Posts

Showing posts from 2007

Soliloquy... Again

Halah, mbok sudah. Orang-orang lagi banyak yang kesusahan, kebanjiran, nggak ketemu nasi berhari-hari, nggak bisa sekolah, nggak bisa dugem, nggak sanggup bayar rumah sakit untuk istrinya melahirkan nanti, nggak mampu taunbaruan di hotel bintang lima, nggak bisa belanja ke Hong Kong. Lalu apa artinya kangenmu yang nggak berujung itu? Banyak masalah lain yang lebih besar yang pantas kamu pikirkan daripada mikir cara berdamai dengan mahluk berpenis yang kamu cap hatinya dengan label merah marun. Mari mulai cara yang baru: Tidak menghapus bekas bibirnya di bibirmu dengan bibir yang lain. Bisa toh?! heran.. berapa hari ini kok isinya mellowmania terus ya?

Jealousy(?)

Hey, saya sayang kalian semua menurut porsi kalian masing-masing. Ya, saya memberi stempel di jidat kalian dengan tulisan S O U L M A T E berhuruf besar-besar. Still... Rasanya saya jadi paham mengapa perempuan tidak boleh bersuami lebih dari satu. Shit!

Calling All Soulmates

Dear all, I know I messed you up with my text messages, in the wee hour of the nights, asking a minute--turned hours--of your precious time just to babble the most unimportant things in this whole universe (and you're there all along). I know you couldn't stand the presence of quiet me around for so long when I feel lonely (and you just keep silent). I understand you are all fed up because of my unstoppable nag about how the world contradicts me (and still you listened). You respect the wall I build around myself when I need to be alone (and wait patiently for the hell break loose). I know that I sometimes bossed around and asking the almost impossible missions on behalf of my selfish demands (and you did them perfectly). I sometimes pissed you off when I remind you, over and over and over, about the simplest and most basic deeds to yourselves (and said 'yes' to shut me up). You frowned when I said something ridiculous about the girls you want to score (and uttered not

Such A Joyful Birthday

Berawal dari pesan berantai di jendela ceting saya sehari sebelumnya yang berisi MATIKAN TIVIMU TANGGAL 15 DESEMBER JAM 3 SORE . Saya bertanya-tanya, ada apakah gerangan duhai penyampai pesan? Ternyata katanya bakal ada film menyambut Natal yang bikinnya pake puasa sebulan segala biar penonton non-Nasrani pada convert saking kuatnya ' backing ' mereka. My opinion: TAI SAPI! Jika kamu masih percaya Tuhan dan melakukan ibadah agama sesuai dengan yang kamu imani, maka kamu nggak menunda panggilan sholat hanya karena sinetron atau program yang sedang kamu tonton. Jadi, sebenernya nggak cuma tanggal 15 Desember aja TV (atau yang lebih dikenal dengan ' an animated box that makes you stupid '--in my term) dimatikan, tapi selamanya! Jika mengaku orang beriman dan percaya sama apa yang diimani, kenapa paranoid hanya karena satu tayangan bodoh di televisi yang juga bodoh?! Kenapa sih selalu berprasangka buruk? Nggak sadar apa prasangka itu jadi komoditi yang paling laris dijual?

Carpe Diem, Baby!

Pernah bertanya betapa kontradiktifnya jadi manusia? Saya pernah jadi pembenci diri sendiri karena merasa plin-plan dan nggak bisa berprinsip. Buat saya, apapun yang saya percaya untuk kemudian saya pegang teguh sebagai nilai adalah harga mati. Tapi seringnya saya harus jilat ludah sendiri karena belok dari konsistensi. Saat itu saya harus seperti itu. Dan saya benci itu. Kemudian, sebangun sebentuk dengan peribahasa 'alah bisa karena biasa', maka saya mulai terbiasa jadi nggak konsisten di saat-saat tertentu. Demi kemaslahatan bersama, atau setidaknya demi menjaga agar saya tetap (terlihat) waras. Saya harus kompromi, misalnya saja untuk nggak ngotot mempertahankan pendapat saya di depan mandor pabrik tentang para mahluk tak kasat mata. Tante cantik itu baru selesai telepon keponakannya yang tiba-tiba tertimpa kutukan bisa 'melihat' mereka. 'Kalo kamu tenang, percaya Tuhan, bebacaan rosario dan Novena, pasti mereka pergi. Nggak usah takut,' saran tante mandor.

