Hypocrisy, Anyone?

Menurut kamus online ini, hypocrisy, yang berasal dari abad ke-13, berarti:

1 : a feigning to be what one is not or to believe what one does not; especially : the false assumption of an appearance of virtue or religion

Lalu, apa hubungannya dengan berita tentang Miyabi yang saya ambil screenshot-nya di sebelah?

Saya gerah. Beneran. Sumuk, kepanasan, emosi tinggi. Ngapa-ngapain jadi nggak jenak.

Kenapa? Karena kemunafikan ini semakin menjadi-jadi. Katanya Miyabi merusak moral bangsa. Setau saya, bangsa itu hanya satu kelompok besar, terdiri dari individu-individu yang berdiri sendiri, punya otak dan hati sama sepeerti manusia lainnya, dan punya pilihan sendiri. Mereka hanya KEBETULAN berada dalam satu tempat yang sama. Ada juga yang bertebaran di berbagai negara lain, namun karena akar dan budaya, mereka masih merasa bangsa Indonesia.

Satu hal yang saya nggak abis pikir dengan FPI yang katanya Front Pembela Islam. Islam sebelah mana yang kalian bela? Saya jengah dengan kelompok-kelompok yang seperti majas pars pro toto itu, membawa-bawa semua padahal mewakili sebagian. Saya yang juga ber-KTP sebagai Islam Indonesia malah nggak merasa pernah mereka bela. Mbak-mbak yang dinihari berdiri di sekitaran Melawai untuk bertahan hidup (yang saya yakin sebagian besar juga mencantumkan Islam di kolom agama pada KTP mereka) malah mereka maki-maki. Jadi, apa tindakan kalian sebagai pembela?

Saya juga sangat menyayangkan pemerintah yang harusnya bisa mengatur 'gerombolan liar' seperti FPI untuk tidak sembarangan menuding kelompok lain sebagai pihak bersalah dan kafir dan sok-sokan jadi Robin Hood kesiangan, merampoki juragan-juragan Mangga Besar agar diskotik dan tempat maksiat mereka tidak digerebek. 'Allahu Akbar' yang seharusnya suci hanya jadi pembenaran untuk menutup jalan rejeki sebagian besar pekerja prostitusi dan ojek pengantar dan penjual minuman. Sungguh picik.

Sekarang mereka merambah ke area film, dengan alasan moral mereka merasa berhak mengusir Miyabi yang akan membintangi salah satu sinema di negara ini. Padahal, Miyabi juga manusia. Bukankah manusia satu dan lainnya bersaudara, sesama penghuni planet Bumi dan berhak atas udara yang sama-sama kita hirup? Lagipula, merusak moral bangsa, katanya? Bagian mana? Apa yang mereka tau tentang film itu jika naskahnya atau outline-nya pun mereka malas mencari tau?

Rasanya sama seperti yang saya lihat di televisi, ketika spanduk-spanduk penolakan dijembreng di kampung halaman jenazah yang mati dan dituduh sebagai penyebab Bom Kuningan II. Bukankah itu tidak manusiawi? Mana itu yang katanya agama pembawa kedamaian jika semua dibicarakan dengan parang dan kemarahan?

Hanya orang-orang munafik yang berkoar merasa diri paling benar. Lagipula, semakin kencang kamu berteriak ke telinga orang lain, maka akan makin tuli nuranimu bahkan untuk mendengar suara kebenaran.

gambar diambil dari sini.

