Phew!
Akhirnya... tugas yang nggak begitu berat itu selesai sudah. Nggak begitu berat memang, cuma salah satu tugas dalam hidup. Cari duit.
Ngomong apa sih?!
Akibat gwa dapet kerja kayak gini, mata dan hati gwa jadi lebih terbuka meski bagi sebagian orang mungkin nggak penting. Gwa jadi lebih memahami, mengerti, memperhatikan... merasa. Padahal hanya pekerjaan sehari-hari (yang sering gwa sebut sebagai 'melacur': menjual kemampuan otak dalam menerjemahkan bahasa asing ke bahasa gwa dan orang-orang senegara). Tapi imbasnya dahsyat!
Tentang orang-orang di negeri antah-berantah bernama Palestina. Bagaimana mereka mempertahankan tanah yang nggak seberapa itu dari renggutan Zionis Israel yang anteknya menyusup ke seantero jagad dan menguasai sektor-sektor penting seluruh dunia. Bagaimana mereka harus merelakan harta, benda dan nyawa direnggut paksa demi sebuah bangsa yang--dengan membawa kitab suci mereka--menuntut Tanah Yang Dijanjikan sebagaimana tertulis disana.
Buat gwa hal ini amat sangat mengganggu. Sering banget mengetik satu kalimat aja perlu waktu lima belas menit sendiri karena gwa rada gak percaya sama apa yang tertulis, meskipun ketika gwa cari di internet hasilnya memang bener begitu. Bikin sakit hati membaca kenyataan adanya sebuah negara, terdiri dari jutaan manusia dengan darah-daging-jiwa, terlantar dan tertindas tanpa pertolongan dari negara (yang katanya) adikuasa sekalipun!
Me and my melancholic feeling. Kadang saking betenya, itu kerjaan gwa tinggal nge-game atau chatting. Soalnya mau nerusin pun gak akan beres jadinya. Dan pengalihan jadi lebih lama daripada ngegarapnya.
Pernah di suatu dinihari, saat gwa numpang ngerjain di warnet temen dan lagi feeling down low (meski dengan semangat sekuat baja menargetkan harus selesai minimal 10 lembar sampai pagi menjelang), tau-tau ada sweet distraction: teman-teman gwa berkunjung dan ngajak ke burjo. Melewatkan dinginnya udara dengan obrolan hangat dan tawa renyah antar-sahabat. Indahnya. Kontras dengan bahan yang sedang gwa garap. Memuakkan.
Ujung-ujungnya... dibandingin kehidupan percintaan gwa yang begitu-begitu aja (kalopun ada), underpaid job, homeless, restless, dan fucked-up, gwa lebih beruntung dibanding mereka yang untuk hidup dan bernapas aja selalu dikejar-kejar teror...
[... dan nikmat Tuhanmu mana lagi yang akan kamu dustakan, nduk?]
Ngomong apa sih?!
Akibat gwa dapet kerja kayak gini, mata dan hati gwa jadi lebih terbuka meski bagi sebagian orang mungkin nggak penting. Gwa jadi lebih memahami, mengerti, memperhatikan... merasa. Padahal hanya pekerjaan sehari-hari (yang sering gwa sebut sebagai 'melacur': menjual kemampuan otak dalam menerjemahkan bahasa asing ke bahasa gwa dan orang-orang senegara). Tapi imbasnya dahsyat!
Tentang orang-orang di negeri antah-berantah bernama Palestina. Bagaimana mereka mempertahankan tanah yang nggak seberapa itu dari renggutan Zionis Israel yang anteknya menyusup ke seantero jagad dan menguasai sektor-sektor penting seluruh dunia. Bagaimana mereka harus merelakan harta, benda dan nyawa direnggut paksa demi sebuah bangsa yang--dengan membawa kitab suci mereka--menuntut Tanah Yang Dijanjikan sebagaimana tertulis disana.
Buat gwa hal ini amat sangat mengganggu. Sering banget mengetik satu kalimat aja perlu waktu lima belas menit sendiri karena gwa rada gak percaya sama apa yang tertulis, meskipun ketika gwa cari di internet hasilnya memang bener begitu. Bikin sakit hati membaca kenyataan adanya sebuah negara, terdiri dari jutaan manusia dengan darah-daging-jiwa, terlantar dan tertindas tanpa pertolongan dari negara (yang katanya) adikuasa sekalipun!
Me and my melancholic feeling. Kadang saking betenya, itu kerjaan gwa tinggal nge-game atau chatting. Soalnya mau nerusin pun gak akan beres jadinya. Dan pengalihan jadi lebih lama daripada ngegarapnya.
Pernah di suatu dinihari, saat gwa numpang ngerjain di warnet temen dan lagi feeling down low (meski dengan semangat sekuat baja menargetkan harus selesai minimal 10 lembar sampai pagi menjelang), tau-tau ada sweet distraction: teman-teman gwa berkunjung dan ngajak ke burjo. Melewatkan dinginnya udara dengan obrolan hangat dan tawa renyah antar-sahabat. Indahnya. Kontras dengan bahan yang sedang gwa garap. Memuakkan.
Ujung-ujungnya... dibandingin kehidupan percintaan gwa yang begitu-begitu aja (kalopun ada), underpaid job, homeless, restless, dan fucked-up, gwa lebih beruntung dibanding mereka yang untuk hidup dan bernapas aja selalu dikejar-kejar teror...
[... dan nikmat Tuhanmu mana lagi yang akan kamu dustakan, nduk?]
Yuk, bersyukur atas nikmat-Nya..
ReplyDeleteTernyata pito semakin ingat dengan yang "Diatas"
ReplyDelete*saluttt*
om budi byo:
ReplyDeleteyuk, yuk...
maz nunuz:
ah, njenengan ini. sayah jadi maluw...