Posts

Showing posts from June, 2008

Justified

Following kerusuhan Nusa Kambangan , mak bedunduk ujug-ujug mandor saya bertanya di siang-siang terik yang bikin kita semua terkantuk-kantuk: "Eh, itu eksekusi jadi nggak ya semalem?" Cuma karena kata 'eksekusi' pikiran saya jadi kemana-mana. Dulu saya pernah mendiskusikan dengan adik saya tentang cara mati paling menyakitkan tapi 'fun' buat algojonya. Jawab Si Icha yang waktu itu masih SMU di Muhamadiyah adalah, "Dikitik-kitik aja. Kan karena geli banget, ketawa nggak berenti-berenti, bakalan susah napas tu. Pasti sesek. Atau sekalian, biar cepet, pas dikitikin mukanya dibekep bantal." Not bad. Atau versi teman saya yang asli Purwokerto, "Disendokin aja matanya." Nice. Atau versi teman saya yang lain, "Pake garpu. Tusuk lehernya. Atau dicuwili dagingnya. Gimana kek caranya, yang penting pakek garpu." Sementara saya, terinspirasi dari film dan cerita Abad Pertengahan , membayangkan seseorang dengan tangan dan kaki terpentang ke e

Quo Vadis, Polisi Indonesia?

Belum ada sepuluh menit yang lalu saya menyaksikan kejadian menyedihkan setelah saya mengantar Jo hingga ke taksi. Waktu saya menyebrang jalan Radiodalam yang padat merayap untuk beli rokok di koperasi, dua motor hitam, besar dan keren berhenti dan parkir mendadak dengan satu motor matic biru-putih di belakangnya. Pengendara motor-motor keren itu adalah dua orang identik dan gagah berhelm a la pembalap dan celana lapangan warna coklat, sepatu lars, dan jaket hitam dengan badge 'Fighting Falcon' dan beberapa aksesori berbau angkatan. Sementara pengendara motor matic adalah pemuda remaja dengan sneaker, jumper, tas selempang dan helm setengah. Dua mas-mas ganteng dan bertampang garang itu bicara dengan nada kasar namun suara tetap ditekan hingga saya yang berjarak tidak lebih dari lima meter hampir tidak bisa mendengarnya. Sesayup mereka membentak tentang 'lampu merah' dan 'macet' dan 'menerobos' sambil bergegas mendekati si mas matic yang sepertinya geme

Sedang E'ek

Dua malam kemarin karena derajat keisengan saya sedang berada di titik kulminasi, saya menyapa seorang bloger yang entrinya lumayan bikin saya terhibur. Komen di tempatnya selalu lebih dari lima puluh. Penggemarnya dari seluruh penjuru Indonesia, bahkan luar negeri. Fotonya pun komersil abis. Ganteng pisan. Ngobrol dengan dia adalah sama menyenangkan seperti membaca tulisannya. Ternyata dia juga familiar dengan kotak muntahan saya ini. Jadilah, obrolan memanjang. Namun satu hal yang sebenarnya mengganggu saya. Dia ngotot secara halus minta saya menunjukkan foto, nggak terima alasan jika saya ingin anonim. Celakanya saya melunak. Saya tunjukkan muka babi saya dan dia puas, karena setelah itu dia harus mengerjakan sesuatu yang penting dan obrolan terpotong dengan lumayan nyaman. Abang ganteng itu nggak salah sih. Dia mungkin cuma ingin memberi sosok pada teks yang merespon barisan kata-kata yang telah dia ketikkan. Tapi--maaf ya Bang--ID instant messenger miliknya yang baru terpajang beb

Another 'Blah!'

Sesulit-sulitnya melepaskan diri dari keramaian namun masih lebih sulit berusaha tetap dalam lingkaran. Shit. I wish I were God.

