Hey, Han. AgamaMu Apa?

Sering gwa dipaksa jomblo kalo lagi nongkrong ama temen-temen gwa yang kebetulan sering melontarkan ide-ide (yang menurut orang lain) subversif. Gwa harus meniadakan Pacar gwa sementara supaya masuk ke term mereka. Dan kemarin gwa ngobrolin masalah ini sama seseorang, tentang gimana agama itu cuma bikinan manusia. Wahyu? Oh, di tempat kami biasa nongkrong sering banget orang-orang ketiban itu. Entah datengnya dari 'penghuni' Planetarium atau dari Dia-Yang-Namanya-Boleh-Selalu-Disebut.

Salah satu manusia fucked up (slash mentor dalam urusan pervert) pernah meng-kupipes gagasan yang dia dapat dari salah satu milis. Menurut kupipes itu, Indonesia sama sekali nggak pernah merdeka dan terang-terangan menindas rakyat dengan memaksakan lima agama 'impor' tanpa mempertimbangkan kepercayaan lokal yang lebih dulu ada. Padahal nggak harus gitu lah. Negara nggak berhak ngurus kehidupan warganya sampe ke level se-personal itu. Sama halnya negara nggak berhak ngurusin rakyatnya mau check-in di hotel mana, dengan siapa, sampe berapa lama. Urusan moral? Kita tau mana yang baik dan yang nggak baik. Semua tergantung gimana manusia denger hati nurani. Kalo mau rakyatnya bener, rasanya bukan ajaran agama yang harus dikedepanin, melainkan pengetahuan tentang moral yang ditanemin. Menurut gwa, beragama itu 'mencari' Tuhan, atau sesuatu yang dipercaya sebagai Supreme Power tanpa batas. Dan itu pribadi banget. Jalannya sama sekali nggak ada yang sama, meskipun per orangnya dibesarkan dalam kultur dan lingkungan yang sama. Karenanya sangat nggak masuk akal kalo hal semacam itu di-universal-kan.

Dari dulu pun gwa percaya bahwa agama sering dijadikan alat validasi untuk memperbolehkan seseorang atau kelompok menyebut diri benar dan akan masuk surga sementara yang lain salah. Atau dinihilkan cuma jadi sekedar alat marketing (remember Christmas dan Lebaran?). Atau bunuh-bunuhan demi membela tuhan masing-masing. Padahal, kalo tuhan-tuhan yang mereka perjuangkan itu memang maha perkasa, kenapa susah-susah mesti dibelain? Menurut mental image gwa yang kartun dan gelap, para tuhan itu lagi asyik nge-bilyar atau duduk sambil minum-minum dan mentertawakan masing-masing kelompok yang mengaku berjuang demi nama mereka. Lengkap dengan atribut masing-masing, entah itu ber-halo atau berpendar-pendar cahaya, dalam daster panjang menyapu awan berambut gondrong berjenggot dan berkumis putih. Konyol kan? Apalagi masalah surga yang dikapling-kapling sama kelompok-kelompok fanatik. Developernya siapa sih?!

Ya, gwa pernah kecewa karena (terpaksa?) melepaskan seseorang hanya karena berbeda tuhan. Meski dia menangis dan menurunkan derajatnya hingga tiarap di kaki gwa, gilanya, demi namaNya gwa bertahan. Padahal sampe sekarang belum ada satu pun manusia yang gwa temuin yang punya kualitas sama dengannya. Tapi ujung-ujungnya karena namaNya juga gwa dihujat oleh orang yang sama, sebab (menurutnya) gwa menghina Pacarnya. Damned!

Seseorang lain di Surabaya yang selalu nemenin gwa lewat suara (dan rada megalomaniac dikit) pernah bilang bahwa agama layaknya ageman atau baju. Semuanya tergantung yang ngagem, tergantung siapa yang pakai. Dan gwa, lepas dari kolom agama di KTP yang jelas-jelas tertulis ISLAM, tetep punya kepercayaan gwa sendiri. Yang gwa pake mazhab Pito. Kalian nggak boleh protes, karena gwa juga nggak protes sama mazhab apapun yang kalian pake. Lepas dari gwa males ibadah atau nggak, gwa percaya tuhan nggak bisa disogok. Ketika gwa memenuhi 'olahraga' gwa sehari lima kali, itu karena gwa lagi kangen dan perlu Dia, bukan karena takut masuk neraka dengan bikin dia seneng dengan gerakan-gerakan gwa. Kalo pun gwa masuk neraka nanti dan gwa nggak tahan siksaannya, gwa nggak akan ngeluh. Moga-moga. Jadi, nggak usah la ngomong depan gwa tentang agama apa yang paling baik, tuhan siapa yang paling pemurah, ajaran mana yang paling mulia. I've been there and done that. Fuck you very much (=
Udah lah. Ini cuma misuh-misuh gwa pra-haid koq. Biasa. Haha!

Comments

  1. awakku pegel, mbok aku dipijeti pit...

