Posts

Showing posts from 2009

Kehilangan dan Melepaskan

Image
Pernah kehilangan? Saya pernah. Berkali-kali. Rasanya seperti ada benda tak kasat mata yang lama tertanam dan mengakar lalu tercerabut dari tengah dada, membuat sesak napas karena hanya menyisakan kekosongan hampa udara. Tidak menyakitkan, karena tidak ada nama yang mampu mendefinisikan rasa melebihi ‘sakit’ ketika hal itu terjadi. Pokoknya, nggak enak sama sekali. Taukah kamu apa yang tercerabut itu? Hati, yang sama tak kasat matanya dengan oksigen namun diperlukan untuk memanusiakan manusia. Bukan hati yang sering disamakan dengan jantung pemompa darah, hati yang ini mewujud pada benda kesayangan, binatang peliharaan, orang terkasih, teman terdekat, apapun yang menjadi object of affection. Saya bicara tentang keterikatan, tentang waktu tak sebentar, tentang usaha tak sedikit dan tentang kesabaran luar biasa untuk membiarkan keterikatan itu tumbuh. Dan yang paling mendasar adalah menjadikan ‘sesuatu’ itu sebagai sebuah pengingat akan siapa diri kita. Dengan kata lain: eksistensi. Kare

The Beginning

Image
Malam minggu ini saya habiskan dengan memaksa dua belas cowok lucu-baik-asik-tapi-dekil untuk mengernyit di depan selembar kertas berisi empat cerita singkat berbahasa Inggris. Mereka kawan belajar saya di SERRUM Saturday English Class dan diadakan untuk pertama kali, malam ini. Kebetulan, saya yang harus transfer apa yang saya tau tentang Bahasa Inggris, dan mereka yang jadi korban. Begitulah. Kelas kami mengambil tempat di galeri pameran. Papan tulis putih digantung menutupi salah satu dinding tempat komik-komik Eko ditempel. Kursi dan meja disusun membentuk hurup U bersudut yang terbuka menghadap saya. Dan kami pun mulai belajar jam setengah delapan dari jadwal jam empat sore. Sungguh tipikal kelas saya, ngaret! Haha! Bukannya saya nggak setia sama BHI English Club atau anak-anak jalanan di SALUD dan membelot ke SERRUM. Sama sekali bukan. BHI English Club sedang hiatus dan program di SALUD kebetulan sudah selesai (meskipun laporannya belum juga saya bikin. Maap ya Bang .. Gun ...

Kudos to Tante Em!

Image
Seorang perempuan luar biasa menulis tentang anjing tepat pada tanggal 15 Desember di blognya, sesuai janjinya pada saya beberapa minggu lalu. Saya menjulukinya Superwoman, diam-diam. Jepang menjadi tempat tinggalnya selama lebih dari satu dekade. Mengajar, mengurus anak dan suami, mengurus rumah, namun masih sempat berbagi pada saya melalui entri-entrinya yang di-broadcast ke seluruh dunia maya. Belum genap setahun saya mengenalnya. Pertama melalui komen-komen di blog beberapa teman, kemudian saling bertukar ID YM. Tante cantik ini selalu menyapa saya dini hari, menemani malam-malam panjang saya ngelembur di pabrik topeng. Hangat dan menyenangkan bicara dengannya. Tentang hidup, tentang sepi, dan tentang laki-laki. Dia memaknai teman sebagai pelipur kesendirian dan penghapus rindu akan tanah air. Meskipun membawa dua jagoan kecil yang lucu-pintar-ganteng, dia lepas seperti merpati. Tanpa sungkan bertanya pada saya dimana dia bisa mendapatkan bir di pusat jajanan beberapa bulan lalu

