Lebaran Hebat

Alhamdulillah, Lebaran ini lumayan hebat. Nggak cuma tersedia cukup ketupat dan uba rampenya di meja, tapi juga sekeluarga bisa punya baju baru. Trauma psikologis saya yang pembenci lebaran juga lumayan terobati dengan cerita-cerita konyol sepanjang Ramadhan dan episode-episode kehidupan penuh berkah yang nggak habis-habis saya syukuri. Termasuk ritual sowan ke Simbah di Depok.

Demi ngirit ongkos dan mempersingkat perjalanan, motor titipan dari tetangga saya gunakan buat acara ini; dengan izin sebelumnya, of course. Cuma motor bebek berkopling sih gampang, pikir saya. RX butut punya Babab biasa saya kebut di jalanan--lepas jam 11 malem tapinya. Tapi... Makjang! Koplingnya keras banget! Baru kerasa pegel setelah satu jam jammed di perempatan perumahan Pondok Kelapa Kalimalang. Satu jam berkutat dan bersabar dengan ratusan motor dari empat penjuru angin yang nggak bergerak kemanapun; di bawah terik matahari pukul 12, bareng debu dan asap dari semua knalpot serta jerit bayi menangis kepanasan sementara jalanan sama sekali nggak ramah pada orang tua mereka yang bingung mendiamkan. Om Bono yang teriak lirih dari MP3 portable yang saya pasang dan rokok yang saya sulut demi mengurangi stress, serta adik saya yang berusaha riang bernyanyi-nyanyi di boncengan serasa nggak berdaya melawan pegalnya telapak dan jemari tangan kiri yang terus menahan kopling tetap setengah.

Lepas dari macet, Babab dan Ibu menunggu di pinggir jalan dan saya berhenti di sebelah Babab. Kurang 1 km dari TKP. Waktu jalan lengang dan kendaraan melaju cepat seperti ingin lari dari ketegangan di belakang mereka, saya pun turut. Celakanya, batas antara bahu jalan dan aspal agak tinggi dan hujan semalam bikin tanah dan ban saya basah. Ilmu 'kira-kira' saya kurang. Sekali saya hilang kendali dan setang oleng. Hampir saya ketabrak Mikrolet dari arah kanan. Setelah agak lega, ternyata setang saya oleng lagi ke kiri dan saya lepas kendali karena pegalnya menahan kopling. Dan lutut saya pun beradu dengan aspal. Yak! Akhirnya saya jatoh, sodara-sodara. Untung nggak sampe kesruduk mobil dan motor kalap dari belakang. Ketika Ibu membatalkan perjalanan dan minta pulang demi melihat saya dan adik nyengir menahan perihnya lecet, saya seperti terus dibelokkan ke kiri karena setangnya berhasil bengkok, lampu pecah, dan cat di ujung dashboard sedikit baret.

Gilanya, beberapa hari kemudian, ketika saya udah siap-siap duit buat ngganti kerusakan motor, pemiliknya menolak diganti. Padahal dia terkenal pelit se-Jalan Flores Raya. Nggak tau tuh, dia kesambet malaikat apa.

Yang kedua, karena sebel di rumah nggak bisa onlen, saya pergi ke warnet sebelah gang. Itupun karena mas bos, mandor di pabrik saya kerja, nyuruh meriksa laporan topeng dari Negeri Singa. Karena dia masih di Solo dan nggak onlen, walhasil saya siap sedia dengan ponsel murahan saya. Pas pulang... berhasil juga itu ponsel ketinggalan di warnet. Dan saya yang geblek ini baru sadar besoknya waktu mau iseng ke salah satu anak kecil soulmate saya yang masih di Madiun. Pas saya samperin lagi tu warnet, ternyata ponsel butut saya udah nggak ada. Haha! Saya kasian ama yang ngambil. Masih untung dia nggak kena tetanus saking bututnya itu ponsel.

Anyway, saya bersyukur masih bisa ketemu Lebaran. Mudah-mudahan saya masih bisa merasakan berkah hingga Sya'ban taun depan. Selamat Idul Fitri semuanyaaaaaaaaaaa...
*mengatupkan kedua tangan di depan dada, menunduk, dan menekuk lutut sedikit*

Comments

Post a Comment

Wanna lash The Bitch?

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Story of Women