Semacam Carpe Diem

Malam ini melankoli sekali. Setelah seharian bekerja tanpa peluh dalam ruang berudara dingin bikinan pabrik; diseling tawa dalam kata bersama teman-teman tak kasat mata; mengurai masalah kusut dan berujung pada solusi perlawanan; berbagi senyum dan sebongkah surga dengan malaikat putih tak bersayap; menyesap bergelas-gelas minuman panas demi mendinginkan perut dan kepala; mendengar dan mengusahakan senoktah kecil empati pada jiwa tanpa daya (atau tak mau berdaya, entah yang mana)... Semua berlabuh pada dinihari ini, teriring suara pria berkacamata gelap yang lirih melagu hidup dalam analogi layang-layang.

Rasanya saya lelah sekali.

Namun kelelahan ini membuat saya penuh seluruh. Selaksa alam raya yang terpapar di depan mata, pada detik, pada menit, pada waktu yang terlewat, mengisi tiap ceruk tiap lekuk. Memenuhinya hingga ke titik luber. Menanti semuanya lalu reda, melindap, kemudian menyarikan residu guna disantap hati adalah kesabaran yang harus dikuasai. Dan saya hampir sampai kesana.

Padanya saya melihat aku. Dari lafal yang terucap, kami berkaca. Dan saya sadar, waktu saya sebentar. Hingga batas yang saya buat itu. Hingga akhir yang saya damba itu. Hingga usia tigapuluh itu.

Kemudian saya akan dijemput utusan Sang Pacar, pasrah, lega-lila. Lungkrah, namun puas. Layaknya pengantin selesai berpagut, membelit, mendekap, mengejang dan meregang, basah keringat setara nafas serta degup jantung berkejaran, saat turun-naik dada makin lama makin lambat dan dengan mata pejam dan bibir menyungging senyum...

Saya akan mati dengan nikmat.
Love is a temple, love a higher law
- 'U2 - One'

Duhai, dunia. Betapa saya jatuh cinta sampai mampus denganmu.


...masihkah saya 'hidup' jika batas terlampaui?

Comments

  1. iki judule telung puluh yoo mbak :)

    ReplyDelete
  2. ojo lali, kalo dah mati, kirim kirim sms yo. ben aku ra bingung pas giliranku nanti. oke?

    ReplyDelete
  3. Anonymous6:57 PM

    mati itu sulit, tapi hidup lebih sulit kata van gogh.

    cuman hidup ini masih indah ko. masih banyak hal yang layak kita lakukan. :)

    ReplyDelete
  4. Maz ipul:
    Nek onok sinyal neng kono ya maz.

    Maz KW:
    Jangan khawatir. Menurut salah seorang teman, ego saya terlalu kuat untuk saya tundukkan. Padahal mengundang kematian itu lebih sulit dari mengalahkan ego. Kemungkinan saya akan hidup lama...

    Lis:
    Iya. Ngerti. Tau. Makasih.
    (=

    ReplyDelete
  5. Tapi pito, bukankah 'usia' itu untuk dinikmati dan dijalani?

    *tanya*

    ReplyDelete
  6. Memang. Karena itu judulnya SEMACAM carpe diem. You've got my point
    (=

    ReplyDelete

Post a Comment

Wanna lash The Bitch?

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Story of Women