A Scrivere

Image
Pada awalnya adalah kata... Saya lupa siapa yang pernah bilang begitu. Tapi saya mengingatnya seperti saya mengingat berapa jumlah jari pada tangan kanan dan kiri saya. Ya, pada awalnya adalah kata, terketik pada layar monitor huruf demi huruf, menjadi kalimat maupun frasa, lalu mewujud paragraf, kemudian menjelma artikel atau esai, atau muntahan curhat-curhat yang nggak begitu penting bagi orang lain. Setelah itu tersimpan dalam bentuk digital di dunia maya, sebagai blog atau posting di forum. Padahal jamannya eyang buyut saya belum ada, pionirnya adalah papirus dan tinta. Yang punya kemampuan menulis pun--secara duit dan pendidikan--juga cuma orang-orang tertentu. Menulis adalah elit dan eksklusif. Saya suka menulis di blog. Sebagai penyeimbang mental dan medium kesombongan. Ada banyak karat otak betumpukan, menunggu untuk dibuang dan sering makin mengganggu storage di kepala. Karena bisa diakses siapa saja, jadilah, siapapun bisa membaca karat-karat saya asal tau alamatnya. Ternyata

A Little Story of Us

Image
It was the look in a pair of eyes, so pure and trusting you’d fall in love in an instant. It was love at the first sight, in one fine Saturday afternoon, the day that forever will emblazon in my soul. The first time I saw him, six months ago. He jumped right into my arm when he saw me entering the gate for the first time. He forgot his stand. One second passed and he awkwardly realized that I was a stranger. And I had to go through an introduction once again, kneeling before him and giving him my right hand so he could remember my scent. I moved to more spacious rented room with vast frontyard for him. And it was against all odds to get an affordable one in South Jakarta with my little salary. He made me consider the future and never again I think about dying young. I’ve got him: my miracle. Now he stands before me as my guardian angel and walk beside me as a true friend. He knows how I feel without me telling him anything. I never thought I could learn how to love unconditionally from

For the Love of Dog v0.1

Image
Tau anjing? Iya, binatang berbulu berkaki empat, selalu ngos-ngosan meskipun nggak lari-lari, sering nggonggong nggak puguh, berliur segentong nggak abis-abis, (yang katanya) penghalang malaikat chicken buat masuk rumah orang Islam, dan jadi kata umum untuk memaki (dan biasa saya gunakan). Banner di atas adalah pengumuman kumpul anjing yang diadakan tanggal 8 November nanti, jam 7.30 sampai 12 siang di Taman Langsat, Kebayoran Baru. Dekat dengan tempat nongkrong saya, Wetiga. Beberapa bulan belakangan ini saya jatuh cinta pada anjing. Dan seperti pecinta pada umumnya, sang objek akan selalu terbayang dimanapun saya berada. Gara-gara anjing, saya jadi kelewat sering menjenguk Oma Wiwik dan Mbah Gogo , mencari tau lebih banyak tentang sifat dan berbagai jenis mereka. Karena mereka pula saya sering mojok di pabrik sambil merokok di beranda, bertukar cerita dengan Pak HRD yang ibunya sering memungut anjing terlantar kemudian dipelihara di rumah. Lagi-lagi, seperti pecinta pada umumnya, a

To One Tired Angel...

Image
Somehow, being great is not enough. You have to be perfect. You have to be what everybody wants you to be. You have to have countless of masks so you won't be disappointing anybody and wear it with exact timing though you only have split second to change into another mask once you meet another people. And it sucks. Somehow, the temptation is too bitch to be ignored you surrender. Not because you want to but because you simply need to silence the seductress so you could carry on with the life you have. And you're breaking down in the process because the hope raised and the expectation came unexpected. In the end of the day, you know you've taken the wrong turn and you made it into one hell of a lesson learned. Somehow, it's very exhausting to mend all the things by yourself. I know. You said that million times. And it's all begin with what people called choice, option, consequence. We had this kind of talk before. A long one that I never forget. But one thing I know

Tentang Maktub

Image
Ternyata… Di Jakarta Selatan dekat Beverly Hills-nya Indonesia masih ada tempat dengan halaman rindang serupa hutan; ada pemahaman tentang privasi; ada kasih dari dua manusia asing; ada senyum penuh pengertian; ada teras dengan jendela besar-besar; ada dunia dengan biaya sewa murah; ada satu petualangan panjang menanti di hadapan. Dan keajaiban yang mewujud tepat hingga ke renik. Ini untuk kamu: tentang komitmen seumur hidup, berdua menantang dunia. Dan ini karena kalian: semua orang yang doanya terselip diantara berjuta pinta seiring helaan nafas. Terima kasih, Sang Maha Baik. Bahkan ketika saya memohon seekor anjing, Kau kirimkan malaikat lengkap dengan sepotong Eden terlempar ke Radiodalam. … and the adventure begins… ps: semoga nggak ada cerita kekuncian dinihari. gambar diambil dari foto album sang ayah.