Iseng

Minggu sore saya kedatangan tamu istimewa. Teman senasib sepergadangan dulu. Duo maupun trio bersama seorang gadis manis berjilbab yang bakal bikin nyali lelaki manapun jadi ciut ketika dia menyentak galak namun cerdas dalam forum diskusi manapun. Tamu ini masih sama seperti dulu. Berbahasa santun, dengan kerudung Aceh dan logat Melayu kental mengingat asalnya dari Kalimantan, berwajah mirip Cina namun sesungguhnya mengalir darah dari leluhur Haddramaut dengan nama fam bertradisi kental. Hanya wajahnya yang tambah tirus dan badannya bertambah lurus serta kulit menggelap mengingat mobilitas tinggi sebagai penyuluh dan researcher pertanian memaksanya bolak-balik Telok Betung-Ketapang-Pontianak mengendarai motor cicilan. Kami berusaha merangkum setahun setelah pertemuan terakhir dalam waktu beberapa jam saja, disela dua cangkir Kopi Aroma Arabika Moccha, cucian pakaian dalam seember kecil (milik saya), dan berbatang-batang rokok tanpa henti (yang juga milik saya). Dengan teknis dan jangka

Seberapa Jembut Dirimu?

Image
Create your own Friend Test here Sok dah, diisi kalo lagi nggak ada kerjaan. Gwa bikinnya juga pas iseng. Sekalian biar tau lu udah jadi jembut gwa belom. Oh, iya. Gwa udah isi tesnya sendiri. Gila! Ternyata gwa amat sangat jembut pada diri gwa sendiri. Huahahahaha!!!

An Offer

Mari sini. Kuajak kamu berkeliling menikmati Bakso dan Mie Ayam Jamur, Tengkleng, aneka masakan bebek dan sajian lain yang hanya dapat kamu lihat disini. Menikmati hangat dan ramahnya lingkaran kawan lama yang sejak dulu hanya bersua suara dalam dingin terapit Sindoro-Sumbing. Ya, aku bakal jemput kamu di Stasiun Jogja dan membawamu kemanapun kamu mau, kemudian kuculik kamu pada sejuknya kota kecil yang belum pernah kamu pijak. Ayo saling bicara bertatap muka, mentertawakan sepi, luka dan cinta. Membincang apa yang entah dan kemana masa depan membawa. Jangan khawatirkan kemana meletakkan kepala ketika penat datang melanda. Kami keluarga, mungkin bukan siapa-siapa. Tapi akan selalu ada. Semoga. Jadi, kapan kamu datang? [ Anjing! Kenapa sih duit dan waktu selalu berjalan pada jalur yang beda?! ]

A Cup of Coffee and A Good Friend

Him : I need a shoulder... Me: Got a pair of cold ones. Shoot, Beib. S'up? R U allrite? Him : I will, later. Thanx to those pair of yours Me: May I know what's it all about? U won't be like diz if it isn't sumthing big dat bothers U much. But it's fine if U jez need 2 lay Ur weary head in my imaginery shoulder. Dun 4get 2 smile, plz (= Him : :) Him : Dun laugh but I pretend dat I'm texting God when I send U my SMS Me: Well, I'm the closest thing 2 God considering my insom habit and all ((= Take a deep breath & let go, Beib. Things'll be fine 4 U and all dat makes U worry 2 much Him : I'm picturing God's shoulder in the shape of yours, actually. Tengkyu bertubi-tubi Me: Anytime, Hun. Anytime. Dat's what being a belahan biji is all about. Sumthing way closer than Ur own penis. Shit. I aint good in making analogy. I'm trying lah tapinya Him : Dat's a great one! Lebih membumi :)) Me: So, R U gonna keep texting God and give Her a chanc

Just A Thought

Tidak pernah ada yang salah dengan buah pemikiran manusia. Yang ada hanya ketidaksesuaian dengan apa yang dianggap benar dalam kumpulan. Jadi, saya nggak menganggap Ahmadiyah sebagai aliran sesat sebagaimana saya juga nggak pernah bilang bahwa pengikut Buddha bakal masuk neraka. Monggo lho, buat para pengkapling surga yang bakal punya tujuh istri perawan dengan auto-rejuvenate hymen setiap habis disetubuhi. Silahkan halalkan darah saya karena apa yang sudah saya ungkapkan. Sudah lama saya kehabisan hati untuk mengikuti mainstream karena lelah mengenakan topeng dua puluh empat jam sehari untuk tidak dianggap aneh. Toh buat keluarga saya aneh itu nggak dosa. Kalaupun dosa, konsekuensinya apa? Jika cuma surga dan neraka, bukan saya atau komunitas yang berhak memberi. Saya percaya bahwa surga adalah kondisi dan situasi aman-nyaman-menyenangkan yang dapat diusahakan siapa saja selama hayat masih dikandung badan. Dikucilkan? Sudah biasa. Saya bahkan sering mengucilkan diri sendiri kok. And e

