Pada Sebuah Pagi
Mari sini, sayangku.
Kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku.
Tegaklah ke langit luas atau awan yang mendung.
Kita tak pernah menanamkan apa-apa,
kita takkan pernah kehilangan apa-apa.
Soe Hok Gie*
... kembali saya tersadar akan makna kata ikhlas sementara saya masih tertawa angkuh, merasa congkak, merasa lebih tau dan lebih pintar dengan mengintip diam-diam.
Bisakah?
[Duhai, rasa bernama dendam. Haruskah nganga dari ego terluka robek sebegitu besar untuk tidak menyisakan ruang bagi sabar?]
*Quoted, without permission, from a view-invited blog--in which I wasn't invited no more. This is when I call it war. This is when I call it spying to the enemy's front line. Dan ini yang saya sebut dendam. Maaf. Tapi kamu memang pantas ditertawakan. Dengan sinis.
Comments
Post a Comment
Wanna lash The Bitch?