Untitled 0.4

Kematian adalah perihal padamnya lampu karena pagi menjelang - Kutipan yang saya baca entah kapan, entah dimana. Tick tock Clock is ticking Time is running Another year, another path(s) Time's awaste, cycles completed Again, and again, and again [closer to the end, closer to the grave] ... a celebration of joyful life to welcome a solemn tranquility, destiny, faith: D E A T H Happy birthday, me. Such a life. Such a life, indeed (=

Global Warming, Anyone?

Dengan dagu terangkat dan kepala tegak saya bertanya: Apa yang sudah dan akan kalian lakukan, wahai para petinggi sepetak tanah yang disebut sebagai Negara Republik Indonesia? Ozon bolong, hutan kami terampas tanpa bisa kami lawan, dan kalian menyerah kalah bodoh terlolong karena tangan terikat ekonomi dan industri. Adakah diantara kalian yang tidak berotak pedagang hingga kita tidak perlu menjual jatah emisi? Pernahkah kalian menghargai cendekiawan-cendekiawan (meski tidak muslim) dengan pantas, menyebabkan mereka tertunduk kecewa meninggalkan Ibu Pertiwi dan berbalik menyerang bangsanya sendiri? (Dan tidak heran hanya pedagang dan pengusaha kaya raya yang tinggal, dan mau tak-mau, hanya merekalah yang bisa kita pilih) Pernahkah kalian amini mereka yang memang pantas mengemban tanggungjawab sebagai pejabat penolak uang rapat ketika pendapatnya murni demi kemaslahatan rakyat tanpa profit bagi kalian? Pantaskah kalian sebagai abdi rakyat memerintah majikan untuk patuh tunduk pada aturan

Confession of a Civil Servant

Ini negara Indonesia yang kamu cintai, Sayang: Ketika misalnya APBD punya anggaran untuk suatu program, katakanlah seribu perak, itu artinya lima ratus untuk kepentingan politik mempertahankan kursi kepemimpinan pejabat saat itu, tiga ratus masuk kantong sendiri, seratus untuk keluarganya, dan seratus untuk tujuan program tersebut. Mekanismenya sudah seperti itu sejak dulu kala. Saya? Hanya verifikator. Punya daya apa saya ketika proposal program sesuai dengan data yang ada. Kamu minta saya ganti pekerjaan? Saya enjoy ada disini. Ini satu-satunya pekerjaan yang menantang. Banyak deadline di akhir tahun, banyak ongkang-ongkang kaki di bulan Juni, banyak 'impossible tasks' yang ternyata saya mampu kerjakan. Ini lebih ke ego saya atas pembuktian bahwa saya bisa. Lagipula, sejak SMP saya sudah berkutat dengan hitung-hitungan macam ini. Kamu tau kakak saya pejabat. Dia sering kasih saya upah--meski habis untuk beli rokok--jika saya mampu menyelesaikan satu SPM ketika saya masih bers

Resolution

God created universe, angels, demons, Adam and Eve, then He let them on autopilot. Now, all God do is just sit back, relax, and enjoy a good, ever-continuing show called life.

The Tired Lover

Hi, Nduk! Sedang apa? Sebentar. Biar kutebak. Kopi kental dan panas, rokok, serta Acoustic Alchemy di depan Si Dino. Ah, iya. Biasanya settingan kayak gitu itu di atas jam satu. Belum mengantuk atau terbangun tengah malam. Seperti aku. Sebulan ini aku lelah sekali. Dengan pekerjaan. Dengan kehidupan bersosialisasi. Dengan cinta. Lima huruf yang mengejewantah menjadi bangsat ketika tidak berbalas. Sebagaimana yang kubaca di Al Ghazali bahwa awalnya cinta akan membakar kemudian membunuh. Pernahkah kamu berpikir, Nduk, betapa romantisnya terbunuh cinta? Sayangnya kamu bukan mahluk romantis meski pernah mencoba mendengar Kerispatih dan Glenn. Aku sedang mengasah pedang untuk kutusukkan sendiri pelan-pelan ke dada. Aku mengusahakan cinta yang tidak mungkin kudapat. Aku mengerti perbedaan 'kasta' kami. Dia amat sangat cerdas sementara aku kebalikannya. Dia amat sangat independen sementara aku bergantung pada keluarga, sahabat, tetangga, tukang bubur ayam yang setiap setengah tujuh le

