BBM Terkutuk!
Bukan latah ikut-ikutan, tapi gara-gara demo BBM ini gwa sempet clash sama seseorang.
Ceritanya begini:
Jumat siang, 30 September, dan duit sama sekali gak ada. ATM udah gak bisa diharapkan lagi. Sebulan lalu diblokir gara-gara otak yang kapasitasnya cuma 2 kb ini lupa PIN. Lagian mending ga ada kartu ATM sih. Gak boros dan gak asal narik tiap kali perlu (gwa kan gak tahan godaan =P) Karena males jalan panas-panas sendirian, jadilah si teman ini gwa ajak barengan ke bank sebelah kantor pos dekat Bunderan UGM.
Mendekati Bunderan udah ada rame-rame. Beberapa polisi berjaga-jaga dekat kerumunan mahasiswa yang bawa-bawa TOA dan berorasi. Si teman yang emang kritis abis itu langsung bernada tinggi ngomentarin kejadian yang ada di depan mata. Gwa sih cengar-cengir aja dan mencoba bikin dia cooling down. Males panas-panas begini buang energi, buang abab serta spanneng.
Nyampe di bank kita ngadem sebentar. Menurut gwa sih ACnya lumayan bikin kepala dan hati jadi dingin. Sekeluarnya, dia ajak gwa liat buku 2ndhand yang dijual dekat-dekat situ. Ujung-ujungnya kita malah ngobrol instead of liat-liat. Lalu dia nunjuk sebuah buku dan nanya harganya. Gwa heran.
"Perasaan lo udah punya deh buku itu," kata gwa.
"Iya, emang. Gwa cuma pengen tau aja. Ternyata disini lebih mahal."
Dan penjualnya cuma nunduk demi mendengar kata-kata tersebut. Strike one.
Lalu gwa lewat kios langganan dan menyempatkan beli sebungkus penyakit berjudul ROKOK disana. Karena si bapak itu juga jualan banyak majalah, koran dan tabloid, dia menyempatkan diri untuk liat-liat dan nanya harga. Ketika dijawab sama Pak Sarjono (yang ke'Sarjono'annya sama sekali gak didapat lewat bangku kuliah), dia mengernyit.
"Di kampus perasaan cuma 10,000 deh," sahutnya sambil asik membolak-balik salah satu majalah politik yang udah dia buka dari plastiknya (bukan segel).
"Tapi kan emang dimurahin kalo di kampus. Kata temen gwa yang kerja di bagian distribusi, itung-itung sosialisasi majalahnya," jawab gwa.
Strike two.
Lalu ada mobil pick-up melintas perlahan dengan sepasang speaker mesjid di atas atapnya dan mahasiswa yang berkoar-koar di bak belakang layaknya orator ulung dengan suara serak dan pecah. Sendirian, lusuh dan kelihatan lelah. Teman gwa memandang bengis ke arah mobil. Majalah diletakkan, telunjuk mengacung.
"Dia berani ngomong gitu sekarang. Kenapa dia gak ngomong waktu Presiden dateng kesini?" ujarnya dengan suara (yang lagi-lagi) meninggi. Pak Sarjono keluar dari singgasananya, memungut majalah yang disemena-menakan, dan memasukkannya kembali ke dalam plastik. Dengan raut sabar.
"Hey, majalahmu gak dirapihin lagi?" tanya gwa. Dia cuma menoleh ke tukang rokok yang sehari-hari tinggal dalam kios tripleknya yang sempit, berdesakan dengan TV 14", tumpukan kardus rokok dan dagangan lain, yang hanya menyisakan space seluas peti mati, dan kadang terkantuk-kantuk sampai jauh malam menunggu insom-insom pecandu nikotin yang menyambangi kiosnya.
"Udah diambil sama bapaknya," jawabnya. Acuh.
Strike three, and I have enuff!
Sambil berjalan pulang, dengan perut melilit menahan hajat dan protes, gwa berusaha ngomong dengan nada datar hampir rendah. Dan selama beberapa tahun gwa kenal dia, gwa yakin kritik gwa bakal ditampung dan jadi refleksinya.
"Harusnya lo gak kayak gitu tadi."
Lalu gwa jelaskan kelebat-kelebat kejadian yang gwa tangkap selama bareng dia. Sehalus mungkin. Teman gwa ini amat sangat baik. Gwa gak rela ada orang yang tertinggalkan kesan buruk padahal orang itu sama sekali gak kenal dia. Tapi nyatanya dia gak terima.
"Kalo begitu cara halus lo untuk bilangin gwa, berarti lo kasar. Banyak koq hal-hal yang lo lakukan dan menurut gwa gak bener. Tapi gwa gak protes. Lo salah kalo ngomong gwa seperti itu!"