Comments

  1. Semuanya hanya kesalahpahaman, sayang... Coba kita perhatikan para ekstremis itu. Mereka dicipta oleh sepasang orangtua yang
    berpelukan dan bermesraan. Didoakan orangtua agar menjadi manusia berguna. Bertumbuh di sekolah yang mengajarkan kebaikan. Berdoa di tempat ibadah yang
    mendoakan keselamatan. Namun, karena berbagai hal yang tak sepenuhnya dimengerti, mereka diselimuti sejumlah awan kesalahpahaman. Dan awan ini tak menjadi hasil kerja mereka seorang diri. Ketidakadilan tatanan dunia, pemberitaan yang penuh kekerasan, pemerintah yang tidak sepenuhnya terkelola, sekolah yang menakutkan, keluarga yang mengalami keruntuhan, miskinnya keteladanan tokoh, iklan yang terus menggoda nafsu, hanyalah sebagian jejaring yang menggiring mereka masuk terowongan gelap
    kesalahpahaman. Mencaci mereka hanya akan mempertebal kesalahpahaman.

    Dalam bingkai pemahaman seperti ini, tidak adil bila menempatkan para ekstremis sebagai "terdakwa". Menyadari pendidikan, pergaulan,
    dan pemahaman agama para ekstremis yang terbatas, mereka lebih layak disebut ”korban” kesalahpahaman dibandingkan menjadi ”penyebab” kesalahpahaman, yang membuat dadamu sesak, pikiranmu penat, dan debu-debu kejengkelanmu tak kunjung enyah.

    ReplyDelete
  2. terimakasih, whoever you are (=
    tapi apakah banyak orang yg paham seperti yang kamu paham?

    ReplyDelete
  3. ya entahlah pit, sekarang kan emang lagi hebohnya suatu kelompok berkoar membela untuk umum yang nyatanya malah membela untuk segelintir orang

    agh entahlah :D

    ReplyDelete
  4. tergantung siapa yg membayar, yes?

    ReplyDelete
  5. Pertanyaannya, apakah itu benar datang dari hati karena merasa moral bangsa ini dirusak atau karenaa....

    *pergi bertanya pada rumbut yang bergoyang :P

    ReplyDelete
  6. ah, ga usah nanya rumput yang bergoyang. kita kan bukan ebiet :P

    again, tergantung siapa yang membayar ya eda eka...

    ReplyDelete
  7. ah..gw mah ngurus diri sendiri dulu aja lah..ribet ngurus orang laen klo gw aja masih ga bener gini..:D lagian mo miyabi dateng juga trus kenapa gitu???:))

    ReplyDelete
  8. nyamar jadi anggota FPI gih, mbak. trus brainwash mereka biar ribet ngurus dirinya sendiri, ga usah ngurus miyabi. hihi.

    ReplyDelete
  9. mungkin mereka hanya menekankan pada "kelurusan" sedangkan kebaikan dan kesabarannya tidak pernah terpikir.. pada kelurusan di alam semesta ini menjadi lengkungan..

    ReplyDelete
  10. Anonymous9:02 PM

    kira2 berapa si majalah kelinci menyuap mereka untuk bertahan sampai sekarang yah ? aneh, moral bangsa mana sebenanrnya yang mereka anggap lindungi ?? moral nyang di gedung DPR MPR gmn tuh ?? *korek2 kuping sendiri*

    ReplyDelete
  11. biarin aja lah, pit. sing waras ngalah *padahal aku yo sumuk, tp capek mikirin begituan*

    ReplyDelete
  12. miyabi itu ternyata ga cakep2 nemen ya, mbak. tak kiro uayu bianget lho...

    ReplyDelete
  13. Bos Iip:
    sederhana sekali sebenarnya: it's all about the money (=

    Nunu:
    ya moral menurut ukuran mereka lah, nu. moral disela paha. abang senang, abang nggak gerebek. gitu, kali.

    Simbok:
    masturbasi, mbok. kek ga tau gwa aja. haha.

    SiNyong:
    cakep kok, nyong. kalo udah telanjang2 dan ah-uh mah mo muka kek setan juga cakep2 aja. asal merem. haha!

    ReplyDelete
  14. ah FPI itu juga korban kok.

    but eniwei... tanpa kedatangan miyabi, kalo mau, moral juga bisa bobrok sebobrok-bobroknya kok.

