Posts

Showing posts from 2010

Pada Suatu Masa

Image
Lelaki menyusut butiran bening di sudut-sudut mata perempuannya yang duduk bersimpuh. Senyumnya mengembang hangat menguatkan, namun masih menyorotkan sedih tak tertahankan. Sebelah tangannya lembut merangkul bahu yang terguncang pelan akibat isak tertahan. "Sudahlah. Tak perlu ditangisi lagi. Tak usah kita berlari. Mungkin harus begini cara semesta meminta kita untuk berhenti. Tak pernah ada kata selesai karena sejarah akan selalu berulang. Dan mungkin apa yang kita lakukan memang salah. Kita harus ikhlas, Dinda..." Perempuan mengangguk lemah, terbatuk, lalu memeluk lelaki yang menjadi belahan jiwa dan sandaran hidupnya selama ini, yang mau melakukan apapun demi kepentingannya, demi penyakit yang menggerogoti tubuhnya dari dalam, bahkan menafikan hak orang lain hanya untuk dirinya. --- Fajar bergulir lambat. Matahari mengintip malu-malu layaknya perawan memindai kekasih bertandang dari balik tirai. Dingin embun pagi tak mampu meredakan asap tipis membumbung dari rumah yang te

Tentang Indonesia

Image
Mencintai Indonesia adalah dengan bekerja dan menjadi yang terbaik. - Biografi Emil Salim Saya punya seorang "keluarga sambung" yang saya hormati benar. Mereka--Pakdhe, Budhe, Mas dan Adek--ramah pada siapa saja. Wajah-wajah mereka seperti selalu tersenyum. Dalam beberapa kesempatan saya menginap, rumah mereka selalu dipenuhi tawa berselimut kasih. Tanpa asap (dan saya sadar diri untuk selalu merokok di luar). Di rumah itu "harta" mereka adalah obrolan hangat, pelukan sayang, buku selemari, koneksi internet yang di-LAN ke dua laptop dan saluran edutainment semacam National Geographic atau Animal Planet. Hiburan saya adalah keisengan dan pertanyaan Adek yang ajaib serta selera musik gubrak-gubrak si Mas yang pendiam dan seperti selalu tersipu malu. Mereka juga tidak memandang saya aneh ketika saya sendirian menikmati lembaran komik Fisika ketimbang nonton acara bongkar restoran. Dan selalu menyuruh saya makan (dan tak pernah saya tolak. Haha!). Suatu malam saya menu

Suro

Image
Pada suatu malam orang-orang memperingati pergantian tahun pada tanah becek dan gerimis menggigilkan tulang. Mereka memantik api dengan kemenangan masa lalu dan prediksi masa depan. Nyalanya terjaga lewat pembahasan tentang tuhan, membincang leluhur, membedah fenomena alam dan kaitannya dengan benda langit, mengagungkan yang pernah dipunya lalu hilang, dan lidah api menjulang berkilat-kilat liar saat dibakar semangat akan harapan untuk kembali merebut kejayaan itu. Nanti. Malam menghangat. Keramik di bawah pantat dan kepala di atas leher ini masih sama-sama dingin sementara alis saya tak jeda berkerut. Sebegitu banyak orang, entah kenapa saya masih merasa sendiri.

Semacam Sajak Rindu

: Untuk Ata dan Anyu Sayang, tidakkah kalian tahu? Ayah-ayah kalian adalah orang-orang yang setia pada suluk Menapak dengan kepala tunduk Tergilas kompromi namun tak sekali pun takluk Dan masih punya mimpi terkutuk. Mereka sempat meninju udara di atas kepala Dengan tekad, dengan nilai, dengan segenap jiwa Api pada mata yang kini redup menyala Tak pernah padam paripurna. Sayang, tidakkah kalian lihat? Ibu-ibu kalian adalah perempuan hebat Piawai membuka keran otak mampat Tegak saat lelaki mereka terhujat Dan lembut mengantar kalian ke buaian, tanpa penat. Jangan merasa asing, Sayang Pada dongeng Disney dan Barney Karena ayah-ayah masih menembang Ranggawarsita Berlatar Teknoshit melantangkan "Darah Juang" dan berkisah tentang Rahwana durjana. Jika kalian besar nanti, Sayang Jangan ragu mengepak sayap lebar-lebar Lalu terbang ke langit maha jembar Seperti Gatotkaca, bukan Icarus Sekukuh Merapi yang tak pernah ingkar janji, bukan Olympus Tak perlu takut mewa

Forgiveness(?)

