membabi buta. Nilailah dengan logika dan pertimbangan, tapi jangan berkomentar. "Jangan menganggap siapapun lebih unggul daripada dirimu, tidak peduli pangkat maupun tempat mereka dalam kehidupan ini. Perlakukan semuanya dengan adil atau mereka akan membalas dendam. Berhati-hatilah dengan uangmu. Pertahankan kepercayaanmu sekuat mungkin dan orang-orang lain akan mendengarkan. Jujurlah dalam cinta, karena itu satu-satunya alat yang paling kuat membuka hati atau mendapatkan pengampunan." SOME quotation! Dan aduhai panjangnya. Yet, hanya beberapa yang gwa setuju.

Missing Myself

Di tengah rehat yang entah keberapa kali pukul lima pagi. Ditemani Joe Satriani , Rage Against the Machine dan Steve Vai . Mengepulkan asap berujung mimpi pada sebatang rokok, juga entah yang keberapa batang. Here I am. Demam dan batuk-batuk tapi tetap ngotot ngopi, lalu terbelalak tak percaya ketika meriang itu menyerang. (Anjrit! Sok puitis kau, Njing!) Day 7 dan gwa masih bertahan. Meskipun kemaren sempet panas tinggi yang keukeuh gwa lawan pake kebebalan gwa yang menolak obat. Cukup air putih dan vitamin C. Kalo emang gwa yakin sembuh, itu aja udah cukup. Mungkin bodoh. Tapi gwa percaya itu. Protes? Gih! Malem Minggu kemaren gwa sempet nge-date--meskipun yang punya diri menolak keras atas penyebutan sembarangan gwa atas pernge-'date'-an itu--dengan seseorang yang sepertinya 'nge-klik' sama gwa. Teman yang rela-nggak-rela-harus-rela berjuluk "Tukang Es" karena menyediakan diri bawa upeti es krim 10 biji buat orang-orang serumah penampungan tuna wisma ini.

Yeah, Rite...

Eating, sleeping, working. Almost the same with life-cycle. Minus mating, of course. Just a self-satisfaction, if you insist on having the similar feeling of mating. In other words: playing with the most intimate body parts of yours. *winks with devilish grin* This is ridiculous. Eating, sleeping, working. And I'm dying. You don't think it's possible, do you? But, well... that's the fact! Stupid but true. And THAT'S the saddest part of it!

Sinking Down Low to Reach for the Star High Above... (NJRIT!!!)

Jeez! I'm in Jakarta: the most-hated city ever! I just can't believe that I'm already here though it's been two days since my arrival. Well, then. Things have to be changed sometimes. I just try to think out of the box. Gotta accept the changes that need to be changed. Gotta face the truth, how miserable it would become. In the end, there is this one thing that has to be kept: gotta live and survive. I never thought it would turn out to be like this. Working here, while my main objective in life is burried inside Jogja soil. But just like one of my Hell Angels said, people need to get out of their comfort zone and taking the risk. To feel alive. To wriggle from the needle hole and make out to the other side. To find newness in the universe without even thinking about the outcome. Literally go with the flow. That is exactly what I do now. Remember my OTHER main objective in life about die in the age of thirty? I think I'm dying...

Ummm... Errrr... Apa Yah? Apa Sih? Gak Tau Ah!

Awal nggak sengaja yang bikin gwa menikmati berdekat-dekat dengan lawan jenis... *ehm!* Waktu itu gwa harus ngelantik adik kelas di ekskul PA. Karena capek, kehujanan dan harus bikin bivak darurat, akhirnya gwa dipaksa tidur umpel-umpelan bareng anak-anak cowok yang jumlahnya lebih banyak. Bukan apa-apa, daripada kena hipotermia (gak tau ni nulisnya bener apa nggak), mendingan gwa dihangatkan dengan body heat sebanyak-banyaknya. Begitu pagi datang, gwa kaget bukan kepalang: penyangga kepala gwa semaleman itu adalah dada adek kelas yang ngaujubilleh gantengnya dan disenengin hampir semua cewek di sekolah! Lumayan... rejeki, pikir gwa. Apalagi setelah itu kedekatan berlanjut meski gwa harus nge-cut karena ada intrik-intrik yang nadjeez pisan dan gak bisa dituliskan disini *hayah!* Lalu ketika kuliah sering bermotor berdua dan kehujanan di tengah jalan dengan temen--lagi-lagi--cowok. Meskipun dalam kesempatan dan orang yang berbeda, rasanya tetep sama. Meskipun hanya duduk bersisian dan p

When Things Don't Go Your Way...

