5 April, 2006: Pemandangan Siang dari Airport Shuttle Gambir - Bandara

Aduh, otak buntu. Rasanya pengen jedotin aja biar tengkorak ini retak, lalu lelehannya keluar berbareng congek dari telinga. Mungkin dengan begitu maka jadi nggak buntu lagi. Tapi ada yang bilang, gwa bukan orang yang berani ngadepin sakit. Wong ama jarum suntik aja takut! Jadi...?

Speaking tentang otak buntu. Kalo ada sebuah pusat perbelanjaan magrong-magrong berlantai enam, dengan barang kinclong-mulus seharga tujuh kali gaji tukang sapu jalanan di display dibalik kaca akuarium tanpa noda dan di luar ada lapangan parkir seluas lima kali lapangan bola, sementara dua kilometer dari situ anak-anak bingung dimana bisa saling menendang bola plastik murah dengan nyaman tanpa harus diteriaki pengendara motor atau khawatir tertabrak bajay, yang pulang mereka adalah rumah petak sempit (hampir tidak layak huni) dengan selokan mampet yang tiap hujan pasti banjir membawa air hitam masuk sampai kamar tidur dan ketika siang teriknya seperti di oven tempat bakar nastar yang disajikan gegap gempita di tiap Lebaran dimana anak-anak (harusnya) seneng-seneng merayakan hari kemenangan yang basi sementara orang kaya sibuk ngabisin duit untuk beli peralatan ibadah mewah dan "sekali berarti, sudah itu mati": bergaya sok fitri di hari raya dan mentereng di bawah Sang Maha Mentereng dikomandoi imam di depan (hah!), lalu gimana caranya biar otak gak buntu mikirinnya?

Auk ah. Pengen brenti mikir aja.
*berlalu*

[Lalu untuk apa Kau cipta kalbu ketika kami tidak lagi tersentuh? Sementara lebih banyak mereka yang lapar tapi hanya segelintir yang sanggup makan, atau bahkan saling memakan antara sesamanya. Lalu dimana kasih yang Kau sisipkan? Ketika sedikit yang bisa memperpintar diri tapi lebih banyak yang membuat bodoh dan bangga melakukannya. Lalu dimana pilihan Kau tawarkan? Saat yang bisa mereka lakukan adalah bertahan sampai mati kelaparan dan kedinginan atau pergi entah kemana dan terusir-usir dari bumi yang (katanya) mahaluas. Lalu dimana persamaan kesempatan yang konon sama Kau beri? Waktu disini ada orang yang bisa beli satu negara sementara disana ada yang sampai mati pun dia nggak sanggup bayar. Tolong, hentikan pertanyaanku. Aku nggak sanggup lagi nyari jawabannya. Aku perlu bantuan...]

Comments

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Story of Women