Re: Post

Ada bekas-bekas gerimis dengan titik air bergayut malu di ujung-ujung daun Angsana
Ada sejuk udara malam berembun mengiringi pergantian tanggal
Ada hangat tawa sahabat di tengah kopi kental dan hot ginger bersusu

Aku berontak ketika kau hentak tanganku untuk turut, menepis–tanpa hasil–lengan yang kau lingkarkan di bahuku dan setengah menyeretku pulang

Namun mengapa waktu berhenti, gerak otot melumpuh, mata terpejam, mulut membungkam dan lidah kelu ketika kurasa sepersekian detik panas bibirmu pada bibirku, turun menjalar selalu kian kemari ke perut, menggemuruhkan dada dan membuat isi kepala berputar pasca bungee di Jembatan Bloukrans?

Dan mengapa semua warna jadi kontras luar biasa padahal malam redup, bulan sembunyi, bintang lelap, dan lampu merkuri pun malas-malasan seperti Kuntilanak pulas di bawah selimut tebal?

Bumi basah. Aku juga.

Repost dari entri bertanggal 18 November 2008. Just a simple remembrance.

Comments

Post a Comment

Wanna lash The Bitch?

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Story of Women