All you've gotta do is do what you have to do. Since you're not the centre of the universe, the world doesn't turn around with you as the axis. So... I'm just trying to do what I have to do. With all my strength and faith that I have left. Because life is only a journey, not a destination. Yet, the destination has its own journey. We've armed by the spirit, armored by the faith and surrounded by the wisdom. Those are our ammunition to conquer the future. I believe I'm not only going to seize the day, but also the whole life! [So help me, GOD!] *note: all gratitude goes to Loki van Purworejo that had given me a nice quotation (=

Me Playing Linkin Park - NUMB #2

"Kamu yakin mau maju dan menyelesaikan semuanya?" "Yup!" "Mantap dengan itu?" "Definitely." "Penuntasanmu seperti ini nanti bukan karena omonganku semalam?" "Ah! Kamu GR sekali! Sangkamu aku nggak punya pendapat sendiri sampai aku perlu kamu untuk memutuskan mana yang terbaik bagi hidupku?" "Oke. Well, then. Be it. Majulah, adikku. Laksanakan ucapanmu. Wujudkan dalam tindakan. Kamu bukan orang yang suka berjanji palsu macam politisi, bukan?" "Course not, you silly dumbass! Kulo pamit lan mboten nganti pejah. Mohon doanya aja biar impact-nya nanti hanya sampai babak tanpa bundas ketika pergi dan kembali..." "Kau selalu dalam doa kami. Tenangkan amarah dan jiwamu. May The Force Always Be With You!" * Hayah! Star Wars sekaleee!!! * ... and though I walk in the valley of death and darkness... *Note: hey! bahasa endonesahmu bagus sekali, Nduk!

Me Playing Linkin Park - NUMB

"Karena jomblo maka nggak ada tuntutan feminin ya?" "Haha! D'ya think so?" As he said: An addict of chaos theories, I am. As she said, simply: Nuts. As I SAY: ................................................................................ Damn! Jez dunno wut 2 say or do. I gratefullycursed feeling nothing. I've been blessed that all of my senses had been deprived. Blank. Nothing. Zero. Ah, rambut gwa keren sekali! Sepatu baru gwa juga! [In memoriam of these five years, with all bruises and scratches that I've been savored each day... greedily and absentmindedly] p.s: edan! bikin entri kek gini aje perlu sebulan! dasar chicken!!!

Taek Kalian Semua!!!

Duh, 2006 ini. Meskipun baru 17 hari berlalu rasanya seperti naek roller coaster spiritual puluhan tahun. Nggak cuma perut yang diguncang, tapi juga benak dan akal. Jiwa juga. Semuanya. Keseluruhan seorang Pit (kalopun memang orang) yang nggak ada setai-tainya di dunia maha luas ini. Ah, jaman instan. Harusnya gwa nggak usah heran. Wong makan malem komplit aja bisa tersaji dalam hitungan detik, kenapa pemahaman nggak?! Berawal dari datangnya 'a long-lost brotha' yang menghilang (hampir) tanpa jejak selama enam tahun. Tanpa sadar dia adalah pembuka kunci ke sebuah tempat yang nggak terjangkau bahkan dengan akal sehat sekalipun, where things happened for some unexplainable reasons. Setelah physically dia pergi baru gwa tahu kemana dia bakal bawa gwa, melalui komunikasi per telepon ketika SMS kirimannya lama sekali tidak berbalas. Nggak tanggung-tanggung, gwa harus mendengarkan gempuran yang meluluhlantakkan semua rasio dan kerangka yang selama ini ada di benak gwa yang mahacupet

Phew!

Akhirnya... tugas yang nggak begitu berat itu selesai sudah. Nggak begitu berat memang, cuma salah satu tugas dalam hidup. Cari duit. Ngomong apa sih?! Akibat gwa dapet kerja kayak gini, mata dan hati gwa jadi lebih terbuka meski bagi sebagian orang mungkin nggak penting. Gwa jadi lebih memahami, mengerti, memperhatikan... merasa. Padahal hanya pekerjaan sehari-hari (yang sering gwa sebut sebagai 'melacur': menjual kemampuan otak dalam menerjemahkan bahasa asing ke bahasa gwa dan orang-orang senegara). Tapi imbasnya dahsyat! Tentang orang-orang di negeri antah-berantah bernama Palestina . Bagaimana mereka mempertahankan tanah yang nggak seberapa itu dari renggutan Zionis Israel yang anteknya menyusup ke seantero jagad dan menguasai sektor-sektor penting seluruh dunia. Bagaimana mereka harus merelakan harta, benda dan nyawa direnggut paksa demi sebuah bangsa yang--dengan membawa kitab suci mereka--menuntut Tanah Yang Dijanjikan sebagaimana tertulis disana. Buat gwa hal ini amat