Hypocrisy, Anyone?

Image
Menurut kamus online ini , hypocrisy , yang berasal dari abad ke-13, berarti: 1 : a feigning to be what one is not or to believe what one does not; especially : the false assumption of an appearance of virtue or religion Lalu, apa hubungannya dengan berita tentang Miyabi yang saya ambil screenshot-nya di sebelah? Saya gerah. Beneran. Sumuk, kepanasan, emosi tinggi. Ngapa-ngapain jadi nggak jenak. Kenapa? Karena kemunafikan ini semakin menjadi-jadi. Katanya Miyabi merusak moral bangsa. Setau saya, bangsa itu hanya satu kelompok besar, terdiri dari individu-individu yang berdiri sendiri, punya otak dan hati sama sepeerti manusia lainnya, dan punya pilihan sendiri. Mereka hanya KEBETULAN berada dalam satu tempat yang sama. Ada juga yang bertebaran di berbagai negara lain, namun karena akar dan budaya, mereka masih merasa bangsa Indonesia. Satu hal yang saya nggak abis pikir dengan FPI yang katanya Front Pembela Islam. Islam sebelah mana yang kalian bela? Saya jengah dengan kelompok-

Relativity, Anyone?

Kemarin saya terkapar tak berdaya di kamar kos, sejenak setelah membuka mata, pagi pukul delapan. Kepala rasanya seperti dihantam kontainer tiga biji sarat berisi muatan, lengkap dengan supir dan keneknya. Untuk mencetin keypad di ponsel dan mengabarkan saya absen saja rasanya susah sekali. Kelemahan saya memang di kepala dan perut. Antara sakit kepala dan mules, meskipun tampang berusaha dibuat sangar dan galak. Hampir setahun yang lalu rekan seperburuhan saya yang cantik, manis, dan kalem pulang dari perawatan di Belanda. Dia bercerita tentang biopsi, ketika jarum diameter lima sentimeter menusuk tulang ekor tanpa anestesi. Sakitnya tidak tertahankan. Dan karena trauma hebat setelahnya, dia baru bisa bercerita beberapa bulan kemudian. Saya hanya terhentak tanpa bisa berkata apapun di hadapan perempuan dengan airmata leleh, di suatu sore. Kami berdua punya ambang sakit berbeda. Baginya, mungkin biasa untuk merasakan sakit kepala berkepanjangan dan mimisan tak berkesudahan. Hampir tiap

Tentang Pasrah

Image
Malam tadi saya dinner lagi bareng lelaki kurus berwajah tirus, orang yang sama dengan siapa saya berbagi malam takbiran . Sehabis libur Lebaran baru malam itu kami bertemu. Mendadak, setelah kami bertukar celaan (penanda keakraban yang aneh bagi orang-orang di sekeliling saya), ia mengajak saya makan sate padang. Bukannya tanpa persiapan saya menuruti ajakannya. Dia adalah salah satu dari dua orang ‘berbahaya’. Makan atau nongkrong berdua saja bareng lelaki-lelaki usia tiga puluh tiga yang saya kenal dalam satu komunitas ini sebenarnya hanya ‘same shit different day’. Sebagai ‘adik’ mereka—saya yang mengaku-ngaku sementara mereka melepéh-lepéh—saya hanya akan ‘digampari’ dengan berbagai cerita sehari-hari yang sepertinya dipetik dari udara namun kental makna. Padahal saya sedang menunggu gamparan orang ’berbahaya’ satu lagi yang tak kunjung datang. Sesudah beberapa kunyahan, awalnya adalah batik yang saya protes keberadaannya secara serempak dalam satu hari . Hanya untuk satu nasional

Lebaran, Anyone?

