I Live, Therefore I Work, Therefore I Live, Therefore I Work

Bahagialah orang yang hidup dan bekerja untuk orang lain karena dia memberi dan akan dicukupkan dari keringatnya. Celakalah orang yang hidup dan hanya bekerja untuk dirinya karena diri tidak akan pernah cukup mencapai apapun.


Dua perempuan duduk berhadapan dengan dua cangkir kopi yang hampir kosong, dua bungkus rokok dan asbak penuh abu di meja kafe. Mereka saling berpandangan setelah beberapa jam ngobrol heboh. Yang satu menatap lurus-lurus ke perempuan di depannya yang memandang balik dan memainkan rokok di sela jemari sambil tersenyum.

"Lu kenapa liatin gue terus? Suka?"

"Enak aja. Emangnya gue jeruk makan jeruk?! Nggak... gue kagum aja. Akhirnya lo udah mirip wanita karir sekarang. Look atcha! Drastis. Padahal lo pernah bilang nggak mau jual diri dengan menghamba pada jam kantor dan gaji bulanan."

"Haha. People change, Baby. Gue juga. Gue harus liat ke depan, nggak bisa selamanya begini terus. Sekarang gue mau numpuk duit banyak-banyak."

"Untuk apa? Bukannya lo anti duit? I mean, lo bilang lo nyaman dengan hanya diberi cukup. Bukan berlebih. Kemana elo yang dulu? Apa sebegini gampangnya lo berubah? Atau... lo mau kawin ya!"

"Kawin? Amin. Mudah-mudahan otak gue geser dan kembali ke jalan yang benar menurut ibu gue. Haha. Gwa gak berubah-berubah banget kok. Deep down inside, gwa masih sama."

"Masih sama gimana?! Lo tuh udah 180 derajat baliknya. Istilahnya, dari kiri mentok ke kanan mentok."

"Nggak, gue masih sama. Yang gue lakukan cuma pengen nutup mulut orang-orang sekitar gue yang nggak percaya kalo gue bisa maju. Selama ini gue diem dihajar sekian banyak omongan yang bikin telinga dan hati panas. Ini pembalasan dendam, a revenge, which is best served cold."

"Gue masih nggak ngerti..."

"Ah, lo emang bego! Intinya apa yang gue lakukan bukan semata-mata duit, tapi posisi. Dengan kerja tetap begini selain gue bales dendam ke orang-orang nyinyir itu, gue juga bales dendam sama keadaan gue."

"Gimana caranya?"

"By playing a generous bitch, dumbass. Gue harus banyak duit kalo pengen ngewujudin apa yang selama ini gue gembar-gemborkan: making the world a little bit better for me and for the unfortunates people to fit in. Gue pengen ngasih ke orang yang kondisinya lebih nggak ngenakin dari gue since I've been them before. Gue pernah nggak makan seminggu, jalan kaki ke kampus, ditolak temen-temen gue sendiri karena nggak punya tempat tinggal, numpang di kos orang, and it sucked. Rasanya nggak enak. Dulu gue cuma bisa nyumpah-nyumpah orang kaya dan pejabat. Sekarang gue bisa sedikit berbuat. Dan gue pengen orang-orang itu tau kalo ada orang yang peduli sama mereka, karena dulu cuma ada sedikit orang yang peduli sama gue. I aint Mother Theresa, but I act."

"Oh, lo mau jadi Robin Hood cewek dan ngasih duit ke orang jalanan gitu? Lalu... feeling like an angel? Enjoying yourself? Masturbasi otak dan perasaan lo dengan melakukan perbuatan baik, gitu?

"Itu kelemahan lo, terlalu cepet ngejudge, nggak sabaran, jump into conclusion sekenanya. Lo itu salah satu objek yang harus gue kasih pembelajaran. Jangan pernah menilai apapun yang kamu nggak tau, Sayang... Lo dulu pernah bilang pengen kasih pembelajaran ke orang tentang perempuan perokok. Lo pengen tunjukin ke publik kalo lo perempuan perokok yang bukan jablay, bukan murahan, punya prinsip sendiri. Sama halnya dengan gue. Gue pengen kerja, kejar duit sebanyak-banyaknya tapi bukan untuk gue semata. Ini untuk orang-orang sekitar gue. Gue pengen belajar dan kasih pembelajaran kalo kerja mati-matian untuk orang lain itu lebih berharga, lebih heroik dan tragis daripada cuma untuk diri sendiri. Keren kan!"

"So... in other word, pemerataan?"

"Yup! Tumben lo bener! Gue pengen bikin sekeliling gue jadi sosialis, sama rasa dan sama rata. Haha!"

"Sinting!"

"It takes a loony to know another loony and I've learnt much from you to be a good loony. I love you too, anyway."

Mereka tertawa lebar, bangkit dari kursi dan beranjak keluar.





ps: thnx for that lady who taught me how to breathe in an office atmosphere. Been here for more than a month and love a single minute of it (=

Comments

  1. Anonymous5:19 PM

    mudah2an pito betah :)

    ReplyDelete
  2. maz bek:
    sok imud deh!

    omazil:
    bisa dunk! kalu sambilannya banyagh >:)

    om deden:
    aminnn...

    maz titik2:
    amin juga *minum kopi*
    hehe...

    pancaradis:
    ah, nggak. byasa aja koq.

    ReplyDelete

Post a Comment

Wanna lash The Bitch?

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Story of Women