Senandika

Han, Sini duduk dekatku. Maaf, aku belum mandi. Kalah deh wanginya sama Kamu. Tapi aku ngebet pengen cerita. Tentang manusia-manusia dan bumi yang pernah Kamu cipta. Tentang derita yang ditimpakan saudara sesama. Tentang satu sifat turunan bernama acuh yang terpelihara karena keadaan. Tentang memuaskan dahaga bernama serakah yang layaknya mereguk air sesamudera. Tentang berkasihsayang, tentang ego, tentang eksistensi. Biar kuhirup dalam-dalam wangi rambutMu, Han. Biar aromanya merangsek masuk hingga ke tulang sumsum, sampai ke tiap nano darah yang mengalir pada pembuluhku terpompa dalam jantung untuk kemudian menyebar dari kepala hingga kaki, memberi tenaga pada bibirku saat kubisikkan kontroversi Theresa pada telingaMu. Dia, yang seumur hidup mengasihi sesama layaknya Santa, menghabiskan jiwanya dalam kemiskinan pelosok India, pada penghujung hari pun ternyata mempertanyakan benarkah Kamu ada. Mari letakkan tanganMu dalam genggamanku. Akan kukecup lembut telapakMu dan kutanyakan bagai

Some Kinda Punch on the Nose

Jangan bilang ada yang percaya sama tes feminin-femininan kemaren. Sini, biar gwa jelasin. [ ] suka warna pink Gwa ga suka karena terlalu terang. Warna paling terang yang gwa pake adalah merah darah. Eh, tapi waktu itu gwa punya celana dalem pink denk. Abis, yang pink goceng, yang item tujuh ribu sebiji. Dan gwa lagi defisit. Lagian nggak ada yang ngeliat juga. [ ] ga begitu suka warna item SALAH BESAR!!! Item is my basic color. Enak. Mau dipake seminggu juga nggak keliatan kotor. [ ] ga suka ngomong keras2 Weits... Rem suara gwa udah jebol dari jaman entah. [x] ngerti basic table manner Iya, ngerti basic-nya doank. Ngerti nggak selalu harus ngejalanin kan? [ ] ga suka musik keras Errr... Symphorce, Dream Theater, Satriani, Metallica, Korn? Gwa nggak suka mereka?! UDAH GILA APA GWA YA?! [ ] ga suka cowok metal Cowok metal rawks! [x] selalu ada waktu buat nyenengin diri Oh, yang ini A MUST. Meskipun lagi hectic kabina-bina, gwa bisa maen Bounce atau Candy Cruncher. Atau nongkrong di te

Mid Deadline Quote

Teman baik itu seperti jembut: Selalu berada di persimpangan, nggak pernah jelas kegunaannya apa, sering bikin terombang-ambing antara pengen babat abis atau melihara, dan dua pilihan ini sama-sama bikin gatel. Tapi jembut itu selalu tumbuh dalam waktu yang sudah ditentukan, ketika pemiliknya dianggap siap menerima tanggung jawab sebagai manusia dewasa yang mampu mengemban tugas sebagai agen reproduksi. So, jembut-jembut. Ada yang protes? *ketawa licik*

How Feminine Am I?