    ReplyDelete
  15. Sekilas membaca artikel anda, saya berasumsi anda orang yang mempunyai inteligensi dan akal sehat. Saya tidak mau mengomentari urusan FPI, Islam dan sebagainya. Saya sendiri memeluk agama Buddha dan cenderung setuju dengan opini anda mengenai robin hood bla bla and so on.

    Setelah saya membaca paragraf dibawah ini, ternyata pandangan anda tidak cukup luas atau anda kurang cukup dewasa dalam menyikapi polemik ini.

    "Sekarang mereka merambah ke area film, dengan alasan moral mereka merasa berhak mengusir Miyabi yang akan membintangi salah satu sinema di negara ini. Padahal, Miyabi juga manusia. Bukankah manusia satu dan lainnya bersaudara, sesama penghuni planet Bumi dan berhak atas udara yang sama-sama kita hirup? Lagipula, merusak moral bangsa, katanya? Bagian mana? Apa yang mereka tau tentang film itu jika naskahnya atau outline-nya pun mereka malas mencari tau?"

    Fokus anda hanya pada script, naskah dan outline dari film tersebut. Apa urusannya sama film tersebut? Wong yang ditolak miyabinya, bukan filmnya. Coba judulnya Menculik Megan Fox, apa ada yang mempermasalahkan????

    Kalau pandangan anda lebih luas, anda akan melihat pada dampak dan pengaruh yang ditimbulkan dari film dan publikasi terhadap miyabi. Yang secara tidak langsung mengkampanyekan dan memperkenalkan miyabi dan pornografi lebih jauh pada masyarakat indonesia (terutama adik2 kita yang masih kecil). Karena apa? Karena Miyabi sendiri indentik dengan Pornografi dan ini tidak terbantahkan.

    Saya tidak menuntut anda untuk peduli terhadap bangsa ini yang menurut anda hypocrite. Coba pikirkan dampaknya adik, anak atau keponakan anda.

    Janganlah anda bilang itu adalah tanggung jawab orang tua masing2. Orang tua mana pun sudah pasti berusaha semaksimal mungkin untuk menjauhkan anaknya dari hal2 yang negatif. Tapi anda perlu membuka mata lebih lebar, teknologi sudah semakin canggih, anak yang diawasi di rumah tetap bisa mencuri2 di luar.

    Dengan kondisi seperti ini, untuk apa kita lebih memperkenalkan lebih jauh bintang2 porno dan menebar racun untuk mereka? Wong tanpa adanya polemik mengenai miyabi ini, anak sudah semakin susah di kontrol karena canggihnya teknologi informasi jaman sekarang.

    Sekian dari kelompok yang menolak keras kedatangan miyabi.

    ReplyDelete
  16. Mbak Memeth:
    iyo si. tapi kalo korban 'tereaknya kekencengan' gitu, kita jadi nggak ada simpati sama 'ketidakberuntungan' yang membuat dia jadi 'korban'.

    Orang yang mengaku mewakili kelompok penolak Miyabi:
    duhai bapak/ibu yang budiman,
    jika anda membaca 'dengan hati', fokus saya justru di FPI dan nilai kemanusiaan yang 'katanya' dijunjung tinggi oleh agama Islam. sayangnya, sebagaimana semua agama dan kepercayaan di dunia, tuhan dan kedamaian memang akan selalu menumpahkan darah. minimal membuat amarah mengedepan.

