Tentang Agama

Penyanggahan:
Saya TIDAK membenci agama dan semua ritualnya. Tulisan ini hanya salah satu cara saya mempertanyakan apa yang saya yakini.

Gambar di sebelah adalah laman berkicau milik bintang porno Vicky Vette. Kabarnya, dia sempat menggoda bapak Menkominfo Indonesia yang terhormat dengan celoteh-celoteh nakal akibat Michellegate yang menggemparkan itu.

Well, kalau Pak Tiffie bukan Menkominfo mantan Presiden PKS yang sangat relijius mungkin kejadiannya nggak bakal kayak gini. Nggak bakal dibikinkan adegan lambatnya dan dianalisa di acara komedi malam dan dijadikan bulan-bulanan tweeps sejagad. Sepak terjang beliau sejak jadi Mekominfo sepertinya mengisbatkan diri jadi admin internet Indonesia dengan standar moral tinggi melalui berbagai pembatasan yang mengatur akses dan isi ruang maya di negara ini--dan sama sekali nggak ramah bagi pengguna dan penyedia jaringan. Atas nama agama, katanya(?).

Satu hal di benak saya ketika riuh-rendah pro-kontra Permen Konten Multimedia membahana: Maksudmu apa to, Pak? Dari tempat saya duduk, saya cuma lihat satu tujuan: terbungkamnya freedom of speech, terlepas dari peran Anda yang sepertinya getol sekali menjaga moral bangsa. Dan Anda masih berusaha cuci tangan ketika televisi nasional menyorot Anda yang jelas-jelas bersalaman dengan non-muhrim dengan menyalahkan tangan 1st Lady Amerika yang terlalu maju? Astaga...

Saya memang bukan pengamat politik. Saya menyensor benak sendiri dari berita-berita sampah yang berseliweran tiap nano detik di berbagai media, internet maupun koran, majalah, buku, televisi, radio. Dari yang mainstream maupun yang bukan. Namun saya geram ketika orang semena-mena mencampurkan agama ke dalam pranata sosial dan berusaha tampil bersih-bersinar dengan jidat berbalak. Itu bullshit. Seperti mencoba mencampur minyak dan air--dengan bantuan sabun sekali pun. Nggak bakal gathuk!

Saya nggak tahu apa yang ada dalam pikiran orang-orang (yang katanya) beriman dan berkoar-koar menyeru kebaikan. Sebab yang mereka lakukan adalah sebaliknya. Lalu... iman? Mengutip apa yang dikatakan Bill Maher: What's so good about faith, anyway? (kecuali sebagai tali pencucuk hidung agar orang lain nurut pada apa yang termaktub di kitab suci, persis kerbau. Hey, no offense.)

Beneran deh. Untuk bersosialisasi, untuk hidup di masyarakat dan untuk mengatur manusia, kita cuma perlu hukum yang adil dan beradab yang menimbang dan memikirkan kepentingan semua pihak--yang berkuasa maupun yang tidak, borjuis atau proletar, akar rumput maupun pemilik mall, sudah berjembut maupun yang belum--tanpa harus ditakut-takuti teror dibakar api abadi atau dijanjikan surga dengan tujuh vagina basah bidadari perawan. Agama? Cukup lah dihayati dalam masing-masing pemilik hati, sebagaimana saya meyakini bahwa alam semesta saling terhubung entah dengan cara apa. Karena seperti yang "laki saya" bilang dalam salah satu SMS mesra kami lepas tengah malam:

"Aku masih percaya dengan apa yang kuanut saat ini. Mungkin tidak semua, tapi ada yang bisa dijadikan pegangan dan harapan. Terkadang, ayat suci seperti sajak dan Tuhan seperti puisi. Dalam sepi, kita tak merasa sendiri."

Karena itu saya muntap ketika beberapa teman yang mengaku tak bertuhan melecehkan para korban bencana alam sambil bercanda, "hey, banjir di mana-mana. Bertobatlah, kerajaan Allah sudah dekat!" Well, itu tidak bijaksana sama sekali. Sama tidak bijaksananya seperti melarang orang berjualan makanan pada bulan Ramadhan. Sama tidak bijaksananya dengan melarang orang mendirikan rumah ibadah. Sama tidak bijaksananya dengan grebekan rumah bordil atas nama Tuhan.

Agama dan Tuhan bagi saya bisa berwujud apapun. Ayat suci bisa mengejewantah menjadi dalil-dalil Darwin atau teori knowledge/power-nya Foucault. Sebagaimana Mas Dani tak bisa memaksakan agama Leica pada para fotografer amatir, saya tak berdakwah pada adik saya untuk menikmati sastra seperti saya membaca Kafka. Jadi, mengapa repot mengurusi agama?

A religion that takes no account of practical affairs and does not help to solve them is no religion.

ps. Selamat Idul Adha. Apapun yang Tuhanmu bilang, jangan sekali-sekali menggorok anak-anakmu!

Comments

  1. eh Idul Adha? libur ya brarti sekarang? horeeee *narik selimut lagi*

    ReplyDelete
  2. ah Dunia ini cuma butuh cinta kok... :P
    seperti saya cinta kamyuuu..
    *halah*
    :))

    ReplyDelete
  3. berharap suatu saat ada majalah wanita yg isinya gak cuma fashion dan gosip, tp berita, ilmu, dll... dan elo, jadi pengisi kolom tetapnya. hohohohoh...

    ReplyDelete
  4. Mak Chic
    ahhhh... sayah terharuuu...
    *hugs mama vio*

    Lea
    yaowoh, le. keukeuh amat si lu?! ((=
    gwa udah di warning ama temen2 gwa, kalo gwa yg ngisi kolom2 begituan, yg ada tu majalah di bredel sebelum terbit! ((=

    ReplyDelete
  5. Anonymous2:10 AM

    semoga kita selalu diberi keteguhan oleh Tuhan

    ReplyDelete

Post a Comment

Wanna lash The Bitch?

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Belahan Dada, Anyone?