Dapet ginian di bulbo ep es. Iseng-iseng aja gwa jawab. Dan yang lo liat di bawah ini emang murni dari lubuk hati gwa terdalam, gwa jawab jujur sejujur-jujurnya jujur, tanpa tedeng aling-aling, tanpa nutup-nutupin. Silahkan dibaca dan ketawalah puas-puas. Tandai pernyataan yg sesuai dengan kamu. Jumlah jawaban dikalikan 4 dan itulah presentase feminin kamu. [ ] suka warna pink [ ] ga begitu suka warna item [ ] ga suka ngomong keras2 [x] ngerti basic table manner [ ] ga suka musik keras [ ] ga suka cowok metal [x] selalu ada waktu buat nyenengin diri [ ] suka renda2 [x] sayang anak kecil [ ] daleman selalu warna putih/krem [ ] suka liat cowo bersih [ ] banyak yg bilang kamu feminin/cewe banget [ ] ga suka film action [x] pernah ketiduran waktu nonton film action [ ] ga pernah nembak cowo duluan [ ] posisi tidur selalu rapi/ga urakan [ ] jarang pake sneakers [ ] lubang anting ga nutup [ ] suka pake dress [ ] ga suka marah2 [ ] suka pake rok [x] ga suka perintah2 pacar [ ] punya rambut pa

Don't Hope, Don't Expect

Ibu saya sudah lama berhenti berharap saya pulang meskipun jarak antara kos dan rumah masih lebih dekat ketimbang Jogja-Semarang. 'Inget sukur... nggak inget ya udah,' ujarnya. Tapi saya nggak pernah alpa melihat sekilas binar matanya dan pelukan yang makin hangat menyambut di depan pintu, serta ciuman yang dihujankan pada pipi dan kening (dan biasanya Icha cengengesan melihat saya tidak berdaya. Dia bosan jadi satu-satunya obyek afeksi ibunda). Meskipun di ujung ritual itu ada kesan sedih terlontar, 'Tambah santer aja bau rokokmu'. Ibu saya juga nggak pernah berharap angka-angka saya di atas rata-rata setiap rapor dibagikan. Saya juga nggak punya jadwal belajar khusus setiap malam, kecuali belajar membaca kelas 1 dulu. Jika saya sedang 'lempeng' dan pingin tau, saya bawa buku pelajaran dan duduk di sebelah beliau. Kelas 5 SD, sekali saya mendapat angka 5 untuk Matematika. Saya ingat betul bagaimana saya berjalan dalam diam sepulang mengambil rapor, tidak berani

Pada Sebuah Pagi

Mari sini, sayangku. Kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku. Tegaklah ke langit luas atau awan yang mendung. Kita tak pernah menanamkan apa-apa, kita takkan pernah kehilangan apa-apa. Soe Hok Gie * ... kembali saya tersadar akan makna kata ikhlas sementara saya masih tertawa angkuh, merasa congkak, merasa lebih tau dan lebih pintar dengan mengintip diam-diam. Bisakah? [ Duhai, rasa bernama dendam. Haruskah nganga dari ego terluka robek sebegitu besar untuk tidak menyisakan ruang bagi sabar? ] *Quoted, without permission, from a view-invited blog--in which I wasn't invited no more. This is when I call it war. This is when I call it spying to the enemy's front line. Dan ini yang saya sebut dendam. Maaf. Tapi kamu memang pantas ditertawakan. Dengan sinis.

... From the Other Side

p***** (3:49:55 PM): sebetulnya beberapa hari lalu dah kutelusuri hingga kujamah tuh isi blog nya dan berakhir dengan pingin jempol kaki kiri. p***** (3:50:09 PM): memelototin gitu lho. gwa (3:50:21 PM): kenapa jempol kiri? p***** (3:50:47 PM): yang kanan dah tahu koq dan keringetnya lebih banyak. p***** (3:50:51 PM): :D gwa (3:50:54 PM): sok tau p***** (3:52:47 PM): loe enggak pernah memperhatikan kedua JEMPOL kaki loe sih. perhatikan kalau diliat bener2x, beda lagi gwa (3:52:54 PM): :)) gwa (3:52:57 PM): sumpah gwa (3:53:07 PM): this is the funniest part gwa (3:53:42 PM): gwa dah tau dari gwa kecil kalo semua yg ada di gwa tu gada yg sama gwa (3:53:44 PM): ah, udah lah gwa (3:53:52 PM): kalo kita ktemu gwa tunjukin ke elu gwa (3:53:59 PM): tapi asli, sumpah gwa (3:54:04 PM): ini lucu sekali gwa (3:54:06 PM): =)) p***** (3:54:33 PM): payah nih. serius koq dibilang lucu. gwa (3:54:39 PM): lho jelas! p***** (3:56:06 PM): jelas gimana, dan emang loe dah memperhatikan dengan seksama t

