Ah...

Gwa bukan orang yang ngejar sesuatu dengan ngoyo karena gwa jarang kepingin sesuatu dengan amat sangat. Gwa juga bukan orang yang teguh pendirian karena ada masa ketika apa yang gwa percaya berbalik 180 derajat menyerang gwa. Tapi gwa yakin pada usaha. Karena semua memang ada harganya, harus ada usaha.

Dari bayi ceprot--bahkan ketika masih di perut--gwa udah usaha. Untuk tetap hidup, diterima di lingkungan teman sebaya, di sekolah, di rumah, di kampus, you name it. Bahkan di komunitas yang menurut gwa nyaman. Meski lahir dengan berat kurang dari 2 kilo, pas gede gwa emang bongsor dan 'lain'. Gwa gak terlahir dengan kaki 2 pasang atau hidung di jidat, tapi gwa selalu dianggap aneh oleh orang yang menganggap diri normal. Oke, gwa terima. Dan gwa--berkali-kali--berusaha untuk jadi so-called normal. Untuk dapetin sepasang sepatu yang biasa dipake temen-temen pun gwa harus usaha ngojek payung biar uang kekumpul dan sepatu kebeli. Gwa nggak nyesel. Itu pelatihan dini untuk gwa yang waktu itu masih kelas 5 SD.

Since I raised in the culture of trying in gaining something , gwa pikir semua orang di luar dunia gwa yang sempit ini juga melakukan hal yang sama. Ternyata gwa harus menelan kekecewaan. Beberapa orang dapet keistimewaan untuk dapetin sesuatu dengan amat mudahnya. Kadang ini bikin gwa marah. Sering gwa pengen ngubah cara pandang orang-orang itu untuk fight for what you want to achieve. Yet, they are what they want to be, and I have no single right to change anybody.

Yang gwa sesalkan adalah ketika orang-orang itu berada dalam kondisi yang mengharuskan mereka berjuang, berusaha, tetapi mereka nggak bisa sementara untuk beberapa manusia lainnya hal tersebut only piece of cake. Misalnya aja nggak bisa naek bis dan makan di warteg untuk menghemat uang hanya karena nggak bisa melepaskan kenyamanan taksi atau makanan resto. Nggak mau 'jemput bola' untuk ambil duit pinjeman karena terlalu capek padahal butuh.

Again, I haven't got the wisdom to differentiate things that I can change and stuff I have to accept without regret...



To those who felt stabbed by my writing... my deepest apologize *bows*

Comments

  1. Anonymous2:08 PM

    iki, wes ra dong ... :(

    ReplyDelete
  2. kalau dibikin lagu bagus tuh, jadi inget syair-syairnya greenday
    *senang membaca tulisannya

    ReplyDelete

Post a Comment

Wanna lash The Bitch?

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Story of Women