Image
Will You forgive me, For the fire I see in a pair of those ever observing eyes, materializes in the speech as venomous as the Devil Himself yet a heart as gentle as the first dewdrop early in the morning? For the same questions I hear, the ones I shouted to the sky but never got the answers except in each others'? For the discreet desire, awkward smiles, and the zillionth times of those magic moments when our souls finally found themselves? For the pain and sorrow we share in silence over a cup of coffee and a pack of cigarette because licking our wounds alone to heal was too much? For the dusk through dawn in the blinding lights of the city, for the slightest, scrumptious, carnal instinct as old as the Mother Nature, for the sheer existence, for the speck of color in this black-and-white world, for the tousled hair, for his arching back, for the minds we never deep enough to dive, for the pimples in different coordinates, for the alert attitude with calmness like the darkest ho

Tentang Bayi

PERINGATAN: Tulisan ini MUNGKIN mengandung spoiler. Freedom has a scent. Like the top of a newborn baby's head. - U2, Miracle Drug Apa jadinya jika empat bayi dari empat penjuru angin berbeda difilmkan di awal-awal kehidupan oleh seorang sutradara Perancis? Jawabannya, Babies ! Gambar bergerak yang menakjubkan dan menghangatkan hati ini bercerita tentang Ponijao di Namibia, Hattie di San Francisco, Mari di Jepang dan Bayarjargal--satu-satunya jagoan--di Mongolia. Dikutip dari tulisan Bryan Alexander dalam wawancaranya bersama Thomas Balmes di sini , saya nggak bisa nggak setuju bahwa "keimutan dan ngambek itu tak berbatas." Saya anak pertama dari dua bersaudara dan jarak usia kami cukup jauh. Saya sering meledek adik saya sebagai anak pungut dulu, lalu tangisnya akan meledak keras-keras sepersekian menit berikutnya. Atau menjepret lengan montoknya dengan karet gelang hingga bentol-bentol. Dan saya hanya tertawa melihat bagaimana anak-anak yang lebih besar di sek

Tentang Agama

Image
Penyanggahan: Saya TIDAK membenci agama dan semua ritualnya. Tulisan ini hanya salah satu cara saya mempertanyakan apa yang saya yakini. Gambar di sebelah adalah laman berkicau milik bintang porno Vicky Vette . Kabarnya, dia sempat menggoda bapak Menkominfo Indonesia yang terhormat dengan celoteh-celoteh nakal akibat Michellegate yang menggemparkan itu. Well , kalau Pak Tiffie bukan Menkominfo mantan Presiden PKS yang sangat relijius mungkin kejadiannya nggak bakal kayak gini. Nggak bakal dibikinkan adegan lambatnya dan dianalisa di acara komedi malam dan dijadikan bulan-bulanan tweeps sejagad. Sepak terjang beliau sejak jadi Mekominfo sepertinya mengisbatkan diri jadi admin internet Indonesia dengan standar moral tinggi melalui berbagai pembatasan yang mengatur akses dan isi ruang maya di negara ini--dan sama sekali nggak ramah bagi pengguna dan penyedia jaringan. Atas nama agama, katanya(?). Satu hal di benak saya ketika riuh-rendah pro-kontra Permen Konten Multimedia membahana:

Surat (Cinta) Terbuka untuk FPI: Karena Kita Bersaudara

Image
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, ya Akhi. Semoga keselamatan, berkah dan rahmat Allah selalu dilimpahkan bagimu, Saudaraku. Begitu kan terjemahan Bahasa Indonesianya? Indah ya, salam orang Islam itu. Tidak egois sama sekali. Saya sering dibuat takjub saat tersadar betapa agung arti dari sekelebat salam yang mendoakan orang lain. Sepertinya tidak ada salam yang lebih indah dari salam para pemeluk Islam. Saya datang tak bersenjata sama sekali karena keinginan saya adalah bertamu. Sebagai tetangga satu bangsa, saya hanya bawa diri dan hati. Meskipun kata teman saya orang-orang seperti Akhi hanya bisa mengkafir-kafirkan orang lain yang tidak duduk bersama dalam taklim, saya tidak percaya. Karena itu, mari kita bicara. Hanya saja, begitu banyak pertanyaan sesak di dalam kepala saya. Tolong, jika Akhi berkenan, saya perlu jawaban. Begini… Saya sedih sekali tadi siang, mendengar kabar tentang kawan-kawan Akhi yang bersiap membawa parang dan asma Allah ke tempat-tempat Q

Jakarta Adalah...