Lalu dia diam. Gwa diam. Tapi kami terus jalan. Jam 3 sore. Dengan matahari yang masih terik, sementara mata gwa mulai membentuk kantong hitam yang makin tebal karena sama sekali gak bisa merem sejak semalam. Shit! Kurang tidur emang bikin gwa lebih peka ke orang lain dan bukan ke temen gwa sendiri! Dan gwa menyalahkan demo anti kenaikan BBM karenanya!
[... karena kamu hanya kuliah dan berkecimpung dalam cita-cita yang lebih mulia bukan berarti orang yang mengais rezeki di zaman sulit ini lebih kecil nilainya dari kamu, sahabat. dan akupun tidak lebih baik dari kamu...]
ps: kalo kamu baca ini, sejujurnya itu yang aku rasa ke kamu. ini keberatanku ke kamu. kalo kamu gak suka, kamu tahu dimana mencariku. mari bicara. setelah semuanya selesai dan tuntas, entri ini akan kuhapus.
Ceritanya begini:
Jumat siang, 30 September, dan duit sama sekali gak ada. ATM udah gak bisa diharapkan lagi. Sebulan lalu diblokir gara-gara otak yang kapasitasnya cuma 2 kb ini lupa PIN. Lagian mending ga ada kartu ATM sih. Gak boros dan gak asal narik tiap kali perlu (gwa kan gak tahan godaan =P) Karena males jalan panas-panas sendirian, jadilah si teman ini gwa ajak barengan ke bank sebelah kantor pos dekat Bunderan UGM.
Mendekati Bunderan udah ada rame-rame. Beberapa polisi berjaga-jaga dekat kerumunan mahasiswa yang bawa-bawa TOA dan berorasi. Si teman yang emang kritis abis itu langsung bernada tinggi ngomentarin kejadian yang ada di depan mata. Gwa sih cengar-cengir aja dan mencoba bikin dia cooling down. Males panas-panas begini buang energi, buang abab serta spanneng.
Nyampe di bank kita ngadem sebentar. Menurut gwa sih ACnya lumayan bikin kepala dan hati jadi dingin. Sekeluarnya, dia ajak gwa liat buku 2ndhand yang dijual dekat-dekat situ. Ujung-ujungnya kita malah ngobrol instead of liat-liat. Lalu dia nunjuk sebuah buku dan nanya harganya. Gwa heran.
"Perasaan lo udah punya deh buku itu," kata gwa.
"Iya, emang. Gwa cuma pengen tau aja. Ternyata disini lebih mahal."
Dan penjualnya cuma nunduk demi mendengar kata-kata tersebut. Strike one.
Lalu gwa lewat kios langganan dan menyempatkan beli sebungkus penyakit berjudul ROKOK disana. Karena si bapak itu juga jualan banyak majalah, koran dan tabloid, dia menyempatkan diri untuk liat-liat dan nanya harga. Ketika dijawab sama Pak Sarjono (yang ke'Sarjono'annya sama sekali gak didapat lewat bangku kuliah), dia mengernyit.
"Di kampus perasaan cuma 10,000 deh," sahutnya sambil asik membolak-balik salah satu majalah politik yang udah dia buka dari plastiknya (bukan segel).
"Tapi kan emang dimurahin kalo di kampus. Kata temen gwa yang kerja di bagian distribusi, itung-itung sosialisasi majalahnya," jawab gwa.
Strike two.
Lalu ada mobil pick-up melintas perlahan dengan sepasang speaker mesjid di atas atapnya dan mahasiswa yang berkoar-koar di bak belakang layaknya orator ulung dengan suara serak dan pecah. Sendirian, lusuh dan kelihatan lelah. Teman gwa memandang bengis ke arah mobil. Majalah diletakkan, telunjuk mengacung.
"Dia berani ngomong gitu sekarang. Kenapa dia gak ngomong waktu Presiden dateng kesini?" ujarnya dengan suara (yang lagi-lagi) meninggi. Pak Sarjono keluar dari singgasananya, memungut majalah yang disemena-menakan, dan memasukkannya kembali ke dalam plastik. Dengan raut sabar.
"Hey, majalahmu gak dirapihin lagi?" tanya gwa. Dia cuma menoleh ke tukang rokok yang sehari-hari tinggal dalam kios tripleknya yang sempit, berdesakan dengan TV 14", tumpukan kardus rokok dan dagangan lain, yang hanya menyisakan space seluas peti mati, dan kadang terkantuk-kantuk sampai jauh malam menunggu insom-insom pecandu nikotin yang menyambangi kiosnya.
