Tentang Sendirian

Di film Komo (Koboy Homo), ada adegan muntahnya salah satu lelaki ketika pasangannya beranjak pergi. Keliatannya dia jijik akibat perbuatan mereka. Beberapa lama sesudahnya baru terungkap bahwa tindakan muntah itu adalah reaksi tubuh atas kesepian menghebat meski baru ditinggal beberapa langkah. Damn...

Salah satu sahabat saya sempat harus mengenakan cincin perak di ibu jari kanan sejak hari pertama dia ditinggal pergi perempuannya hingga dua tahun berselang. Dia bilang, waktu si mbak balik kanan dan dia merasa sendiri, tepat di jempol situ dia sakit tiap hari dan hanya bisa ditahan dengan tekanan logam putih yang sedikit kesempitan... serta 3 batang ganja on daily basis.

Saya kagum dengan orang-orang seperti itu. Bahkan tubuh mereka pun ekspresif mengungkap rasa kehilangan dan perih yang mendera. Saya? Rasanya nggak pernah seromantis dan seheroik itu. Paling cuma ketawa getir dan teriak "Jancuk!" tepat di muka orang yang bikin saya pedih.

Atau mungkin saya sudah kebal sama rasa ' k e h i l a n g a n '? Sering saya menolak ketemuan dan kumpul-kumpul hore bareng teman lama maupun teman baru. Saya selalu beralasan bahwa kegiatan itu cuma buang waktu, buang duit, buang abab. Mestinya saya di rumah, tidur, baca utang buku saya (yang nggak pernah bikin tambah pinter), atau garap laporan pabrik topeng. Waktu saya rasan-rasan lagi, ternyata saya cuma nggak mau terlalu dekat dengan manusia. They return the deed, while there are times when I do my deeds just because I'd love to and taken aback when it returns. Dan saya nggak suka seperti itu. Jadinya saya menganggap dia baik, lalu mendekat, terus kenal akrab, dan akhirnya masing-masing pergi ketika harus pergi.

Well, then. Saya cuma benci perpisahan. It so damn hurts. Semakin sering, maka sakitnya berpangkat tiga dari jumlahnya. Jadi mending nggak usah ketemuan. Simpel to? Siapa bilang saya komplikeited?!



Untuk orang-orang yang selalu ada sejauh apapun saya pergi... terimakasih. Kalian patut dapat Nobel Perdamaian karena tahan dengan saya yang penuh angkara murka ini.

Comments

  1. Ini maksudnya apa? Kamu akan menolak kalo diajak kumpul-kumpul bareng sambil menikmati makan gratis di rumah bunj*ms lagi?

    ReplyDelete
  2. Anonymous11:58 PM

    seperti mimisannya Gibran ketika mengetahui ibunya udah meninggal ya..

    aku juga ga suka perpisahan, namun caraku bukan menghindari pertemuan. melainkan menghindari kedekatan dengan orang lain.

    begitulah..

    ReplyDelete
  3. OmBu:
    kalo masih anter-jemput mah who am i to refuse?! *blushes*

    Sandal:
    thx 4 the tip. but... geez. i guess this is how it feels to be in love with mortals and the whole of the world: burnt and killed eventually. i'm trying hard here, buddy. believe me, i do.

    ReplyDelete

Post a Comment

Wanna lash The Bitch?

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Story of Women