Image
“Ceritakan padaku tentang kota bernama Jakarta,” pinta seorang brondong yummy pada si sundal ngurban. Si sundal tersenyum, menatap jalang si lelaki ranum. “Owkey. Gini ya…” Lalu mengalir kisah tentang kota tempat si kere dan si makmur tinggal bersisian, bahu menempel dengan bahu, namun jurang kehidupan memisahkan mereka aduhai jauh. Di pemukiman si kere kau bahkan bisa mendengar suara napas teratur tetangga yang pulas bermimpi punya sebelas bini—atau lenguhan kenikmatan tertahan saat penat coba dihalau syahwat, tergantung hari. Sementara di perumahan mewah si makmur, jika kau hendak sekedar kenal siapa yang tinggal di sebelah, sudah untung kau bisa bertemu BMW atau Jaguar yang barusan keluar pagar. Biasanya, cukuplah kau tak diusir satpam atau disapa babu. Di Jakarta semua orang pemberani tak takut mati. Tiap detik nyali mereka teruji. Jika hidup adalah jihad, maka mereka adalah para mujahid bernyawa. Di sana, mati dan hidup bersahabat. Kebaikan dan kejahatan akrab

Tentang Ibadah

Image
"Seharusnya ayahmu tidak berhenti hanya untuk menyembah Yang Kuasa. Patung-patung yang beliau bikin adalah mahakarya. Ia menyembah Tuhan dengan cara itu, menggunakan talentanya untuk menghasilkan karya seni. Itu sembahyangnya. Sayang sekali jika ia akhirnya harus bersembahyang seperti orang-orang pada umumnya." Kata-kata itu diucapkan seorang om-om gondrong sepunggung yang kira-kira usianya awal empat puluh. Tanpa sengaja pameran lukisannya saya datangi, keisengan yang menjadi momentum ketika meninggalkan Jogja tahun 2006 silam. Takzim ia mengucap, seperti mengungkap penyesalan dengan tatapan penuh rasa prihatin pada teman saya yang ternyata ayahnya adalah seorang pematung legendaris di dunia seni. Lalu ia ucapkan duka cita ketika tahu paman saya (yang kini almarhum)--yang ternyata kawan kuliahnya di ASRI dulu--mengidap gagal ginjal kronis. Bertahun-tahun kemudian, ketika saya menetap di Kota Mayat , saya dapati berbagai orang dengan sembahyangnya sendiri-sendiri. Entah k

Merdeka(?)

Image
Tadi pagi teman saya teriak "ASUUUU!!!" kencang-kencang demi mendengarkan lagu ciptaan Bapak Presiden Yang Terhormat dinyanyikan pada acara kenegaraan . Kami memang sedang mendengarkan siaran langsung Upacara Kemerdekaan melalui radio. "Ini sih jadi kayak acara AMKM jaman dulu!" ujarnya kesal. Saya hanya tersenyum kecut. Hanya itu yang saya bisa lakukan setiap tanggal 17 Agustus, sejak saya tak lagi harus ikut upacara mengenakan seragam rapih. Teman saya kesal sendiri. Akhirnya ia memasang iPod pada speaker. Tak lama terdengar Ucok Homicide lantang menyeruak mengalahkan wawancara para pengibar bendera dari televisi di ruang tengah. Kami kembali ke layar laptop masing-masing, mengisi hari kemerdekaan yang tepat pada seminggu Ramadhan sambil bekerja dan merokok. Kami tidak puasa. Jika kantor sepi seperti ini, kami bisa duduk satu ruangan sambil enak-enakan kebal-kebul. Di hari kerja dan semua karyawan masuk, kami menghormati mereka yang sedang berjuang melawan jiwa