"Udah diambil sama bapaknya," jawabnya. Acuh.
Strike three, and I have enuff!
Sambil berjalan pulang, dengan perut melilit menahan hajat dan protes, gwa berusaha ngomong dengan nada datar hampir rendah. Dan selama beberapa tahun gwa kenal dia, gwa yakin kritik gwa bakal ditampung dan jadi refleksinya.
"Harusnya lo gak kayak gitu tadi."
Lalu gwa jelaskan kelebat-kelebat kejadian yang gwa tangkap selama bareng dia. Sehalus mungkin. Teman gwa ini amat sangat baik. Gwa gak rela ada orang yang tertinggalkan kesan buruk padahal orang itu sama sekali gak kenal dia. Tapi nyatanya dia gak terima.
"Kalo begitu cara halus lo untuk bilangin gwa, berarti lo kasar. Banyak koq hal-hal yang lo lakukan dan menurut gwa gak bener. Tapi gwa gak protes. Lo salah kalo ngomong gwa seperti itu!"
Lalu dia diam. Gwa diam. Tapi kami terus jalan. Jam 3 sore. Dengan matahari yang masih terik, sementara mata gwa mulai membentuk kantong hitam yang makin tebal karena sama sekali gak bisa merem sejak semalam. Shit! Kurang tidur emang bikin gwa lebih peka ke orang lain dan bukan ke temen gwa sendiri! Dan gwa menyalahkan demo anti kenaikan BBM karenanya!
[... karena kamu hanya kuliah dan berkecimpung dalam cita-cita yang lebih mulia bukan berarti orang yang mengais rezeki di zaman sulit ini lebih kecil nilainya dari kamu, sahabat. dan akupun tidak lebih baik dari kamu...]
ps: kalo kamu baca ini, sejujurnya itu yang aku rasa ke kamu. ini keberatanku ke kamu. kalo kamu gak suka, kamu tahu dimana mencariku. mari bicara. setelah semuanya selesai dan tuntas, entri ini akan kuhapus.
*ditektit*
ReplyDeleteihhiihih.
engga, engga.
temen lo emang rese tuh.
mungkin dia jg abis begadang.
hehehehehe...
ReplyDeleteorang yang kurang tidur memang bawaannya panas melulu..
*Persenel ekspiriens*
Calvin, we will not have an anatomically correct snowman!
ReplyDeleteA lot of people mistake a short memory for a clear conscience.
ReplyDeleteIf ignorance is bliss, you must be orgasmic.
ReplyDeleteBeam me aboard, Scotty..... Sure. Will a 2x10 do?
ReplyDeleteLottery: A tax on people who are bad at math.
ReplyDeleteGive me ambiguity or give me something else.
ReplyDeleteWhat is a free gift ? Aren't all gifts free?
ReplyDeleteSuicidal twin kills sister by mistake!
ReplyDeleteGive me ambiguity or give me something else.
ReplyDeleteBuild a watch in 179 easy steps - by C. Forsberg.
ReplyDeleteBuild a watch in 179 easy steps - by C. Forsberg.
ReplyDeleteThe gene pool could use a little chlorine.
ReplyDeleteWhen there's a will, I want to be in it.
ReplyDeleteCalvin, we will not have an anatomically correct snowman!
ReplyDeleteBuild a watch in 179 easy steps - by C. Forsberg.
ReplyDeleteEver notice how fast Windows runs? Neither did I.
ReplyDeleteNice Article.
ReplyDeleteWhat is a free gift ? Aren't all gifts free?
ReplyDeleteFriends help you move. Real friends help you move bodies.
ReplyDeleteA lot of people mistake a short memory for a clear conscience.
ReplyDeleteEnergizer Bunny Arrested! Charged with battery.
ReplyDeleteOops. My brain just hit a bad sector.
ReplyDeleteSave the whales, collect the whole set
ReplyDeleteEnergizer Bunny Arrested! Charged with battery.
ReplyDeleteSuicidal twin kills sister by mistake!
ReplyDeleteWhat is a free gift ? Aren't all gifts free?
ReplyDeleteA flashlight is a case for holding dead batteries.
ReplyDeleteWhat is a free gift ? Aren't all gifts free?
ReplyDeleteBeam me aboard, Scotty..... Sure. Will a 2x10 do?
ReplyDeleteWonderful blog.
ReplyDeleteWhen there's a will, I want to be in it.
ReplyDeleteClap on! , Clap off! clap@#&$NO CARRIER
ReplyDeletePlease write anything else!
ReplyDeleteactually, that's brilliant. Thank you. I'm going to pass that on to a couple of people.
ReplyDelete