Posts

Showing posts from July, 2010

Tentang Jakarta

Image
Kata orang desa, Jakarta itu kota harapan dan impian. Semua bisa diraih asal bisa menaklukkan Necropolis , Ibukota, dimana semua raga berkeliaran tanpa jiwa. Tidak moksa, tidak sirna. Lihat itu, bangunan serupa falus menjulang setinggi 128.7 meter, lengkap dengan skrotum penyangga di bawahnya. Perlambang kemakmuran kah seperti representasi lingga-yoni pada pura Hindu? Atau gagah-gagahan orangutan pejantan memamerkan genital demi betina terbaik dan pengakuan kelompok? Saya tidak mengerti bagaimana wilayah seluas 661 kilometer persegi mampu menampung delapan juta empat ratus sembilan puluh ribu manusia dengan jarak begitu jauh. Dalam satu kelurahan ada penduduknya yang mampu membeli lima mobil mewah dalam sehari sementara tetangganya bahkan tak punya atap, apalagi nasi. Dan bantu saya untuk memahami sepasang kakak-beradik mungil dan lusuh memanggul karung besar berisi gelas plastik bekas lepas tengah malam, menyeruak diantara kakak-kakak remaja wangi-trendi duduk-duduk menunggu datangny

Living in a surrealist paintings

Image
Imagine: It was six in the morning and you were staring at the flat screen, awed by the stories of how some young creatures survived the ill fate that could cost their lives. You left the other screen before you untouched, abandoning your responsibility of fast coming deadline, absorbed into the wonder of modern organ transplantation. You hardly believe how five-hour ride since the healthy heart left the body of its host could still be stitched up to another chest; how the new host anticipated the turmoil in the system thanks to the new intruder by shrinking the vein and lessening the blood flow, causing the body to continue living with the least energy needed and efficient work of the organs; and how the tiny, automaton muscle, how the pulsing thing that is no less than a palm of your hand could motorize the whole body of a human by beating no less than 100,000 times nonstop on daily basis. And your wonder continued by the sophisticated defense system that the brain of a

The “You-Asked-Me-to-Enter-then-You-Made-Me-Crawl“ Stance

Dulu saya tergokil-gokil dengan U2. Bono dan The Edge bagi saya adalah nabi, penyembuh luka hati dan penyakit kejiwaan melalui lirik-lirik lagu yang mereka nyanyikan dengan damai. Adem rasanya. Lebih adem ketimbang denger kasidahan. Saya sempat bertekad untuk mempersembahkan keperawanan saya pada Om Bono. Namun kuping saya yang perek akhirnya dipenetrasi berbagai musik lain. Mulai dari Erwin Gutawa Rockestra, Dream Theater, God is an Astronaut sampai Sudjiwo Tedjo dan Sandii. Jadilah, Om Bono agak-agak tersingkirkan. Lagipula, selaput dara saya sudah tenang menyatu dengan alam setelah saya korek dengan sendok teh lalu sendoknya saya cuci dengan sabun anti bau amis. Urat malu saya yang memang sudah putus sejak dahulu kala membuat saya nekat nimbrung orang ngegitar di tempat saya nongkrong untuk numpang teriak. Nggak, saya nggak bisa nyanyi. Serius. Saya cuma seneng teriak. Kebetulan yang ngegitar itu dulunya mantan anak ben. Yang satu basis, satunya gitaris (dan saya manis. Ya, ya.

The Scene

Image
Adegan apa dari sebuah film yang paling menancap di kepalamu? Apakah ciuman lengket-panas-basah dari sepasang kekasih, tango tak terlupakan antara kakek buta dan seorang perempuan cantik, atau dar-der-dor menggelegar antara the good guy and the villain? Buat saya, hanya perlu sekian detik penggambaran yang hanya melibatkan jendela dan seraut wajah di baliknya. Saya tidak banyak menonton film. Dan apapun yang sempat diserap panca indera dan mampir di otak saya cenderung mudah sekali terlupakan. Celakanya, adegan Toto dewasa memandang bayangan Elena dari balik jendela kafe seberang dengan telepon di tangan pada Cinema Paradiso ; tatapan sendu tokoh utama dari dalam mobil menuju penjara pada 25th Hour ; nanarnya Voight memandang keluar bis sambil memeluk mayat Hoffman dalam Midnight Cowboy ; atau beban batin seorang legawa dari sorot mata Jude Law, menghisap ganja sambil menunggu pelanggan tengah malam di bar dalam My Blueberry Nights adalah… awesome. Saya hanya melihat para lelaki

Perempuan Berkalung Anjing

Image
Apa yang bisa kamu liat dari seorang perempuan berkalung anjing yang sering memaki dan dimaki "ANJING!"? Ia lindap dalam dentum pengantar maksiat, diam, mengantuk, menyesap cairan beralkohol dan sesekali tersenyum, terpaksa. Kau akan dapati perempuan berkalung anjing membaur bersama calon penumpang bis trans Jakarta, berpeluh dan merutuk dalam hati kapan gilirannya tiba. Kau juga akan melihatnya duduk menghadap notebook, sendirian atau bergerombol, sama seperti para pekerja sekarang melepas penat dan lelah. Perempuan berkalung anjing memang anjing. Ia tak seperti gajah dan kura-kura pendendam, mengingat satu kesalahan hingga mati. Seperti emosi anjing yang dapat kau liat lewat kibasan ekor, kau akan tau marah, kecewa, senang atau sedih hanya dari wajahnya. Ia akan membentakmu jika kau salah atau spontan memelukmu jika kau membuatnya bahagia. Perempuan anjing berkalung anjing tak habis mengerti mengapa penyayang anjing bersikap selicik siluman rubah pada dongeng-dongeng Kera S