Berhala

Saya gila baca tapi nggak suka beli buku. Jika harus membeli pun saya lebih suka buku bekas. Saya punya lapak langganan buku bekas tempat ensiklopedia Times dijual hanya dua puluh lima ribu rupiah per buah. Dalam kondisi sangat laik baca (dan pajang). Disini saya merasa hidup adalah humor satir yang terkadang kejam. Saat saya perlu buku referensi untuk tugas (waktu masih jadi bangkusekolahvora), sering saya hanya gigit jari dan pinjam sana-sini. Di perpus yang lumayan ngaujubilah gedenya, 10-20 buku rasanya nggak cukup untuk memenuhi keperluan anak-anak yang rata-rata berkondisi seperti saya. Nggak bisa ngopi, karena untuk berangkat ke sekolah pun saya kerap jalan kaki saking nggak punya duit. Di lapak dekil dan kumuh serta pengap ini, saya temukan buku-buku yang dulu saya perlu dengan harga sekali makan siang di warteg! Getir, kan? Saya juga sering ditegur satpam penjaga toko buku di mall karena sering numpang baca dari buka sampai tutup. Itupun gayanya kayak di rumah sendiri: duduk

Another 'What The Fuck' Post

Dulu, ' Kambing Jantan ' menurut saya adalah buku terkeren karena awalannya yang 'luar biasa'. Hanya dari iseng-iseng cari kompensasi isi waktu luang, didukung semangat pengen silaturahmi, tau-tau bisa jadi buku terlaris dan menggebrak hebat. Dapet duit banyak. Jadi terkenal. Seleb di kalangan cyberians. Setelahnya banyak yang ngikut. Dialog chatting mulai jadi trend dalam buku-buku berakhiran 'lit'. Menyenangkan, memang. Awalnya. In the end, entah kenapa, rasanya jadi annoying. Mungkin too much of something membuat apapun membasi. Dulu sempat teman saya yang baru buka penerbitan cari-cari naskah, mulai cerpen, novel, atau bahkan resep masakan hingga buku how-to. Sampe-sampe tulisan kacangan saya dimintanya. Saya? Apa sih yang bisa saya tulis selain makian, cacian, kemarahan, putus asa dan serba nggak teratur? Saya nggak bisa berimajinasi, apalagi menuangkannya ke dalam satu bentuk cerita mencerahkan dan nyenengin pembaca. Sebagai anak sekolah kere dan ngiler ti

End-Year Habit

Oke. Saya dapet PR menyambut Tahun Baru (yang entah kenapa biasanya saya rayakan dengan tidur 'setahun'). Delapan resolusi yah? Here we go... Jadi lebih sabar. Nggak grasa-grusu . Katanya, orang sabar bisa banyak belajar. Bisa ikhlas. Ya, dunia nggak berjalan seperti yang saya mau. So? Bisa 'nunduk', nggak ndengak terus. Biar tau kalo di bawah ada lobang. Ada yang mau menundukkan saya? *nyengir iblis* BISA PAKE KAOS DARI KAK DONTJEH! SECARA ukuran gwa XL dia kasihnya M. Babi dehhh. Bisa bagi waktu. Jadi nantinya work-life itu jadi seimbang, nggak berat sebelah. Dewasa, bisa membedakan antara MENCARI CELAH pada setiap masalah dan BAGAIMANA ngadepinnya. LEBIH BANYAK KAOS HITAM!!! Jalan-jalan Jauh cuz the clock is ticking and it's getting closer to my time. Udah, itu aja. Boleh kan, Vi ? Dan sekarang kutukan saya timpakan pada beberapa soulmate saya: Sandal , Sukopet , Kak Dontjeh , Pakdhe Pamei , Maz Ipul , Maz Bek , dan Balijem . Alasan saya milih mereka? Biar cepet

A Night To Remember

"Permisi..." ujar kami serempak. "Silahkan... Besok-besok pake tiket ya," jawab salah satu diantara orang yang berdiri di pinggir jalan. Lepas tengah malam. Lewat beberapa menit dari pukul dua dan kami merasa tanggapannya lucu sekali, dilontarkan dari mulut seorang lelaki paruh baya dengan gaya kemayu. Hidung dan bibirnya mirip Haji Jeje , berdiri diantara perempuan bermata sipit dengan celana superpendek, paras ditutup bedak tebal-tebal, mengenakan singlet atau tanktop minimalis (dan belahan dada dimana-mana), serta rambut panjang terurai--rata-rata berwarna coklat terang. Ada beberapa yang duduk di atas motor, lengkap dengan helm dan jaket. Di sepanjang jalan itu mereka berjejer. Di pinggir jalan sebelumnya berderet lapak penjual Cialis, Viagra, Kondom Lele dan macam-macam barang seperti itu. Nggak ketinggalan bokep-bokep masa kini. Benar-benar one-stop market untuk urusan pinggang ke bawah. Saya dan si Beyond Pervert melenggang santai menikmati suasana: bagian