Hari terakhir puasa Babab tidak bersama kami ketika Lebaran. Kami santai saja. Ibu masih mencetak adonan kue kering pada nampan ketika takbir berkumandang tanpa henti di mesjid, karena ini adalah saat yang tepat mencoba resep. Adik saya malah tidur karena flu. Dan saya baru pulang ke rumah pukul sebelas malam. Semua sama seperti biasa, kecuali bagian membuat kue. Sejak dulu keluarga saya memang tidak pernah mendewa-dewakan Idul Fitri karena itu hanya perayaan atas terbebasnya nafsu setelah terkungkung sebulan penuh. Setidaknya begitulah menurut saya. Salahkan media yang mengangkat momen ketertundukan manusia atas nafsunya sendiri sebagai tambang iklan dan rating yang tak habis dikeruk. Silahkan berkernyit pada lawakan-lawakan konyol pengantar sahur (dan saya bertanya-tanya ada berapa korban tersedak hingga mati ketika mereka makan sambil tertawa). Bebaskan dirimu untuk memaki beberapa pendakwah—dadakan dan asli—pengisi waktu sebelum adzan magrib datang (dan tidak akan kamu lakukan kare

Loony Talk

Repost dari entri bertanggal 13 Januari 2009, saya kopas demi sebuah kenangan terhadap dua orang gila di suatu dinihari. 1:59:05 AM Him: paganisme pada dasarnya merupakan keyakinan yang toleran: kultus2 lama tidak merasa terancam oleh kedatangan tuhan2 baru, selalu ada ruang bagi tuhan2 lain di kuil untuk berbagi tempat di altar dan duduk berjejer berbagi sesembahan tradisional 1:59:07 AM Him: hahahahaha! Nice! macam musyarawah tuhan 1:59:15 AM Him: :)) 1:59:30 AM Me: itu tulisan sape? 1:59:36 AM Him: karen amstrong 1:59:40 AM Him: gw ketik ulang buat elu 1:59:44 AM Him: kagak pake kopas2an 1:59:48 AM Me: aihhh… 1:59:52 AM Me: makaciiiii 2:00:07 AM Him: lucu2 gmn gitu itu bagian itu 2:00:12 AM Him: nyengir gw bacanya 2:00:19 AM Me: iya, gwa juga bayanginnya gitu 2:01:08 AM Me: tuhan2 pada ngerubungin meja 2:01:39 AM Him: hahahaha 2:01:44 AM Him: tuhan melu prasmanan 2:01:45 AM Me: ngopi2 sambil ngomongin umat ama nabi2nya 2:01:47 AM Him: enek dress code 2:02:01 AM Him: trus saling curh

Pada Dua Puluh Menit Terakhir

... yang sekarang beranjak sembilan belas: Indikator daya yang tersisa di baterai Pektay, menggeletak di meja pada sebuah kafe. Malam melarut. Takbiran dengan bingar suara latar berirama lebih dari 200 beat per minute telah lama punah, terpadamkan oleh protes saya yang menginginkan lengang di malam 1 Syawal (yang saya rasa sama sepi dan kering di hati). Kursi-kursi diangkat, membuat kafe ini bertambah luas. Namun kami, saya dan seorang lelaki yang duduk di sebelah saya, berwajah tirus seperti mengemban beban pada sepasang pundak kurus, masih terpaku di sini, di hadapan pendar layar tigabelas inci, meluapkan gelisah dalam diam. Hanya bunyi ketukan tuts keyboard dan hembusan asap tipis dari hidung dan mulut kami, mengambang ke atas untuk kemudian lenyap. Dan beberapa pengunjung berdiri dari meja, menggeser bangku, mengangkat pantat, tertawa, bersalaman, berpelukan, mengucap selamat, dan berpisah di halaman parkir. Beberapa pelayan menatap gelisah pada kami yang masih menunduk, bahkan eng

Tentang Kendali

Image
Ramadhan tinggal beberapa hari lagi. Puasa-puasa begini biasanya makanan di rumah tidak banyak berubah. Hanya es buah atau kolak yang biasanya tidak pernah absen setiap hari.  Ibu saya menyukai Ramadhan. Asalkan harga-harga tidak melambung tinggi. Baginya, memasak untuk makanan sahur dan buka itu lumayan irit dari segi waktu dan material. Dan ibu masih saja bertanya-tanya sampai sekarang mengapa bisa semua harga bahan makanan naik gila-gilaan dalam sebulan untuk para keluarga yang 'cuma makan segitu'. Seingat saya, saya mulai puasa penuh sejak kelas tiga SD. 'Penuh' menurut ukuran ibu saya, turut sahur dan berbuka pada waktunya, nggak makan dan minum diantaranya. Padahal, andai beliau tau, pasti saya nggak dianggap puasa. Saya kerap 'nithili' tempe goreng di dalam lemari, siang-siang sepulang sekolah karena nggak tahan. Bukan karena lapar (seingat saya, saya nggak pernah merasa lapar), tapi karena pengen.        Ketika saya besar, saya lebih bisa paham tentang p