Tentang Perempuan

Image
Saya melihat gambar di sebelah pada newsfeed jejaring sosial yang saya ikuti, terpampang begitu frontal dan liris. Sebrutal-brutalnya, ternyata saya masih memikirkan orang lain. Masih menimbang efek gambar sadis yang mungkin ditimbulkan bagi siapapun yang nyasar ke sini. Persiapkan nyali jika ingin melihat wajah Aisha, perempuan Afghan yang terpampang di sampul majalah Time edisi 9 Agustus, secara penuh di sini . Esai fotonya ada di sini , menyajikan perempuan-perempuan hebat penggugat hukum negara kaku dalam bahasa visual. Saya tunjukkan foto tersebut pada Paman Tyo yang kebetulan melintas. Saya nakal. Saya ingin melihat bagaimana reaksinya sebagai orang yang sangat paham bahasa visual. Dan ia membuang muka, nggak tega katanya. Sedikit tentang Aisha. Dari sekeping berita yang saya baca, ia berusia enam belas waktu berusaha kabur dari rumah akibat suami dan keluarga misan yang suka menyiksa, dua tahun lalu. Bukan berita baru sebenarnya. Perempuan Afghan, seperti halnya di negara-ne

Requiem for the Martyrs

Image
Let me explain my term of cyber era martyrs. They are dedicated, determined, and strict yet hardworking kind of people who do things they like the most without even thinking about material compensation. It is the sheer joy of sharing they pursue, to highly appreciate the masterminds behind every masterpiece. I salute them for their natures. And I grieve for the emerging, greedy corporate that are so greedy they do not know the gained publication from the martyrs’ attempts. Blinded by gluttony, the capitalists are. So the martyrs would be beaten and bruised, shot by numerous arrows and thrown in to the den of hungry lions should they not oblige to the damned pact of US-Japan publishers’ coalition against piracy. And do you know what the true meaning of the word piracy is? Information limitation. Watch this and correlate how the situation that once fucked Napster, Kazaa and Grokster made the sites went down. It is even silly, knowing that those martyrs did not even make the

Being Nostalgic

Image
Saya tidak begitu suka bertandang ke reuni apapun. Seumur-umur saya ikut-ikutan sekolah, dari SD hingga universitas--yang kemudian saya Dancing Out dengan bangganya itu--saya cuma sekali nongol di reuni-reunian teman sekampus. Itu pun setelah tanpa sengaja baca status Facebook seorang kawan lama. Saya datang sore itu ke foodcourt sebuah mall di Jakarta dan mereka bilang saya tidak berubah--komentar sama yang saya dapat beberapa tahun lalu ketika bertemu teman SMA di kereta Jabotabek. Gaya pakaian saya masih yang itu-itu juga: jins, kaos, sneakers butut dan ransel. Mungkin rambut saja yang bertambah pendek, badan tumbuh ke samping dan mata makin rabun karena kebiasaan jelek membaca sambil tiduran. Sementara kakak-kakak kelas dan teman seangkatan menjelma trendi dan lebih sumringah. Beberapa bahkan membawa bayi, bersama suami. Ada yang asik memainkan rambut mantan pacar (dan melupakan bapaknya anak-anak di rumah barang sejenak), atau heboh foto-foto. Saya, seperti biasa,

Tentang Jakarta

Image
Kata orang desa, Jakarta itu kota harapan dan impian. Semua bisa diraih asal bisa menaklukkan Necropolis , Ibukota, dimana semua raga berkeliaran tanpa jiwa. Tidak moksa, tidak sirna. Lihat itu, bangunan serupa falus menjulang setinggi 128.7 meter, lengkap dengan skrotum penyangga di bawahnya. Perlambang kemakmuran kah seperti representasi lingga-yoni pada pura Hindu? Atau gagah-gagahan orangutan pejantan memamerkan genital demi betina terbaik dan pengakuan kelompok? Saya tidak mengerti bagaimana wilayah seluas 661 kilometer persegi mampu menampung delapan juta empat ratus sembilan puluh ribu manusia dengan jarak begitu jauh. Dalam satu kelurahan ada penduduknya yang mampu membeli lima mobil mewah dalam sehari sementara tetangganya bahkan tak punya atap, apalagi nasi. Dan bantu saya untuk memahami sepasang kakak-beradik mungil dan lusuh memanggul karung besar berisi gelas plastik bekas lepas tengah malam, menyeruak diantara kakak-kakak remaja wangi-trendi duduk-duduk menunggu datangny