Mengoceh

Oke. Kamu orang ketiga yang tau saya sedang merah hampir marun . Lagi. Memang kenapa? Apa salah? Saya normal, manusia, punya emosi, punya hati. Tapi saya juga masih belum yakin apa ini namanya. Karena yang saya punya cuma sayang, bukan nafsu. Ya, ya. Mungkin saya frigid. Mungkin saya angkuh dan bikin benteng tinggi-tinggi dengan menahan nafsu supaya nggak bobol. Mungkin ini pelarian atau pencarian atas sesuatu yang pernah hilang dulu. Tapi saya masih the same old shithead you always know. Saya juga nggak mak bedunduk macak cewek banget, manjangin rambut, ikut diet mati-matian biar berat badan susut atau berubah dari jins belel dan kaos butut ke rok pensil dan blus V-neck. Kalopun saya nantinya berambut hijau, merah atau biru--nggak tau yang mana, saya belum putuskan--itu murni pengen nostalgila karena Si Pervert itu ke Jakarta. Lagian, dengan kulit selegam ini, punya kepala warna-warni malah bikin saya mirip alien nyasar. Bukan tambah bagus! Udah lah. Biarkan saya dengan perasaan ini

Feel Bored?

Disini saya. Setengah dua dinihari, bengong di depan layar komputer berteman susu-madu dan sigaret. Rabi pemusik itu menyumbat telinga saya kencang-kencang. Seorang sahabat baru saja curhat terpaksa karena merasa jenuh akan rutinitas. 'Saya merasa seperti robot,' katanya. Buat saya, manusia adalah mahluk paradoks yang fleksibel jadi apapun di saat apapun. Mungkin menjadi robot memang perlu, jika pekerjaan yang menghasilkan uang untuk kebutuhannya sehari-hari memang mengharuskannya untuk itu. Berkumpul, bergabung di tengah keramaian, menjaga hubungan baik dengan manusia lain juga penting. Tapi perlu juga waktu sendirian, untuk berpikir maupun hanya menikmatinya. Dan saya sering juga merasa asyik jadi soliter di tengah hiruk-pikuk suara tawa. Nggak ada salahnya. Nggak ada keharusan yang mewajibkan seseorang untuk ikut orang lain. Ketika kebosanan menyerang hanya satu yang membuat saya 'hidup' lagi: melakukan hal spontan. Jujur, empat kali saya mengutil di supermarket wak

Weekend Geblek

Sabtu: Pulang nongkrong jam 6 pagi hanya karena kesalahan bego. Spent 3 jam di warnet karena kekuncian, padahal ada janji ama mandor pabrik topeng mau berangkat pagi. Ternyata baru bangun jam 12 siang setelah tidur dari jam 8. Panik, batere ponsel tinggal 1 bar sementara 'kemana'nya pun gwa ga tau, padahal itu semacem tugas negara. Karena males melakukan kenyasaran bodoh dan lemes akibat akumulasi capek, tidur lagi dwonk! Dan, tentu saja, sambil charge batre yang harus dilepas dulu dari rumahnya itu. Damn. I need new ones. Bangun jam 4 (ya, saya senang kalo weekend bisa tidur ngebo), bales-bales SMS yang nggak berenti-berenti dateng. Jam 7 ada 'cry for help'. Baru bisa makan akhirnya jam 9-an. Berangkat nginep ke tempat seseorang sejam setengah sesudahnya. Nonton pelem geblek , ngerokok-ngerokok di luar, baru ngantuk jam setengah lima. Another damn. Minggu: Bangun kepaksa jam 6, loading, sit on the throne dan mandi sesudahnya. Pergi ke Bandung sebagai anggota seksi h

Whisper

Ssssttt... Sini. Let me ask you something. Jika saya nyaman jadi platonis, could you stop choosing me the thing you thought I deserve better? For once in my life, I want to leave. Not be left. Capiche?

What A Grown-Up Thinks

Me : Hey. Got a sec? I need a grown-up's opinion Him : S'up? Me : Jez wanna know... Is it possible for a woman 2 luv more than a man? Him : Not only a woman, beib. Even for a man, there's always possibility 2 luv more than 1 woman, or even anotha man Me : :D Him : It's commitment dat counts. If u're committed to one person, I think it'll be no problemo 2 luv thousands of wo/men as long as u stick 2 the one whom u committed to Him : So... who are those cursed bastards u in luv w/? :)) Me : None :D I'm jez curious Him : U've gotta be kiddin'! There's no way u're asking me this unless u've got sumthin' in dat lil empty brain of urs Me : Haha! Yeah rite. As always, I've got a crush w/ diz wrong, unlucky bastard. Gotta channel my feelin' out or I've got all used up. I need anotha object of my affection Him : Do I know dat punk? Me : P'haps. Won't tell :P N HE'S NOT PUNK! He's nice Him : Damn. Him : D'ya luv

