Sedang E'ek

Dua malam kemarin karena derajat keisengan saya sedang berada di titik kulminasi, saya menyapa seorang bloger yang entrinya lumayan bikin saya terhibur. Komen di tempatnya selalu lebih dari lima puluh. Penggemarnya dari seluruh penjuru Indonesia, bahkan luar negeri. Fotonya pun komersil abis. Ganteng pisan. Ngobrol dengan dia adalah sama menyenangkan seperti membaca tulisannya.

Ternyata dia juga familiar dengan kotak muntahan saya ini. Jadilah, obrolan memanjang. Namun satu hal yang sebenarnya mengganggu saya. Dia ngotot secara halus minta saya menunjukkan foto, nggak terima alasan jika saya ingin anonim. Celakanya saya melunak. Saya tunjukkan muka babi saya dan dia puas, karena setelah itu dia harus mengerjakan sesuatu yang penting dan obrolan terpotong dengan lumayan nyaman.

Abang ganteng itu nggak salah sih. Dia mungkin cuma ingin memberi sosok pada teks yang merespon barisan kata-kata yang telah dia ketikkan. Tapi--maaf ya Bang--ID instant messenger miliknya yang baru terpajang beberapa saat di daftar teman segera saya hapus. Saya sungguh merasa tidak nyaman jika nanti melihatnya online. Seperti ada keharusan menyapa, beramah-tamah, dan menjalin silaturahmi. Padahal bisa saja salah satu dari kami sedang mengerjakan sesuatu yang lebih penting ketimbang spak-spik basi sementara saya tidak mengenalnya sama sekali.

Mungkin saya memang aneh, mem-broadcast apa yang menjadi kegelisahan saya di tempat seterbuka ini dan dibaca oleh orang-orang yang telah saya filter terlebih dahulu melalui peringatan konten dewasa. Berusaha menyendiri dalam kotak tebal kedap suara namun tembus pandang dimana orang dapat melihat apa yang saya lakukan tapi tidak berdaya mencegah semua perbuatan saya yang menurut mereka adalah salah. Menginginkan kesendirian tanpa blogroll maupun jaringan pertemanan kecuali link-link basi yang saya pajang di sidebar hanya untuk memudahkan saya mengakses site tersebut. Nggak reader-friendly karena saya lebih suka latar hitam berhuruf putih yang membuat lensa mata saya bekerja keras dan lambat laun akan berpengaruh jelek terhadap ketergantungan saya pada alat bantu melihat.

Kemarin saya cuma bisa menarik nafas mencoba sabar ketika saya sedang diuji sebagai mahluk komunal, berusaha bersosialisasi dengan sesama individu lain meskipun saya sedang dalam moda invisible. Dan saya khilaf bahwa manusia diberkahi rasa ingin tau yang tinggi.

Udah ah. Saya mau pulang.

Note:
Judul memang nggak sesuai dengan isi. Tapi ada benang merahnya. E'ek adalah salah satu keharusan yang dilakukan semua mahluk hidup untuk membuang ampas makanan yang saripatinya sudah terserap dan mengalir bersama darah ke seluruh tubuh. Prosesnya menjijikkan, tapi jika tidak dilakukan akan berbahaya bagi kesehatan si pemilik anus, saluran tempat keluarnya e'ek. Begitulah.

Comments

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Belahan Dada, Anyone?