Ketika Pena Terlalu Cepat Terbakar


Karena cinta hanya akan berlabuh setelah melewati sederetan birokrasi ideologi berwarna merah, hijau, hitam, kuning dan biru, merah, putih, dan biru, dan merah, dan putih
Jangan izinkan aku untuk mati terlalu dini, wahai zahraku, mentariku
Jangan sedetikpun izinkan aku berhenti menziarahi setiap makam tanpa pedang-pedang kalam terhunus
Lelap tertidur tanpa satu mata membuka
Tanpa pagi berhenti mensponsori keheningan berbisa
Tanpa di lengan kanan-kiriku adalah matahari dan rembulan
Bintang dan sabit
Palu dan arit
Bumi dan langit
Lautan dan parit
Dan sayap dan rakit
Hingga seluruh paruku sesak merakit setiap pasak-pasak kemungkinan terbesar
Memperbesar setiap kemungkinan pada ruang ketidakmungkinan
Sehingga setiap orang yang kami temui
Tak menemukan lagi satupun sudut kemungkinan
Untuk berkata 'TIDAK MUNGKIN'
Tanpa darah mereka mengering sebelum mata pena berkarat
Dan menolak kembali terisi

Matahari tak mungkin lagi mengebiri pagi untuk mengkhianati

[Barisan Nisan yang menemani saya berjalankaki pulang memburuh, satu lima puluh pagi, 1500 meter/10 menit, dan poetry yang terulang dalam kepala]

Wahai, Sesuatu Tak Berbentuk yang konon tempat semua mahluk berkeluh-kesah...
adakah jatah semangat untuk saya hari ini?

Comments

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Story of Women