Sumpah Pemuda Effect

Young man control in your hand Slam your fist on the table And make your demand Take a stand Fan a fire for the flame of the youth Got the freedom to choose You better make the right move Youth is the engine of the world - YOUTH by Matisyahu , a Jewish Rabbi, a beatboxer, and a peace lover as well Eyang Pram juga menganggap anak muda adalah benih bangsa yang mampu membawa perubahan karena kaum tuanya mungkin sudah rematik termakan usia dan otaknya lelah berpikir. Masa muda adalah puncak, saat dimana manusia menjadi 'immortal', merasa mampu menggenggam dunia dan melambungkannya dari tangan kiri ke tangan kanan. When each and every youngsters is alpha fe/male ketika daging masih liat dan produksi kelenjar minyak di bawah kulit masih berlebihan. Sudah. Cukup. Saya nggak mau lagi bermelankoli dengan hidup yang sebentar, merasa heroik karena jadi tempat sampah dan menyampahi waktu dan telinga sahabat-sahabat terkasih, jadi kerak dunia karena hanya sanggup nyonthong tanpa bisa berb

Woro-woro

Gak usah pada protes kalo nggak bisa ngerusuh disini. Lagi ander kenstraksyen secara bebas. Saya belum sempet acak-acak tapi kadung jatuh cinta sama gambarnyah. Mau misuh personal? Sok kirim pisuhan kalian ke pitopoenya@gmail.com. Powas?! Powas?!

Quoted from a Conversation in a Bus

(+) "In MY movie, heroes die. When they were alive, they live miserably, underpaid, overworked, trying to live double identities as a hero and a pathetically, invisible, low-incomed person in altogether. What do you expect from a live like that when you don't even have the ability to control what's your birthright of life?" (-) "Jadi itu alasan lo menolak punya hero?" (+) "Ya. Gwa cuma pengen punya temen baik. Buat gwa, temen yang baik itu yang ngasih tau jalan alternatif ketika yang gwa liat cuma lempeng ga belok-belok. Tapi ya udah. Ngasih tau aja. Terserah gwa mau ambil jalan alternatif itu atau nggak. Jangan maksa." (-) "Terus kalo lo akhirnya jatoh gimana? Dia kan pengennya lo nggak jatoh." (+) "Nah, temen yang baik itu selalu nerima gwa untuk balik lagi membawa kekalahan yang gwa bikin sendiri. Oke, dia ngasih tau jalan begini, begini, dan begini. Tapi dia memasrahkan semua keputusan ke gwa, mo dipilih apa nggak. Dan menghargai

(Dini) Hari Biru Sedunia

Her : Hi Nduk! *hugs* Me : Halow, Mbak! Long time no see... Where have you been?! *double hugs* Her : My fav online sistha as always... *winks* Her : Well, I've been around lately. Wuzup? Doing OK? Me : So-so. Still happy w/ my jojoba-ing and hardly social life in any kind *giggles then sobs* How boutcha? Her : So-so juga. Masih biru-biru ni. Damn! Me : Owalah... Again?! It's been like... almost three years! How come? Her : Dunno. I just miss him so much *sighs* Me : Aw, c'mon! Dontcha dare gimme dat crap! It's been more than two godamn years and you move far away 2 the end of the fuckin' world and you still feel blue?! Go get another dildo with ears for yourself and all things will be just fine Her : Can't do, Kiddo. He was more than meets the eyes. And those invisibles are the ones I seek and couldn't find in any soul. Entirely. You think that I'd never find another? I've tried some bouncer, ya know. But nobody as open and humble as he was Me

Dia yang Hidup dengan Cinta

Jumat malam kemarin adalah kali pertama saya nongkrongin Cak Nun dan Kenduri Cintanya dengan sungguh-sungguh. Minuman yang menemani waktu itu hanya kopi hitam dari bakul yang nenteng-nenteng termos, bukan dari Si Gondrong. Biasanya tiap Kenduri, saya nggak sengaja ada di luar panggung, di balik tembok, di luar pagar, berteman se-pitcher sari buah ber-khamr dan berteman Bala Kurawa yang baik-baik dan cihuy. Kali ini saya niat, madep-mantep, mau dengerin Cak Nun dengan 'bersih'. Malam itu suaminya Mbak Via ini tampil dalam formasi lumayan lengkap. Bareng Kyai Kanjeng, Ibu Tirinya Sabrang, dan Anak Tirinya Mbak Via. Dalam lagu dan canda, mereka menanggapi Indonesia dan segala rupa-rupanya. Baginya, yang baru dan lama, angkatan tua dan generasi muda, old and new, harus sinergis dalam tubuh sebuah bangsa. Biar imbang, dia bilang. Seharusnya juga para muda-muda itu 'ngeh' akan akar, akan asal, akan budaya, supaya tau bagaimana 'menjadi' secara kaffah (meskipun Cak Nun