Pointless

Image
See the red-marked doodle? Ya... gitu deh. Nggak nyangka aja jam segini, mesjid tetangga udah selesai tahlilan abis Subuhan, masih ada aja orang iseng liat-liat. Kayaknya spammer ya? I mean, itu program sesuatu yang otomatis dateng ngecek doang kalo gwa posting baru kan ya? Bukan orang kan itu yah? Yakin deh. *PD tapi minder* Huahahahahahaha!!! Monyet ah. ps: errr... sebenernya sih cuma pengen pamer skin browser *blushes*

Early Month Syndrome

Mbaskomi (istilah ibuku untuk makan gila-gilaan) dan jerawatan karena mau haid (untung di kuping, bukan di dalem idung), laporan pabrik topeng sak ndayak, pending-pending kerjaan karena maleus, jalan-jalan nggak puguh, nongkrong nggak jelas, bengong, diare, kopi nggak berenti-berenti, asam lambung naek, migren berkepanjangan, mellow di kamar sendirian, telpon dan nerima telpon dari orang gila sampe adzan Subuh (atau sampe ponsel jadul keabisan daya, terserah mana yang duluan), terima pasien nggak kenal waktu, jadi konsultan percintaan dengan kecenderungan solusi merusak (antara putus, batal kawin, atau ceweknya jadi a feminist-lesbian-bitch), nggambleh sak nggon-nggon, nyanyi dengan volume pol sambil mandi, monolog, kuku jari yang makin hari makin tipis sampe berdarah, rambut rontok yang berubah warna, autis akut, adult ADHD kronis, short-(and long, frequently) term memory loss, reflek lambat, jam tidur makin menipis... Indahnya. I think I could use a bad-assed volunteer for an assist

Honto Arigatou

Image
You rawk, Jo! Damn glad to see you back... with THAT! Teeheehee... [Gambar di sebelah adalah hasil scan dari kotak yang di sisinya tertulis Finest Swiss Goldkenn ® Milk Chocolate with Jack Daniel's ® Whiskey Syrup Center, dibawa seorang malaikat baik hati yang namanya saya sebut dalam beberapa doa] - Updated Setelah nyobain 2 potek (gwa ga tau mesti menyebut satuan ini kayak gimana) coklat yang bentuknya kayak lambang OSIS di atasan seragam siswi SMU (dasarnya kotak tapi atasnya bulet), saya merubah judul dari Domo menjadi Honto karena ENAK BANGET, GILAK!!! Buat yang gwa janjiin bakal gwa sisain, kayaknya gwa harus break the promise. Hihi.

D'ya Mind...

... to pull your knife from my back, please? And I beg you, stop squirting lemon to my wound. Ah... that's better. *sigh deeply* (SHIT, IT HURTS!!!)

Ode Buat Jo v1.1

Jo, You broke my heart dengan subjek imel berjudul 'Life sucks' yang lo kirim di tengah hectic gwa berburu waktu dengan tenggat. Early in the morning di sana, namun lo masih sempat ngabarin gwa, mengendap mencuri kesempatan hanya untuk sekedar say hi, menjauh dari kabel-kabel dan peralatan medis simpang-siur di ruangan tempat lo bertatapan langsung dengan kesakitan. Jantung gwa mencelos sampe perut membaca kata demi kata yang lo rangkai di tengah waltz mengalir tenang namun menyentak yang lo tarikan bareng Le Mort. Gwa nggak peduli jika saat itu juragan tau tenggat gwa terlewat dan gwa disuruh keluar dari pabrik hanya karena baca imel. I miss you much and it hurts. Gwa masih inget muka lo yang menegang marah waktu gwa ngingetin lo untuk bersabar dan ngadepin semua dengan ikhlas, memasrahkannya pada Sesuatu Yang Lebih Punya Kekuatan. Lo bilang bahasan sabar, ikhlas, dan pasrah udah khatam lo telan bulat-bulat jauh sebelum lo ketemu gwa, dan gwa nggak berhak ngomong kayak gitu ka