The Aging Part

Image
"Gue kangen brondong, Pit," keluhnya di jendela chatting suatu malam. Saya tau, yang dimaksud pasti lelaki muda yang fotonya dia kirimkan ke email saya. Beberapa bulan yang lalu memang dia sempat cerita ada 'brondong' yang sedang 'dilekatinya' dan ia kenal di Facebook. "Ya udah. Telpon sana. Atau SMS. Jangan kayak orang susah gitu lah," jawab saya sekenanya. Ada jeda lumayan lama sebelum akhirnya dia melanjutkan. "Nggak bener nih. Dia masih SMS dan masih nelpon setelah ketemu gue. Nadanya juga masih mesra. Padahal umur gue udah 35. Menurut lo dia suka nggak ama gue?" Saya hampir terjengkang dari kursi karena pertanyaannya lucu sekali bagi saya. "Are you that blind?! Geez!" "Ya... Gimana dong? Gue janda beranak empat, perut bergelambir, paha berselulit. Mosok dia masih bilang gue imut?" Well, untuk urusan penamaan sebenarnya saya agak pilih-pilih. Buat saya, anjing gede bertampang sangar dan berbulu hitam gondrong bisa ja

Re: Post

Ada bekas-bekas gerimis dengan titik air bergayut malu di ujung-ujung daun Angsana Ada sejuk udara malam berembun mengiringi pergantian tanggal Ada hangat tawa sahabat di tengah kopi kental dan hot ginger bersusu Aku berontak ketika kau hentak tanganku untuk turut, menepis–tanpa hasil–lengan yang kau lingkarkan di bahuku dan setengah menyeretku pulang Namun mengapa waktu berhenti, gerak otot melumpuh, mata terpejam, mulut membungkam dan lidah kelu ketika kurasa sepersekian detik panas bibirmu pada bibirku, turun menjalar selalu kian kemari ke perut, menggemuruhkan dada dan membuat isi kepala berputar pasca bungee di Jembatan Bloukrans? Dan mengapa semua warna jadi kontras luar biasa padahal malam redup, bulan sembunyi, bintang lelap, dan lampu merkuri pun malas-malasan seperti Kuntilanak pulas di bawah selimut tebal? Bumi basah. Aku juga. Repost dari entri bertanggal 18 November 2008. Just a simple remembrance.

Tentang Patah Hati

Saya lupa berapa kali saya kena sial seperti judul entri ini. Banyak hal penyebabnya. Cowok, pekerjaan, sekolah, keinginan tak tercapai. Sebut saja. Saya sudah pernah semuanya. Tapi toh dunia nggak berhenti berputar karena hati saya patah, kan?  Sebuah studi yang entah dimana, entah siapa penggagasnya dan entah siapa penelitinya (blame my limited memory, don't blame those angelic scientists) pernah berkata bahwa orang dengan tinggi diatas rata-rata, berkulit lebih terang dan secara fisik enak dilihat akan selalu mendapatkan semua hal lebih mudah ketimbang orang yang tingginya standar cenderung kuntet, berkulit sawo busuk, dan AGAK sepet di mata. Sebagai salah satu mahluk tuhan dengan karakteristik terakhir saya sadar betul hal ini. Namun satu hal yang (mungkin) dilupakan para peneliti tersebut adalah daya juang para mahluk sepet yang tidak standar. Saya juga tau cowok-cowok akan melirik ke teman-teman perempuan saya yang lebih kurus dan lebih bening. Itu wajar. Preferensi. Makanya

Redefining Life

Image
“You name any relationships imaginable (and unimaginable), state your attachments, simplify everything, and you get yourself a baggage—be it small, big, or gargantuan. It’s only a matter of how to press the baggage into an itsy-bitsy, tiny-winy little package that will put a smile on your face, every step of the way. The smaller the package, the wider the smile. Thus, make one hell of a good show, Pit. Let God watch you in silence while the Angels stroking His dick fiercely.” — an email that I read at two o’clock in the morning that successfully made me laugh to my heart’s content and waking mbak-mbak next door to have their very early sahur. Thanks, dear friend. You are proved and tested to be a guru long before I knew you personally. You have my highest gratitude… Errr... performing before God and seeing the Angels do the handjob?! Ergh! Think of something greater, Baldy-Perv! I know you could do better than wanking your weenie when the earthquake hit you. Image is taken from here .