Impulsive

"Lagu lu nggak enak," ujar mbak-mbak berjilbab lebar waktu saya balik ke 'kotak penyiksaan' sehabis eek di kamar mandi. Saya kaget. Bisa-bisanya Om Satriani (yang bapaknya Cimahi dan ibunya Amrik itu) dicibir sebegitu rupa! Dengan nada tinggi dan sengit saya sentak dia. "Biarin!" Nggak, bukan. Saya nggak benci karena dia nggak suka Om Botak. Saya cuma nggak suka dengan sikapnya yang ngenyek terhadap apa yang saya pilih di playlist. Toh kita nggak sebilik. Saya juga ke tempatnya cuma tandatangan kuitansi upah thok thil. Why bother, Sucker?! Buat saya, preferensi siapapun terhadap musik, pakaian dan makanan adalah sama seperti orang memilih ideologi dan bahkan agama tertentu: sangat personal. Masing-masing punya alasan sendiri, dan saya nggak pernah urusan sama apapun yang mereka suka. Gumunan, pernah. Karena saya sering menganggap 'kupingmu kupingku juga' buat beberapa teman yang punya kecenderungan musik yang sama dan heran waktu dia 'murtad'

Belajar Ikhlas

Ada yang bisa bantu?

Laporan PB 2007 (?)

Image
Pesta Blogger 2007? Kalo saya ikut laporan, cuma bakal nambah-nambahin kerjaan mesin carinya Mbah Google. Saya cuma mau terima kasih sama panitia dan sponsor dan pak menteri entah-siapa-namanya yang menetapkan tanggal 27 Oktober sebagai Hari Blogger Nasional. Tapi plis deh, Pak. Dengan tidak mengurangi rasa hormat, ya mbok ditangguhkan aja itu kompetisi jingle blog-nya. Yang ada aja nggak keurus , mau nambah satu lagi?! Omaigoat! Speaking about goat... Berkat Pesta Blogger ini juga programnya Mas Ipul bisa sukses. Dari Jumat malem pasca Muktamar -nya Kyai Jemambul sampe Sabtu sore bubaran acara nya Ndoro Bedhes (jare Pakdhe Mbilung lhooo... saya cuma manut yang lebih sepuh), kru Bangsari Attack yang 'siap tempur' bawa-bawa kaos dan uba rampe -nya berhasil malak sampe 7.5 juta rupiah. Edan to! Sementara itu, gerombolan gajah yang nggak suka ngomongin gajah berhasil juga gerilya sebar-sebar OpenSUSE tepat di depan hidung Mikroskop! Krunya juga edan, pake kaos putih sablonan

Tentang Sendirian

Di film Komo (Koboy Homo), ada adegan muntahnya salah satu lelaki ketika pasangannya beranjak pergi. Keliatannya dia jijik akibat perbuatan mereka. Beberapa lama sesudahnya baru terungkap bahwa tindakan muntah itu adalah reaksi tubuh atas kesepian menghebat meski baru ditinggal beberapa langkah. Damn... Salah satu sahabat saya sempat harus mengenakan cincin perak di ibu jari kanan sejak hari pertama dia ditinggal pergi perempuannya hingga dua tahun berselang. Dia bilang, waktu si mbak balik kanan dan dia merasa sendiri, tepat di jempol situ dia sakit tiap hari dan hanya bisa ditahan dengan tekanan logam putih yang sedikit kesempitan... serta 3 batang ganja on daily basis . Saya kagum dengan orang-orang seperti itu. Bahkan tubuh mereka pun ekspresif mengungkap rasa kehilangan dan perih yang mendera. Saya? Rasanya nggak pernah seromantis dan seheroik itu. Paling cuma ketawa getir dan teriak "Jancuk!" tepat di muka orang yang bikin saya pedih. Atau mungkin saya sudah kebal sama

