Mengoceh

Oke. Kamu orang ketiga yang tau saya sedang merah hampir marun. Lagi. Memang kenapa? Apa salah? Saya normal, manusia, punya emosi, punya hati. Tapi saya juga masih belum yakin apa ini namanya. Karena yang saya punya cuma sayang, bukan nafsu.

Ya, ya. Mungkin saya frigid. Mungkin saya angkuh dan bikin benteng tinggi-tinggi dengan menahan nafsu supaya nggak bobol. Mungkin ini pelarian atau pencarian atas sesuatu yang pernah hilang dulu. Tapi saya masih the same old shithead you always know. Saya juga nggak mak bedunduk macak cewek banget, manjangin rambut, ikut diet mati-matian biar berat badan susut atau berubah dari jins belel dan kaos butut ke rok pensil dan blus V-neck. Kalopun saya nantinya berambut hijau, merah atau biru--nggak tau yang mana, saya belum putuskan--itu murni pengen nostalgila karena Si Pervert itu ke Jakarta. Lagian, dengan kulit selegam ini, punya kepala warna-warni malah bikin saya mirip alien nyasar. Bukan tambah bagus!

Udah lah. Biarkan saya dengan perasaan ini sendiri. Saya simpan rapat-rapat di ceruk terdalam. Saya senang dan nyaman dengan hanya begini. Apa? Bilang ke orangnya? NGGAK! Kamu nggak tau situasinya. Aduhhh... Jangan pake alasan itu lagi! Kamu sama aja sama orang kedua sebelum kamu itu. I deserve better, katanya. My ass! It is I who know what's best for me. Not you, not him, nor her.

Gimana, gimana? Kamu bener-bener pengen tau saya terkuple-kuple ama siapa? Nggak bakal ketawa? Sungguh?

Begini... Saya lagi crush sama T U K U L ! Huahahahahahahahahahahahahahahahahahaha!!!

Comments

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Story of Women