Luka Itu Akan Sembuh... Nanti

Hai, Sum!

Nggak kerasa, ternyata gwa kangen juga ama elu. Kemaren baru aja gwa kirim imel panjang buat lo yang lagi dibayarin cari ilmu di negara bule sana. Eh, pagi buta ini lo nongol, lewat cengiran smiley bulet kuning terang di software messenger yang mendadak hidup ketika lo log in.

Lalu kita tukeran cerita dodol dan konyol, tentang temen-temen bule lo dan keluarga tempat lo numpang, serta tentang kerjaan baru gwa yang kayak neraka tapi menyenangkan.

Kemudian cerita sedih itu terlontar.
Tentang terselesaikannya sebuah hubungan jarak jauh antara lo dan mas londo di ujung dunia sana. Yang bikin airmata lo titik--meski cuma setetes--adalah ketika DIA yang punya inisiatif menyudahkan hubungan yang, tadinya, lo harapkan berhasil untuk mengalihkan rasa dari seorang lelaki matang yang namanya tertancap dalam di hati lo.
(Apakah lukanya masih merembeskan darah, Sayang?)

Hey! Apakah jebolan 844 sedang dilanda infeksi merahjambu akhir Juni?
Karena ada seorang perempuan berkerudung nan perkasa-cerdas-cantik-pemberani yang juga sedang mengalami masa pemulihan dari virus pembuat patah hati ini. Dia (dan kamu dan aku dan semua orang yang pernah mengalami, mungkin) merasa kalah, salah dan lelah karena terlanjur mempercayai--kita tahu bagaimana sulitnya dia percaya lelaki--dan memilih sosok yang dirasa adalah 'The One'. Sama sepertiku. Beberapa minggu lalu.

Dari cerita kita bertiga, benang merah yang bisa gwa tarik adalah: ketika harapan tidak sesuai dengan kenyataan, dan kita cenderung merasa kalah ketika keadaan memaksa kita harus nrimo.

Tapi kita harus ikhlas, rela melepas apa yang memang bukan ditujukan untuk kita. Sebagaimanapun kita merasa klop dengan mas-mas bajingan itu. Haha. Iya, gwa sama marah dan senasibnya dengan lo dan dia. Gwa juga sempet kesel karena si mas itu bukan seperti yang gwa bayangkan. Gwa kerap memaki taklukan yang nggak mau takluk itu, padahal kalo dipikir-pikir dia bukan apa-apa. Mungkin gwa nggak mau ngaku kalo gwa dipecundangi oleh orang yang lebih 'dibawah' dari gwa. Kadang gwa juga suka ngerasa kalo gwa amat sangat sombongnya. Gwa sepakat dengan si Ikan Mas Koki: biar jelek asal congkak!

Well, time heals all the wound. Hanya itu yang kita punya. And what doesn't kill you makes you strong, kata Mbak Nana.

Ya udah, lah. Life goes on. Emangnya lekong di dunia ini cuma mereka ajah?! Ayo! Kita bikin perkumpulan Jomblo-jomblo Bangsat yang nggak kalah bajingan dengan mas-mas itu, karena kita bisa berdiri sendiri. Sambil lirik-lirik kanan-kiri. Sape tau ada yang bagus dan kecengable. Hehehe...

Mari Revolusi sampai mati!!!



*dedicated to Sumpel and Ooz and all the girls that have been broken-hearted, yet, never give up in the quest of finding their soulmates...

Comments

  1. Anonymous1:10 PM

    mengharukan...."mari kita jatuh dengan gagah,inilah waktu yang tepat untuk melakukan itu"

    ReplyDelete
  2. Anonymous5:18 AM

    dasar lo Pit, perempuan paling jujur yg gw tahu :P skarang gw jadi lebih bisa kuat mengangkat kepala dengan topi toga sarjana jomblo gw .. mizyu ndro

    ReplyDelete
  3. Anonymous11:54 AM

    ... sumpel mila seng ngalor ngidul numpak pit kae ta ?

    ReplyDelete

Post a Comment

Wanna lash The Bitch?

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Story of Women