Tentang Sendirian

Pukul empat kurang satu dan ada Stone Temple Pilots meneriakkan ‘Down’ dari kamar depan tempat saya menginap beberapa hari ini. Sendiri.

Saya tidak merutuk pada mata yang masih terang menatap layar mesin ketik, tidak menggugat pegal akibat ngepel pukul dua pagi mencari lelah, tidak khawatir jam berapa ‘keponakan’ saya—Sasa, si halfbreed Herder dan Rottweiler—pulang nanti. Saya hanya heran atas kemampuan saya untuk sendirian dan menikmatinya.

Beberapa hari kemarin saya mendapati seorang ibu muda dengan dua anak merasa sepi meskipun dunia ada di sekelilingnya. Sebelumnya ada satu jiwa yang merasa tidak pernah tercukupi dan selalu sendiri meskipun semua hal dia punya. Ada juga yang mengaku berselingkuh dari satu perempuan ke perempuan lain karena merasa terasing dari sang pasangan jiwa. Dan, yang menurut saya paling konyol, ada yang merasa kesepian jika dirinya tanpa pacar.

Saya tidak tahu bagaimana merasa sendirian walau dua harta paling berharga dan seorang pasangan jiwa selalu turut kemana kaki melangkah menetapkan hati. Saya belum—dan berencana tidak—menikah dan berkeluarga. Namun saya sadar beberapa hari ini saya juga tidak sendiri-sendiri amat. Ada banyak teman di jejaring maya yang bisa saya akses lewat ponsel kacangan. Mereka selalu menjawab panggilan saya, berbalas status dan komentar di halaman Facebook. Ada lima penjaga di depan dan belakang rumah—dua kucing dan tiga anjing—yang kadang mengeong dan menggonggong, seperti menunjukkan bahwa saya tidak sendiri. ada setumpuk film dan tiga buku yang saya bawa. Ada ribuan lagu pada hard disk MP3 saya. Ada file komik dan beberapa file PDF ebook yang berhasil saya codot. Saya tidak punya alasan untuk kesepian.

Lalu mengapa masih ada beberapa orang merasakan hal itu meski mereka punya lebih banyak perangkat hiburan ketimbang saya? Jujur, saya tidak punya jawabannya. Mungkin ini adalah kengeyelan saya dalam tingkat tertinggi, dimana saya menolak merasa kesepian meskipun saya sendirian. Meskipun saya sering mengaku antisosial, saya tidak menolak siapapun untuk menyapa. Karena itu saya punya akun Facebook. Jika saya anti manusia, saya tidak akan tersenyum dan menjawab pertanyaan tentang siapa nama Siberian Hushkey yang saya ajak jalan-jalan lepas tengah malam—meskipun saya pikir itu adalah waktu terbaik karena manusia normal biasanya sudah lelap entah bermimpi apa.

Mungkin saya bisa sombong karena kebutuhan saya akan orang lain (kelihatannya) tidak begitu besar. Namun saya tau, akan selalu ada sepasang tangan merengkuh ketika saya jatuh—tangan siapapun. Saya percaya besok masih akan ada beberapa teman yang datang pada saya mengajak saling bertukar cerita. Masih ada keluarga yang selalu riang merangkul ketika saya kebetulan punya pikiran pulang. Masih ada adik yang selalu ngomel karena tidak saya ajak nonton. Masih banyak orang-orang senasib dengan saya sebagai underpaid-overworker dan selalu kas bon ke kasir pabrik. Masih ada teman yang mentraktir makan siang meskipun saya belum ingin makan.

Masih ada orang yang peduli pada saya dan saya pedulikan. Mungkin itu jawabannya.     

Selamat pagi. Waktunya tidur (=

Oh… Semoga hari ini kamu tidak kesepian.

  

Comments

  1. mbak...
    aku minta maaf atas semua salah...

    ReplyDelete
  2. @SiNyong
    samasama, nyong. kenape lu? udah mo mati? jadi juga bunuh diri?

    ReplyDelete
  3. Anonymous9:40 PM

    Gimana mau sepiii...>
    Lha wong 3 sekawan itu njenggong terus ;) hehehe

    anw rasa itu soal keputusan. Kadang rasa datang then we feel like being overwhelmed with it. But afterward, it's our decision to control our heart. I see ur such a dominant person, not only to ur feelings but on bed too perhaps? ;)
    huahhaha

    ReplyDelete
  4. ah, eda eka ini. cemanapun awak bisa dibilang dominan in bed kalo sex cuma oral, or in other word, diomongin doank? haha!

    ReplyDelete
  5. belum, mbak. rasa punya salah aja makane minta maaf... matur suwun, nggih... :D

    ReplyDelete
  6. Akupun merasa kesepian selama ini bos. Terlelap karna angan tak sampai menggapai...

    ReplyDelete
  7. PION!!!
    oh.my.fuckin'.GOD!
    where the hell have you been, man?! i thought you've died!
    thank goodness ((=

    ReplyDelete
  8. Anonymous7:55 PM

    mampir doang cuman mo liat komen eda eka.....abis itu...ketawa guling2 baca balesan si pito...oy...eda pito...pito naibaho....heheheheh

    ReplyDelete

Post a Comment

Wanna lash The Bitch?

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Belahan Dada, Anyone?