    "Janganlah anda bilang itu adalah tanggung jawab orang tua masing2. Orang tua mana pun sudah pasti berusaha semaksimal mungkin untuk menjauhkan anaknya dari hal2 yang negatif. Tapi anda perlu membuka mata lebih lebar, teknologi sudah semakin canggih, anak yang diawasi di rumah tetap bisa mencuri2 di luar."
    untuk kutipan pernyataan bapak/ibu di atas, saya nggak akan menyangkal di bagian 'teknologi semakin canggih'. namun pendidikan anak memang menjadi tanggungjawab orangtua. karena menjadi orangtua adalah pilihan hidup, sama seperti saya memilih hidup dengan anjing. jadi, terima konsekuensinya. tapi terkadang ada yang dilupakan hampir semua orangtua di dunia: bahwa anak pun punya jalan hidupnya sendiri dan mereka bukan investasi. ada satu hal yang dapat menahan laju teknologi: pendidikan emosi dan rasio, empati, dan hati. alih-alih mengejar nilai-nilai akademis mencengangkan di sekolah dan kampus, rasanya itu lebih penting jika yang anda garisbawahi adalah 'kelajuan teknologi'.

    FYI, pak/bu: saya islam yang tidak begitu taat (karena tidak hafal isi kitab suci jika itu yg jadi ukuran), perempuan, dan anak dari sepasang orangtua yang membesarkan saya dengan babak bundas di tengah lingkungan dimana anak sebaya saya adalah pemakai zat adiktif dan pedagang obat terlarang. berkat didikan orangtua saya itulah maka saya masih tetap 'bersih' hingga sekarang, meskipun teman-teman sepenongkrongan saya adalah bandar narkoba dan pecandu. tapi itu nggak penting buat anda, bukan?

    semua tulisan yang ada disini adalah opini dan pendapat saya pribadi. saya nggak menudingkan telunjuk ke siapapun. termasuk anda. dan semua orang juga bebas berkomentar disini, saya nggak akan hapus. kecuali pengiklan dan spammer. namun jangan salahkan saya jika anda tidak berkenan dengan jawaban saya atas komentar anda. saya malas berdebat dengan orang yang sudah terlanjur membuat benteng tinggi tentang satu hal yang akan dijadikan bahan diskusi. saya masih sayangkan energi yang akan terbuang percuma hanya untuk hal remeh yg nggak ada kaitannya sama sekali dengan hidup saya. yang saya tau, selama manusia masih bernapas, dia berhak untuk menentukan pilihan hidup, untuk mati sekali pun. karena masing-masing manusia punya jalan hidup sendiri.

    terimakasih sudah berkunjung. semoga semua mahluk berbahagia...

    (=

    ReplyDelete
  17. mbak mbak miyabi itu siapa ?

    ReplyDelete
  18. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  19. pada bisa ngurus anak gak sih?

    ReplyDelete
  20. Maz Joko:
    sing iku lhooo... mosok ra ngerti si? ikuuuu.. mbak2e ikuuu... nah! sing kui! pinterrr...

    Keqi:
    ah, kamyu terlalu vulgar deeeeh *winks*

    ReplyDelete
  21. Tapi syukurlah, akhirnya Maria Ozawa batal datang. Semua demi kebaikan bersama. Satu sisi, memang tak kondusif untuk industri film nasional (yg memang sudah buruk?) tapi di sisi lain tak akan ada gontok-gontokan an sich demo yg justru merepotkan banyak orang.

    Santai ae, pit...jare Iwan Fals, jangan marah2 nanti cepat mati hahaha

    ReplyDelete
  22. Maz Hedi:
    aku lho sante. koyok ra reti aku wae, nulis ngono iso disambi cekikikan ambek arek2 kok :D

    ReplyDelete
  23. Ah so in the end Miyabi canceled the plan?

    Thanks for the update.

    ReplyDelete
  24. Anonymous4:22 PM

    hmh....mendadak pengen komen lagi. aneh ribut2 soal miyabi, tapi di Indonesia sendiri ada film yang judulnya lebih provokatif kaya Hantu Binal Jembatan Semanggi : Kuntilanak diperkosa Jenglot yang jelas2 banyak adegan nganu2...kok malah bebas diputar di bioskop sementara FPI jeung MUI diem2 wae ???
    taeklah...mereka semua

    ReplyDelete

Post a Comment

Wanna lash The Bitch?

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Story of Women