The Art of Losing

Dulu saya pernah mentertawakan teman yang muntah-muntah sehabis melihat pacarnya meggandeng lelaki lain. Saya kira tubuh saya tak akan bisa 'dihajar' kehilangan semacam itu. Ternyata saya salah. Kabar yang saya dapatkan sedari sore telah membuat isi kepala saya bertubrukan dan pandangan berkunang-kunang. Bukan, ini bukan tentang pacar saya yang tidur dengan perempuan lain. Toh semua orang tau saya jomblo sejati (and proud to be one). It's more than just stupid thing like that: I'm about to lose something. Sudah berjam-jam saya mencoba mengurai sedih dan marah, namun baru kali ini saya totally lost for words. Bahkan untuk berteriak pun saya tak mampu. Bicara pun saya tidak bisa. Dan saya mual sedari tadi. Jadi... Seperti ini ya rasanya? ps: no question, please...

Tentang Perbedaan

Image
Ia punya darah campuran Jepang-Belanda-Betawi. Meskipun cheesecake dan coklat adalah cemilan utama, ia amat suka kambing bakar madu dan lontong sayur, juga tumis paria. Karena suaminya warga negara Australia namun mukim lama di Perancis, lidahnya fasih melafalkan kalimat-kalimat dalam bahasa negeri Eifel. Singapura sempat jadi tempat ia ‘melarikan diri’ selama hampir setengah tahun karena muak dengan kenangan pahit di Jakarta. Paris juga pernah ia tinggali beberapa bulan. Dan ia akan tandangi Groningen minimal dua tahun sekali, untuk pengobatan. Ia leukemia. Kemarin, saat pendingin ruangan di pabrik mampus dan Jakarta berada pada titik panas tertinggi, ia mimisan berkali-kali. Padahal baru kemarin lusa ia transfusi. Dokternya bilang, ia harus ‘disimpan’ dalam suhu dingin. Udara gerah semacam ini membuat aliran darah tersendat dan kepalanya sakit luar biasa. Ia bercerita pada saya sambil setengah tengadah, menahan darah yang sebentar lagi leleh dari sepasang cuping hidung putih bangir p

About Redemption

Lisannya bercerita tentang kehilangan nan kelam, selepas tengah malam. Sepasang matanya menyiratkan sakit meski tubuhnya bersandar santai pada kursi. Saya hanya diam dan merespon dengan ucapan konyol agar sesak yang juga saya rasa tak mengemuka. "Tidak ada satu hari pun berlalu tanpa aku dapat melupakan perasaan bersalah karena kehilangan ini. Tidak sehari pun," ujarnya sambil menerawang. "Jika tidak karenaku, maka dia masih akan berlarian, masih menemani mereka yang dia kasihi, akan menyambutku setiap aku pulang..." "Everything happens for a reason, Mas," ujar saya. Mendadak, televisi yang menyala di hadapan kami menjadi sangat menarik buatku meskipun hanya menampilkan berita basi tentang bom dan teroris yang tersudut di kamar mandi. "I know. It's just..." Selanjutnya ada pembelaan, ada kesadaran, ada ketakberdayaan, lalu diam. Di penghujung kalimat terbata, dia ungkapkan kenyataan. "For all I've done in the past, it's all comin

A Kind of Prayer

Image
Sayang, Kukirimkan sebarisan malaikat untuk menjagamu ketika malam sunyat hingga pagi meriuh menggemeretakkan geligi hidup. Ketika surya menyembul seperempat di cakrawala, jangan kau usir pagi yang mengusung aroma kopi bercampur tahi dari kandang ayam belakang rumah, menggebrah kelopak yang lekat dengan mimpi akan tahta, harta dan wanita. Selamat malam. Selamat tidur. Picture is taken from 2001 Pulitzer winner, about an Afghani refugee kid's body being prepared for the funeral in Pakistan. 