Living in a surrealist paintings

Image
Imagine: It was six in the morning and you were staring at the flat screen, awed by the stories of how some young creatures survived the ill fate that could cost their lives. You left the other screen before you untouched, abandoning your responsibility of fast coming deadline, absorbed into the wonder of modern organ transplantation. You hardly believe how five-hour ride since the healthy heart left the body of its host could still be stitched up to another chest; how the new host anticipated the turmoil in the system thanks to the new intruder by shrinking the vein and lessening the blood flow, causing the body to continue living with the least energy needed and efficient work of the organs; and how the tiny, automaton muscle, how the pulsing thing that is no less than a palm of your hand could motorize the whole body of a human by beating no less than 100,000 times nonstop on daily basis. And your wonder continued by the sophisticated defense system that the brain of a

The “You-Asked-Me-to-Enter-then-You-Made-Me-Crawl“ Stance

Dulu saya tergokil-gokil dengan U2. Bono dan The Edge bagi saya adalah nabi, penyembuh luka hati dan penyakit kejiwaan melalui lirik-lirik lagu yang mereka nyanyikan dengan damai. Adem rasanya. Lebih adem ketimbang denger kasidahan. Saya sempat bertekad untuk mempersembahkan keperawanan saya pada Om Bono. Namun kuping saya yang perek akhirnya dipenetrasi berbagai musik lain. Mulai dari Erwin Gutawa Rockestra, Dream Theater, God is an Astronaut sampai Sudjiwo Tedjo dan Sandii. Jadilah, Om Bono agak-agak tersingkirkan. Lagipula, selaput dara saya sudah tenang menyatu dengan alam setelah saya korek dengan sendok teh lalu sendoknya saya cuci dengan sabun anti bau amis. Urat malu saya yang memang sudah putus sejak dahulu kala membuat saya nekat nimbrung orang ngegitar di tempat saya nongkrong untuk numpang teriak. Nggak, saya nggak bisa nyanyi. Serius. Saya cuma seneng teriak. Kebetulan yang ngegitar itu dulunya mantan anak ben. Yang satu basis, satunya gitaris (dan saya manis. Ya, ya.

The Scene

Image
Adegan apa dari sebuah film yang paling menancap di kepalamu? Apakah ciuman lengket-panas-basah dari sepasang kekasih, tango tak terlupakan antara kakek buta dan seorang perempuan cantik, atau dar-der-dor menggelegar antara the good guy and the villain? Buat saya, hanya perlu sekian detik penggambaran yang hanya melibatkan jendela dan seraut wajah di baliknya. Saya tidak banyak menonton film. Dan apapun yang sempat diserap panca indera dan mampir di otak saya cenderung mudah sekali terlupakan. Celakanya, adegan Toto dewasa memandang bayangan Elena dari balik jendela kafe seberang dengan telepon di tangan pada Cinema Paradiso ; tatapan sendu tokoh utama dari dalam mobil menuju penjara pada 25th Hour ; nanarnya Voight memandang keluar bis sambil memeluk mayat Hoffman dalam Midnight Cowboy ; atau beban batin seorang legawa dari sorot mata Jude Law, menghisap ganja sambil menunggu pelanggan tengah malam di bar dalam My Blueberry Nights adalah… awesome. Saya hanya melihat para lelaki

Perempuan Berkalung Anjing

Image
Apa yang bisa kamu liat dari seorang perempuan berkalung anjing yang sering memaki dan dimaki "ANJING!"? Ia lindap dalam dentum pengantar maksiat, diam, mengantuk, menyesap cairan beralkohol dan sesekali tersenyum, terpaksa. Kau akan dapati perempuan berkalung anjing membaur bersama calon penumpang bis trans Jakarta, berpeluh dan merutuk dalam hati kapan gilirannya tiba. Kau juga akan melihatnya duduk menghadap notebook, sendirian atau bergerombol, sama seperti para pekerja sekarang melepas penat dan lelah. Perempuan berkalung anjing memang anjing. Ia tak seperti gajah dan kura-kura pendendam, mengingat satu kesalahan hingga mati. Seperti emosi anjing yang dapat kau liat lewat kibasan ekor, kau akan tau marah, kecewa, senang atau sedih hanya dari wajahnya. Ia akan membentakmu jika kau salah atau spontan memelukmu jika kau membuatnya bahagia. Perempuan anjing berkalung anjing tak habis mengerti mengapa penyayang anjing bersikap selicik siluman rubah pada dongeng-dongeng Kera S