Quote-quote di Pagi Buta

Menjejak pantai pada dini hari berangin dingin, membaui udara amis ikan serupa vagina, saya muntah di mukamu. "Aku cemburu pada perempuan cantik nggak dewasa yang mampu menjungkirbalikkan lelaki hanya dengan sekali lirik. Aku nggak punya kemampuan seperti itu. Perempuan-perempuan seperti aku harus jumpalitan, bahkan hanya untuk didengar sekalipun. Apalagi untuk dianggap." Kamu hanya terpekur sambil berjalan perlahan. Lirih kamu menjawab: "Aku cinta dia." Saya buang udara yang seperti menggumpal di dada. "Ya, aku tau. Karena itulah aku juga kasian sama kamu. Aku nggak rela dia memperlakukanmu seperti itu. Tapi... who the hell am I?!" Setelah itu berhamburanlah sabda-sabda Pito yang sok bijak, mengutip quote-quote keren yang disampaikan secara sok keren di tengah hembusan angin dingin menggigit hingga ke sumsum tulang. Berteman berbatang-batang rokok dan segelas besar teh tubruk (yang entah kenapa saya pilih dan merasa cocok). Tentang kekasih sekaligus sahab

Not Good Enough?

Whatever. I'm just disappointed. I should've made it. I could've done it right. Another thing evaporates in thin air, without trace, without words, right before my very eyes. It's time like this that I need to hibernate...

Bloggers for Bangsari

Image
Di suatu tempat bernama Bangsari (secara administratif bernama Bulaksari, kecamatan Bantarsari) di Cilacap ada satu-satunya Madrasah Tsanawiyah Shalafiyah bermuridkan penduduk sekitar yang sebagian besar kurang beruntung dalam hal ekonomi. Sekolah lainnya adalah SD Islam yang amat sangat sederhana, SMU Negeri yang baru berdiri, dan sebuah pondok pesantren. MTs setara SMP ini menampung anak-anak petani sederhana yang penghasilannya seringkali kurang ketimbang cukup. Dan ada empat murid yang resah, akankah pendidikan mereka terhenti hanya sampai SMP karena tidak adanya sarana penunjang? Beruntung, seorang putra Bangsari berhasil keluar dari sana, bekerja di sebuah institusi elit dan bergelut dengan IT untuk kemudian mewartakan melalui media blog tentang betapa para belia ini haus pendidikan. Anak-anak itu mau berusaha. Mereka nggak malu bekerja untuk bisa terus bersekolah. Tidak genap sebulan setelah program donasi kambing diposting Agustus kemarin, terkumpul uang sebesar 7,5 juta rupi

Another Requiem for Another Soul

"Hi there, Sistha. I want to share my agony. Tonight I've been heartbroken. It's so damn hurt I threw my guts up. Literally." Seperti biasa kamu menyapa ketika sedih dan sepi melanda. Aku sama sekali tidak keberatan, karena mungkin kamu hanya perlu aku seperti ini. "Please. Shoot." Dan dalam teks-teks panjang melalui internet kamu mengerang, teriak, mengaduh, menyumpah dan akhirnya lungkrah pasrah tanpa bisa apa-apa. Sekali ini kamu mengakui bahwa kamu memang bukan siapa-siapa. Sesuatu yang aneh. Tapi aku bahagia. Kamu masih tetap manusia dan bukan malaikat penjaga pintu surga yang di dalam bayanganku sombong luar biasa karena mandat yang dia pegang, langsung dari The Boss. Yang lebih edan adalah penyebab patah hatimu itu masih bisa tegar mendampingi kamu curhat di warnet, dengan pisuhan menghampiri sesekali dan hanya dibalas senyum. Perempuan luar biasa itu, yang telah lelah menunggu dan diacuhkan, akhirnya memilih lelaki lain sebagai pendamping dan my brot

About Those Who Left... and Back Again

It was like coincidence that in the big event of Indonesian cyber dwellers , I and this nice, little man were invited. I longed to meet this person in the place so-called Necropolis since he hated it so much. When I called him the other night, he told me he'll come along with a long, lost friend of mine whom once happened to be my classmate back in the City of Holidays. I never stop wondering how this parallel world could connect us to each other. I met him two years ago in this insane asylum --accidentally--and we've gone along so well up to now. I've known his friend that has been a loyal partner in my sleepless nights hanging around the city, while they even haven't met! And about this guy named Thomas... Damn! After all these times, we finally chatted again. We were laughing--with our emoticons rolling on the floor--about Miss Elisa with her sleepy eyes, hardly moving lips and soft-almost-unheard voice in our writing class who woke him up right in front of the l

