I Choose, Therefore I Am *hayah!*

"Hidup itu pilihan. Setiap detik yang kita punya adalah memutuskan, entah untuk berhenti bernafas atau melanjutkan hidup. Meski mati ada peraturannya sendiri."

Sepakat. Tapi ketika pilihan yang kita ambil kemudian berkompromi pada keadaan, dan ketika keadaan jadi bangsat setelah kita memilih... salah siapa?

Lalu ketika ada pemakluman, "Manusia berencana, Tuhan memutuskan". Apa penilaian itu adil buat Dia Yang Maha Adil? Rasanya terlalu remeh untuk Dia urun rembug dalam menetapkan apakah Nira ingin meneruskan pacaran dengan Santo atau membuka lembaran baru bersama Gatot, kenalannya seminggu lalu. Padahal di belahan dunia lain ada jutaan manusia kelaparan atau bergeletakan menanti ajal tanpa ada tangan terulur. Padahal disini banyak sungai tempat hidup ekosistem air yang penting bagi semesta, tapi berwarna hitam dan tidak ada satupun yang peduli kecuali pada perut dan diri sendiri.

[ngelantur mode ya?]

Ketika alasan "Jodoh, mati dan rezeki itu di tangan Tuhan", apa usaha mencari pasangan terbaik adalah salah ketika mukamu sejelek penderita lepra? Atau dengan berdiam diri dan berdoa tanpa putus maka sebungkus nasi kapau langsung jatuh dari "Langit Resto" lengkap dengan lauk-pauk sesuai keinginan?

Yah... lagi-lagi pilihan. Sama halnya ketika memilih tinggal di kamar sempit yang hanya terisi buku, pakaian dan kasur beserta sprei dan sarung bantal pinjaman dengan harga tiga ratus lima puluh ribu rupiah per bulan. Sementara ada dua tempat nyaman tersedia, komplit dengan makannya tanpa harus berlelah-lelah nyari.
Jadi, kamu memilih yang mana, Nduk?

[... dan beranikah kau gadai satu-satunya benda abstrak bernama 'harga diri' itu, ketika Jakarta bahkan tidak sudi memeluk lutut dan menghiba padamu?]

Comments

  1. Anonymous12:34 AM

    selamat malem, pito....
    gimana kabar?

    ReplyDelete
  2. setahun sudah aku terbebas dari jakarta taik kucing itu!!!

    ReplyDelete

Post a Comment

Wanna lash The Bitch?

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Story of Women