    ReplyDelete
  2. Anonymous10:07 AM

    For me, God's wisdom itu seluas samudra. Agama? Cuma satu ember aja dari samudra yang luas itu.

    Kenapa cuma seember? Soalnya cuma segitu yang bisa di-comprehend sama otak manusia.

    Dan hebatnya, demi embernya masing-masing, manusia saling bunuh-bunuhan.

    Manusia lebih suka menuhankan ember, daripada mencari tahu apa yang sebenernya Allah mau.

    ReplyDelete
  3. wahyu?? kayaknya pernah denger hehe,
    just because kamu ga protes ama mazhab yang aku percayai, doesn't mean aku ga boleh protes ama mazhabmu toh? inga inga, watawa shaubil haq, watawa shaubi shabr :D

    ReplyDelete
  4. Sadly but true. Katanya orang Indonesia itu ramah tamah dan punya kerukunan kehidupan beragama. Tapi kayaknya itu cuman propaganda di buku pelajaran PMP saja. Kenyataannya, jangankan di Poso atau Ambon, di Jakarta saja sering terjadi pembenaran anarkis atas nama Tuhan.

    Agama seyogyanya dikembalikan kepada diri pribadi masing2.... tanpa campur tangan dari pemerintah, ormas2, MUI, dll.

    My believe is none of others fcuking business. :)

    and mixed (religion) marriage should be legalized.

    ReplyDelete
  5. pit
    ketika kekasihku memintaku untuk menomor satukan agama diatas segalanya tetapi tak lama kemudian setelah satu peristiwa dia meminta pengertianku bahwa kita tidak mungkin bersama karena adat kita berbeda ..

    jadi "adat" itu diatas agama :)

    hidup adat padang ..

    sigh!!
    indonesia ternyata negara paling rasisme yg paling sering menggunakan dalil agama untuk mencari teori pembenaran

    ReplyDelete
  6. GW setuju bgt. Tidak seharusnya agama seseorang menjadikan orang itu terbatas dalam menentukan pilihan. Kalo cinta mah cinta ajah. Kalo mo merit mah merit aja.Tapi kalo smp bilang gak bisa bersatu hanya gara2 agama. It's just fucking freek! gw aga gak gitu terima dgn excuse yg kyk gt.
    Kadang, gw menyesal terlahir di negara yg membuat semua2nya serba dibatasi kyk gni dan penduduknya menjadi paranoid untuk bergaul, berpacaran, dan having marrriage.Shhiiit..!

    btw: just curious. What is you're religion? hehe.*sambil garuk-garuk kepala*

    ReplyDelete
  7. Anonymous3:58 PM

    fantastic post. you clearly and bluntly spilled my the thoughts in head that are never spilled before due to my sudden submissiveness whenever it comes to talking about religion and faith.

    i adore this post. please don't take it away.

    ReplyDelete
  8. Aku juga punya pertanyaan yang sama dalam memotret perilaku masyarakat Indonesia yang "gila Hormat" dengan embernya masing-masing. Ember doang gitu lhoh.. (opo thoo..)

    Anyway, yang penting benernya ember atau kualitas isinya??? Meskipun embernya merk Lion Star, tapi kalo buat ngangkut air sungai ciliwung yang azuuuuubileee kotornya, Or meskipun bawa air bersih tapi purpose buat ngguyur tetangga sebelah... sama aja boong. ;)) (note: pengalaman pribadi!!)

    Intinya, orang Cina komunis yang ngga kenal Tuhan pun punya kands yang sama gedenya buat masuk surga (if there is..) ma kita-kita yang "berasa" punya Tuhan.

    Tapi, pit, biarin aja lagi ada orang2 yang ber prejudice kaya gitu hidup. Lumayan kan, buat bahan cela-celaan... hehehhehe.. ngga ada mereka, ngga ada tontonan lagi di thamrin. Yang penting, you don't loose yourself.

    ReplyDelete
  9. Maz Ipul:
    sini. pake palu ya? mau ya?

    The Unknown V:
    Viva la ember!
    xixi

    Maz Iway:
    Monggo... nggak masalah juga kan kalo aku langsung bikin benteng takeshi tinggi-tinggi? (=

    Maz Darmadi:
    Amen, brother!

    Bubun:
    Hayo to Bun, makanya diacak-acak aja tu pemrentah! Eh, apa manusia menyebalkan itu aja kali ya yg diacak-acak?
    *gali Tomahawk*
    Asik ni bun... Kapaknya tinggal dilempar. Xixi...

    Mbak Mi:
    Feast your eyes for I would never voluntarily take any of my post out. Unless there's thing beyond my power occurs. Such as blogspot-mesti-bayar-ato-gwa-ga-bisa-ngomel-lagi, for instance (=

    Wita:
    Yo'ih!

    ReplyDelete
  10. this'nt a question... but rather a request, so fullfill me...
    pernah baca The Biggest Secret -nya David Icke ?
    Ini bukunya
    after read... plz give me a contemplation.

    ReplyDelete

Post a Comment

Wanna lash The Bitch?

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Story of Women