Posts

Showing posts from December, 2009

Kehilangan dan Melepaskan

Image
Pernah kehilangan? Saya pernah. Berkali-kali. Rasanya seperti ada benda tak kasat mata yang lama tertanam dan mengakar lalu tercerabut dari tengah dada, membuat sesak napas karena hanya menyisakan kekosongan hampa udara. Tidak menyakitkan, karena tidak ada nama yang mampu mendefinisikan rasa melebihi ‘sakit’ ketika hal itu terjadi. Pokoknya, nggak enak sama sekali. Taukah kamu apa yang tercerabut itu? Hati, yang sama tak kasat matanya dengan oksigen namun diperlukan untuk memanusiakan manusia. Bukan hati yang sering disamakan dengan jantung pemompa darah, hati yang ini mewujud pada benda kesayangan, binatang peliharaan, orang terkasih, teman terdekat, apapun yang menjadi object of affection. Saya bicara tentang keterikatan, tentang waktu tak sebentar, tentang usaha tak sedikit dan tentang kesabaran luar biasa untuk membiarkan keterikatan itu tumbuh. Dan yang paling mendasar adalah menjadikan ‘sesuatu’ itu sebagai sebuah pengingat akan siapa diri kita. Dengan kata lain: eksistensi. Kare

The Beginning

Image
Malam minggu ini saya habiskan dengan memaksa dua belas cowok lucu-baik-asik-tapi-dekil untuk mengernyit di depan selembar kertas berisi empat cerita singkat berbahasa Inggris. Mereka kawan belajar saya di SERRUM Saturday English Class dan diadakan untuk pertama kali, malam ini. Kebetulan, saya yang harus transfer apa yang saya tau tentang Bahasa Inggris, dan mereka yang jadi korban. Begitulah. Kelas kami mengambil tempat di galeri pameran. Papan tulis putih digantung menutupi salah satu dinding tempat komik-komik Eko ditempel. Kursi dan meja disusun membentuk hurup U bersudut yang terbuka menghadap saya. Dan kami pun mulai belajar jam setengah delapan dari jadwal jam empat sore. Sungguh tipikal kelas saya, ngaret! Haha! Bukannya saya nggak setia sama BHI English Club atau anak-anak jalanan di SALUD dan membelot ke SERRUM. Sama sekali bukan. BHI English Club sedang hiatus dan program di SALUD kebetulan sudah selesai (meskipun laporannya belum juga saya bikin. Maap ya Bang .. Gun ...

Kudos to Tante Em!

Image
Seorang perempuan luar biasa menulis tentang anjing tepat pada tanggal 15 Desember di blognya, sesuai janjinya pada saya beberapa minggu lalu. Saya menjulukinya Superwoman, diam-diam. Jepang menjadi tempat tinggalnya selama lebih dari satu dekade. Mengajar, mengurus anak dan suami, mengurus rumah, namun masih sempat berbagi pada saya melalui entri-entrinya yang di-broadcast ke seluruh dunia maya. Belum genap setahun saya mengenalnya. Pertama melalui komen-komen di blog beberapa teman, kemudian saling bertukar ID YM. Tante cantik ini selalu menyapa saya dini hari, menemani malam-malam panjang saya ngelembur di pabrik topeng. Hangat dan menyenangkan bicara dengannya. Tentang hidup, tentang sepi, dan tentang laki-laki. Dia memaknai teman sebagai pelipur kesendirian dan penghapus rindu akan tanah air. Meskipun membawa dua jagoan kecil yang lucu-pintar-ganteng, dia lepas seperti merpati. Tanpa sungkan bertanya pada saya dimana dia bisa mendapatkan bir di pusat jajanan beberapa bulan lalu

A Scrivere

Image
Pada awalnya adalah kata... Saya lupa siapa yang pernah bilang begitu. Tapi saya mengingatnya seperti saya mengingat berapa jumlah jari pada tangan kanan dan kiri saya. Ya, pada awalnya adalah kata, terketik pada layar monitor huruf demi huruf, menjadi kalimat maupun frasa, lalu mewujud paragraf, kemudian menjelma artikel atau esai, atau muntahan curhat-curhat yang nggak begitu penting bagi orang lain. Setelah itu tersimpan dalam bentuk digital di dunia maya, sebagai blog atau posting di forum. Padahal jamannya eyang buyut saya belum ada, pionirnya adalah papirus dan tinta. Yang punya kemampuan menulis pun--secara duit dan pendidikan--juga cuma orang-orang tertentu. Menulis adalah elit dan eksklusif. Saya suka menulis di blog. Sebagai penyeimbang mental dan medium kesombongan. Ada banyak karat otak betumpukan, menunggu untuk dibuang dan sering makin mengganggu storage di kepala. Karena bisa diakses siapa saja, jadilah, siapapun bisa membaca karat-karat saya asal tau alamatnya. Ternyata

A Little Story of Us

Image
It was the look in a pair of eyes, so pure and trusting you’d fall in love in an instant. It was love at the first sight, in one fine Saturday afternoon, the day that forever will emblazon in my soul. The first time I saw him, six months ago. He jumped right into my arm when he saw me entering the gate for the first time. He forgot his stand. One second passed and he awkwardly realized that I was a stranger. And I had to go through an introduction once again, kneeling before him and giving him my right hand so he could remember my scent. I moved to more spacious rented room with vast frontyard for him. And it was against all odds to get an affordable one in South Jakarta with my little salary. He made me consider the future and never again I think about dying young. I’ve got him: my miracle. Now he stands before me as my guardian angel and walk beside me as a true friend. He knows how I feel without me telling him anything. I never thought I could learn how to love unconditionally from