Hmmm...
Ada seseorang yang merasa kesal dengan Yang (katanya) Di Atas Sana.
"Aku mangkel. Dimana Dia saat manusia bertumpasan karena bencana? Kayaknya penciptaan itu jalan sendiri dengan hukum besi fisika!"
Jadi inget tulisan si Ibu yang di review disini. Ada analisa yang gwa suka: Karena dulu ada banyak nabi, Tuhan serasa ada di tengah. Ketika sang nabi berkoar menyeru kebaikan, dan yang diseru nggak patuh, maka diporakporandakanNyalah tanah tempat mereka berpijak. Lalu turun ayat sebagai reminder yang dipakai sebagai acuan oleh pengikutnya sekarang, yang disebut Kitab Suci.
Saat ada konsensus bersama akan nabi terakhir dan bagaimana gambaran akhir dunia nanti, Tuhan seakan mati. Waktu teknologi sedemikian majunya dan semua hal dianalisa dengan logika, maka akan selalu ada penjelasan ilmiah untuk setiap hal yang terjadi. Tidak ada nabi penyeru, yang ada hanya rasio. Dan suara Tuhan sudah tidak lagi terdengar. Dianggap mati.
Seorang gadis belia umur delapan belas berkata, "Kenapa selalu ngeluh waktu ada bencana? Dimana mereka ketika nikmat yang Dia berikan lewat tanpa diperhatikan?" Dan gwa tau betul betapa takut dia akan gempa dan letusan gunung.
But one thing I believe, apapun yang dikatakan orang: Dia ada kemanapun wajahmu menghadap, lebih dekat dari urat nadi di lehermu sendiri, dan bekerja dengan cara misterius.
Seek, then you shall find...
in memoriam of more than 5000 souls lost on May 27, 2006 at 6.3
and hundreds of thousands homeless people in less than a second...
"Aku mangkel. Dimana Dia saat manusia bertumpasan karena bencana? Kayaknya penciptaan itu jalan sendiri dengan hukum besi fisika!"
Jadi inget tulisan si Ibu yang di review disini. Ada analisa yang gwa suka: Karena dulu ada banyak nabi, Tuhan serasa ada di tengah. Ketika sang nabi berkoar menyeru kebaikan, dan yang diseru nggak patuh, maka diporakporandakanNyalah tanah tempat mereka berpijak. Lalu turun ayat sebagai reminder yang dipakai sebagai acuan oleh pengikutnya sekarang, yang disebut Kitab Suci.
Saat ada konsensus bersama akan nabi terakhir dan bagaimana gambaran akhir dunia nanti, Tuhan seakan mati. Waktu teknologi sedemikian majunya dan semua hal dianalisa dengan logika, maka akan selalu ada penjelasan ilmiah untuk setiap hal yang terjadi. Tidak ada nabi penyeru, yang ada hanya rasio. Dan suara Tuhan sudah tidak lagi terdengar. Dianggap mati.
Seorang gadis belia umur delapan belas berkata, "Kenapa selalu ngeluh waktu ada bencana? Dimana mereka ketika nikmat yang Dia berikan lewat tanpa diperhatikan?" Dan gwa tau betul betapa takut dia akan gempa dan letusan gunung.
But one thing I believe, apapun yang dikatakan orang: Dia ada kemanapun wajahmu menghadap, lebih dekat dari urat nadi di lehermu sendiri, dan bekerja dengan cara misterius.
Seek, then you shall find...
MEMBACA TANDA-TANDA
ada sesuatu yang rasanya mulai lepas
dari tangan
dan meluncur lewat sela-sela jari kita
ada sesuatu yang mulanya
tak begitu jelas
tapi kini kita mulai merindukannya
kita saksikan udara
abu abu warnanya
kita saksikan air danau
yang semakin surut jadinya
burung-burung kecil
tak lagi berkicau di pagi hari
hutan kehilangan ranting
ranting kehilangan daun
daun kehilangan dahan
dahan kehilangan
hutan
kita saksikan zat asam
didesak asam arang
dan karbon dioksida itu
menggilas paru-paru
kita saksikan
gunung memompakan abu
abu membawa batu
batu membawa lindu
lindu membawa longsor
longsor membawa air
air membawa banjir
banjir membawa air
air
mata
kita telah saksikan seribu tanda-tanda
bisakah kita membaca tanda-tanda?
Allah
ampuni dosa-dosa kami
beri kami kearifan membaca
seribu tanda-tanda
karena ada sesuatu yang rasanya
mulai lepas dari tangan
dan meluncur lewat sela-sela jari
karena ada sesuatu yang mulanya
tak begitu jelas
tapi kini kami
mulai
merindukannya
(Membaca Tanda Tanda, 1982:Taufik Ismail)
in memoriam of more than 5000 souls lost on May 27, 2006 at 6.3
and hundreds of thousands homeless people in less than a second...
wes adus mbak :)
ReplyDeletekita hanya bisa berusaha dan berdua mbak'e
ReplyDeleteYoi, setuju. Rasio memang mengalahkan segalanya.
ReplyDeleteBtw,
poin "ayat yang turun sebagai reminder, yang disebut kitab suci"
dengan poin "konsensus bersama akan nabi terakhir dan bagaimana gambaran akhir dunia".
Dua poin itu sama-sama ada dalam kitab suci kan?
Mengapa "konsensus bersama" malah bikin Tuhan seakan mati?
Konsensus bersama itu antara siapa dengan siapa?
Penjelasan pls. :P
skuter:
ReplyDeletedereng. males! =P
leyaa:
*ikut berdoa... doa sebelum maem*
om jin:
karena konsensus bersama yang ada dalam beberapa kitab suci--yang sama menyebut tentang turunnya nabi terakhir--adalah kesepakatan bahwa tidak ada nabi lagi setelah sang nabi terakhir itu wafat. thus, manusia (atau kita sebut saja sebagai umat) benar-benar ditinggal sendirian tanpa pembimbing yang memiliki wujud, yang bisa menyampaikan 'suara' tuhan. hanya dengan kitab suci itu saja, serta ajaran para pemimpin agama--yang sering dicibir oleh pengikutnya sendiri--yang tertinggal. ketika bahkan pemimpin agama sekalipun nggak bisa jadi contoh teladan bagi umat, dan ajaran agama cuma numpang lewat karena wakilnya nggak representatif, maka tuhan pun terabaikan. begitu, om jin...
*edan! tumben banget gwa serius!!!*