Tentang Sendirian

Pukul empat kurang satu dan ada Stone Temple Pilots meneriakkan ‘Down’ dari kamar depan tempat saya menginap beberapa hari ini. Sendiri. Saya tidak merutuk pada mata yang masih terang menatap layar mesin ketik, tidak menggugat pegal akibat ngepel pukul dua pagi mencari lelah, tidak khawatir jam berapa ‘keponakan’ saya—Sasa, si halfbreed Herder dan Rottweiler—pulang nanti. Saya hanya heran atas kemampuan saya untuk sendirian dan menikmatinya. Beberapa hari kemarin saya mendapati seorang ibu muda dengan dua anak merasa sepi meskipun dunia ada di sekelilingnya. Sebelumnya ada satu jiwa yang merasa tidak pernah tercukupi dan selalu sendiri meskipun semua hal dia punya. Ada juga yang mengaku berselingkuh dari satu perempuan ke perempuan lain karena merasa terasing dari sang pasangan jiwa. Dan, yang menurut saya paling konyol, ada yang merasa kesepian jika dirinya tanpa pacar. Saya tidak tahu bagaimana merasa sendirian walau dua harta paling berharga dan seorang pasangan jiwa selalu

BHI English Club: Week 8

Thanks to Paman Tyo's post , and after some 'serious' conversations with those ol'-yet-funky guys in W3 a night before, The Bitch Teacher had a 'normal' material for her class tonight. Though there were only Mas Hedi and Tante Ai presented, still they had fun. Tonight's subject was I've got to comprehend , taken from the lyric of Simply Red 's song, Star , that The Bitch teacher suddenly remembered. The class had four stories that they had to retell with their own words. All of the stories are taken from an old copy of Reader's Digest Asia, February 1984 edition given by a charming person who tend an old, shrewd, gloomy, stuffed secondhand book stall next to Blok M bus station where The Bitch Teacher frequently spend her times reading without buying anything. And here they are: Made of Irony Helene Hanff, author of 84, Charring Cross Road, first went to New York City nearly 40 years ago after winning a playwriting contest. She wrote about the r

A Sort of Prayer

Image
Surya tenggelam. Semesta terhimpit malam. Seseorang menyapa dalam kalam pada lengas kubikel suram. Dia, yang darinya terang didapat melampaui kelam, darinya ucapan selalu berakhir dengan acuh salam, darinya sepotong nasihat berbalut senyum membuat resah jiwa padam. Dia bilang: muram. Katanya ada dusta menghunjam. Ada kalimah surga namun merajam. Ada kata berlekuk terjal jeram. Ada tanya terjawab bungkam. Ada rindu berbalas dendam! Wahai, Sang Kala. Mengapa tak lekas tersudahi pulihnya sebuah hati dari halimun zaman? Ia tahan benaknya untuk menyimpan hanya satu resam. Bagaimana kau berpaling dari dia yang telah tuntas membayar dengan cahaya untuk semua yang dulu ia lakukan dalam kelam? Sejenak, jantungnya menghitam. Ia, manusia biasa, bukan Brahmana atau Begawan. Namun ia ingin belajar bagaimana ikhlas dapat ia paham. Meskipun dia punya ego setinggi gemawan. Dan sungguh, ia belajar luruh, belajar turut, belajar lebur, menari dalam hujan teriring irama waktu walau kadang tertatih ngilu,

English Club: Week 7

Image
As usual, it was Saturday night and The Bitch Teacher was trying to get serious to her fucked up class. There were still the same formation like last week, minus Tika because she had to go to Jogja. But they had a guess star: Mas Hedi . Yet, there were a lot of free riders in the class, so it was quite crowded as hell. To show her seriousness, The Bitch Teacher had made some effort to sum up her screwed brain and squeeze one thing or two from it. And here they are: PRONOUN: Which person is it? The term PERSON in English means who a sentence is about or who is doing something in a sentence. Most of the time, we know this by which pronoun is used or could be used. FIRST PERSON is always yourself (the speaker); SECOND PERSON is the one or ones you are speaking to; THIRD PERSON is whom we are speaking about. " I (first person) asked you (second person) to invite him (third person) to the party." PRONOUNS: PRONOUN is a word that takes the place of a noun in a sentence when the n