Just A Thought

Tidak pernah ada yang salah dengan buah pemikiran manusia. Yang ada hanya ketidaksesuaian dengan apa yang dianggap benar dalam kumpulan. Jadi, saya nggak menganggap Ahmadiyah sebagai aliran sesat sebagaimana saya juga nggak pernah bilang bahwa pengikut Buddha bakal masuk neraka. Monggo lho, buat para pengkapling surga yang bakal punya tujuh istri perawan dengan auto-rejuvenate hymen setiap habis disetubuhi. Silahkan halalkan darah saya karena apa yang sudah saya ungkapkan.

Sudah lama saya kehabisan hati untuk mengikuti mainstream karena lelah mengenakan topeng dua puluh empat jam sehari untuk tidak dianggap aneh. Toh buat keluarga saya aneh itu nggak dosa. Kalaupun dosa, konsekuensinya apa? Jika cuma surga dan neraka, bukan saya atau komunitas yang berhak memberi. Saya percaya bahwa surga adalah kondisi dan situasi aman-nyaman-menyenangkan yang dapat diusahakan siapa saja selama hayat masih dikandung badan. Dikucilkan? Sudah biasa. Saya bahkan sering mengucilkan diri sendiri kok.

And everything has its price dan what you give is what you get. Untuk menjadi beda dalam kelompok maka kamu harus terima menjadi terlihat. Seperti zebra bergaris biru-kuning diantara yang standar hitam-putih. Jangan harap terlindungi oleh kumpulan jika sudah begitu. Yang paling terlihat adalah yang paling enak ditarget dan paling gampang jadi sasaran untuk dimangsa. Sama halnya dengan rambut skin warna hijau diantara kepala-kepala hitam. Atau celana jins belel selutut diantara jajaran professional outfit.

Namun saya seringkali lupa bahwa tidak setiap orang punya garis yang sama seperti saya. Juga lupa bahwa citra yang terbuat di diri orang lain adalah impresi dari apa yang saya perbuat. Walhasil saya akan terkaing-kaing, misuh heboh dan mecucu berkepanjangan saat seseorang menunjuk wajah saya dan berkata bahwa dia nggak suka dengan apa yang saya katakan dan/atau lakukan. Well, saya kerap khilaf bahwa dalam kacamata orang lain saya tetap bad girl meski punya hati sesuci bayi *halah!*

Sorimoridoristroberi lah buat mereka-mereka yang punya misi mulia untuk mengembalikan saya ke jalan yang benar. Saya lebih suka untuk mencari jalan saya sendiri meskipun harus nyasar dan jatuh berjuta kali. Nggak ada seorang pun tau mana yang paling baik buat hidupnya kecuali orang yang ngejalanin kan? Eh, jangan bete gitu. Meskipun saya tetap pasang Benteng Hogwarts, saya masih mau dengar semua kritik dan saran kok. Saya bakal tatap mata kamu ketika kamu ngomong, bakal dengerin baik-baik, dan mungkin tidak akan membakar rokok saya yang entah keberapa jika kamu terganggu. Nggak bakal saya cuekin deh. Tapi ya itu. Jangan harap saya bakal jalanin apa yang kamu sarankan. In the end, mungkin saya cuma akan teriak di depan mukamu: Nil bastardi carborundum! Seperti biasa.

Sudah lah. Tolong hargai keinginan saya untuk dibiarkan, sebagaimana kamu memberikan makanan enak, as requested, pada seorang terhukum gantung yang ereksi dan cepirit dengan lidah terjulur saat tali menjerat leher dan sakratul maut menjemput.

ps: ini postingan cuma demi Michelle yang protes kemaren.

Comments

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Story of Women