The “You-Asked-Me-to-Enter-then-You-Made-Me-Crawl“ Stance

Dulu saya tergokil-gokil dengan U2. Bono dan The Edge bagi saya adalah nabi, penyembuh luka hati dan penyakit kejiwaan melalui lirik-lirik lagu yang mereka nyanyikan dengan damai. Adem rasanya. Lebih adem ketimbang denger kasidahan.


Saya sempat bertekad untuk mempersembahkan keperawanan saya pada Om Bono. Namun kuping saya yang perek akhirnya dipenetrasi berbagai musik lain. Mulai dari Erwin Gutawa Rockestra, Dream Theater, God is an Astronaut sampai Sudjiwo Tedjo dan Sandii. Jadilah, Om Bono agak-agak tersingkirkan. Lagipula, selaput dara saya sudah tenang menyatu dengan alam setelah saya korek dengan sendok teh lalu sendoknya saya cuci dengan sabun anti bau amis.


Urat malu saya yang memang sudah putus sejak dahulu kala membuat saya nekat nimbrung orang ngegitar di tempat saya nongkrong untuk numpang teriak. Nggak, saya nggak bisa nyanyi. Serius. Saya cuma seneng teriak. Kebetulan yang ngegitar itu dulunya mantan anak ben. Yang satu basis, satunya gitaris (dan saya manis. Ya, ya. Fakta terakhir memang nggak perlu diomongin). Dan mereka juga maniak U2. Satu lagu yang paling terngiang-ngiang hingga sekarang adalah One, dimana pada refrainnya kami ramai-ramai mbengok “You asked me to enter, then you made me crawl”. Wow! Kata-kata yang tepat untuk menggambarkan ‘kentang’


Dan apakah kentang itu selain semacam tumbuhan yang sering diperdebatkan antara umbi atau sayur?


Menurut kamus ngawur teman saya, “kentang” adalah kondisi “kena tanggung”, dimana kamu minum bergelas-gelas, beharap mabuk, merasa sudah seperti memakai konde di belakang kepala tapi nggak kondangan kemana-mana. Atau ketika pergumulan memanas dan menghebat lalu berakhir pada insertion tapi baru masuk ujungnya tau-tau pintu diketuk oleh ibu kos. Demikian. (Penyangkalan: kedua kejadian tersebut tidak pernah dialami sendiri oleh penulis. Suwer!)


Dan kondisi ini juga mengejewantah pada kejadian sehari-hari. Misalnya, saya ngajak ngobrol koko-koko ganteng bertampang oriental banget padahal kami mesti ngerjain tenggat. Nah, waktu si koko itu udah ninggalin laptop untuk fokus ke saya selama beberapa waktu, saya sibuk terpekur bersama Pektay. Atau waktu ada diskon kutang 70% di pusat perbelanjaan saya bela-belain pusing mallphobia hanya untuk tau kalau kortingnya masih dalam kisaran delapan puluh ribu. Atau waktu ibu saya bela-belain bayarin saya masuk kuliah dan ngongkosin saya selama hidup di Jogja, dan setahun kemudian saya gaya-gayaan untuk bilang “Udah, saya bisa bayar kuliah sendiri. Uangnya buat sekolah si Icha aja” lalu babak bundas kerja sampingan sampe kena maag dan akhirnya memutuskan untuk Dancing Out dari kampus karena males ngeliat duit yang cuma numpang lewat dari rekening bank ke rekening BAAK.


Nyebelin, memang. Seperti nenek moyang tupai dalam Ice Age 2 yang mati-matian ngejar kenari sampai-sampai dia koma dan masuk surga kenari lalu menggapai-gapai Kenari Kencana yang cuma berjarak satu senti dari jarinya—dan tetep nggak kena. Bikin getun. Geregetannya terasa sampai ke nenen.


Buat anak belagu seperti saya, perlu ada “you-asked-me-to-enter-then-you-made-me-crawl” stance atau kondisi kentang agar saya “terpaksa” mengakui kekalahan dan tunduk pada garis semesta bahwa apa yang saya inginkan tidak bisa selalu saya dapatkan. Menyebalkan, memang. Sangat menyebalkan. But, hey! That’s life, isn’t it?

*masih bersungut-sungut*

Picture taken from here.


Comments

  1. Kiye mesti postinge pas lagi mendem vodafon..eh apa jenenge ..smirnov ding. Ya?

    ReplyDelete
  2. peh. cilik'e tulisane, mbak. marai kentang. wis kadung moco, lek ga diterusne getun.

    nothing to worry berarti lek bersungut2 tapi sek iso cengar-cengir... :-"

    ReplyDelete
  3. Buat saya mungkin seperti melihat Argentina terbantai oleh anak cucu NAZI di afrika kemaren, memang Argentina menang ndak ngaruh buat perekonomian Indonesia, ndak ngaruh buat perburuan koruptor negeri ini, tapi ini masalah pribadi.

    ReplyDelete
  4. Ipung
    gag yooo... iku pas nyusu soklat =P

    SinYong
    sowi, ndak tau itu mengapa tiba2 bisa jebituw. maaf yaa...

    nDaru
    dan preferensi. jangan lupa. memilih jago di piala dunia itu hampir sama seperti milih ideologi.

    ReplyDelete

Post a Comment

Wanna lash The Bitch?

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Story of Women