Jakarta Pagi Ini

Pagi buta saya terdampar di terminal Blok M, menatap miris pada bocah yang berlari riang sementara ibunya mengejar dengan sisa tenaga yang ada. Lalu si ibu menangkap sang anak untuk kembali bergabung dengan sekumpulan orang yang sedang jongkok atau menduduki tas besar. Melihat tas-tas dan kardus yang dibawa rombongan kecil tersebut, sepertinya mereka menunggu angkutan pulang ke rumah sehabis mudik. Mata mereka pun masih sembab menahan kantuk. Entah kenapa pagi itu rasanya indra penglihat saya jeli sekali. Saya cermati perubahan warna langit dari biru tua hingga terang. Saya pandangi mbak-mbak yang berjalan di depan saya, segendut saya, dengan kaos oblong, ransel besar dan jins serta lipatan celana dalam yang 'keluar orbit' di baliknya. Mas-mas yang duduk di divider yang sama di sebelah saya nggak sadar saya lirik karena terlalu asyik menikmati belahan dada mbak-mbak yang duduk di sebelahnya lagi. Mbaknya itu sibuk memanjangkan leher, menunggu bis ke Cawang. Pagi itu lengang

Lebaran Hebat

Alhamdulillah, Lebaran ini lumayan hebat. Nggak cuma tersedia cukup ketupat dan uba rampe nya di meja, tapi juga sekeluarga bisa punya baju baru. Trauma psikologis saya yang pembenci lebaran juga lumayan terobati dengan cerita-cerita konyol sepanjang Ramadhan dan episode-episode kehidupan penuh berkah yang nggak habis-habis saya syukuri. Termasuk ritual sowan ke Simbah di Depok. Demi ngirit ongkos dan mempersingkat perjalanan, motor titipan dari tetangga saya gunakan buat acara ini; dengan izin sebelumnya, of course . Cuma motor bebek berkopling sih gampang, pikir saya. RX butut punya Babab biasa saya kebut di jalanan--lepas jam 11 malem tapinya. Tapi... Makjang! Koplingnya keras banget! Baru kerasa pegel setelah satu jam jammed di perempatan perumahan Pondok Kelapa Kalimalang. Satu jam berkutat dan bersabar dengan ratusan motor dari empat penjuru angin yang nggak bergerak kemanapun; di bawah terik matahari pukul 12, bareng debu dan asap dari semua knalpot serta jerit bayi menangis k

Pito Cari Cowok

Oke, oke. Tak ngaku wis. Mengutip 'Leave Out All the Rest'-nya Linkin Park mengenai "I'm strong on the surface, not all the way through. I've never been perfect and neither have you", itulah gwa. Mung macak tough bitch gendut njabane thok. Njerone ijik menungso, dudu bangsa jin. Dan--begonya--gwa bener-bener nggak siap ketika di suatu dini hari ada anak kecil jahanam --dan secara songong manggil gwa tante-tante--yang ngakak nggak berenti waktu gwa mengeluarkan statement: " Kayaknya gwa perlu punya cowok deh ..." Eh, Bangsat! Gini, ya. Gwa jelasin. Pertama : Gwa tau kalo gwa itu restless, sering mikir aneh-aneh dan sering punya bisul psikologis kalo hal aneh tersebut nggak diomongin. Coba aja ikut gwa afterhour BHI , nginep di Kebon Kacang Headquarter . Bisa-bisa jam delapan pagi baru pada bisa tidur karena gwa juga udah ngantuk, capek, dan udah dapet multi orgasme intelektual dari para korban yang lemes. Gwa perlu penampung biar nggak gila-gila bange

Ra Penting!

Saya baru sadar. Hampir dua taun saya tinggal di Kota Mayat , saya cenderung lebih pemarah dan pengeluh dibanding ketika saya ngéngér di Kota Berhati Nyaman dulu. Kalo dipindai isi kotak muntahan saya ini, lebih banyak yang asem kecut dan busuk ketimbang yang harum dan menyegarkan. Kalo diliat dialling record di telepon tangan saya, kebanyakan yang saya hubungi itu mereka-mereka yang masih ada disana. Mungkin level kengéngéran saya yang masih freshmen disini ketimbang di tempat anak sekolah berdarmawisata itu ya? Amatiran! Huh! Waktu saya wadul sama salah seorang belahan jiwa , dengan entengnya dia bilang: Harusnya kamu tahan uji ketika dilepas di rimba raya, dan bukannya saat kamu masih di pertapaan. Damn! Saya merasa seperti Mantili . Haha! Ya. Disini hutan belantara, dimana saya harus berburu dan mematuhi hukum yang ada--dimana hanya yang kuat yang menang. Sukur-sukur bisa bertahan jika tidak ingin mati kelaparan atau diserang binatang jalang. Saya tau, ketika dua bulan terakhir sa