Surat Dari/Pada Pacar

Hey, Nduk.

Ngapain sih terlalu mikir? Serahkan semua padaKu. Aku nggak akan bikin pusing kamu. Cukup kamu baca juklak yang tertulis disitu dan jalani semuanya. Nggak susah kok. Semua sudah pernah dilakukan orang-orang yang hidup jauhhhhhhh sebelum kamu lahir. Kalo kamu ngejalaninnya dengan sungguh-sungguh, kamu bakal dapet sesuatu dari Aku. Gede, lho. Lebih hebat dari cuma mobil mewah atau rumah megah yang nggak ada setai-tainya itu. Nggak ada biaya maintenance, pulak! Ayo dong. Aku pengen liat kamu ada disini sama Aku. Kita bakal seneng deh! Aku janji. Kamu tau kan? Aku bukan pelanggar janji.

Aku tunggu ya!

Luv,

Tuhan



Hey Han!

Aduh...
Makasih ya Kamu masih mau inget aku. Gila deh! Aku yang segini mbalelonya masih aja dikasih keajaiban-keajaiban edan-edanan dari Kamu. Udah gitu, aku masih aja nanya-nanya dan curiga. Ya abis gimana? Kamu selalu kasih pelajaran dari apapun yang terjadi di sekeliling. Dan pelajaran utama adalah: There is the price I've got to pay somehow. Aku jadi rada keder mau ngapa-ngapain.

Soal nanti barengan Kamu disana...
Aku tu nggak mau ketemu Kamu cuma karena iming-iming dapet pemenuhan janji atau luput dari kemurkaanMu. Aku pengennya ketemu Kamu karena Kamu, bukan karena punishment dan reward sebagaimana yang dijejali dan didoktrin ke otakku sejak aku kecil. Kamu juga tau kan kalo aku selalu kasih kebingunganku ke Kamu dan kamu jawab dengan kemudahan dari tempat lain. Aku nggak tau, maksudMu itu untuk pengalih perhatian atau apa. So far sih amat sangat membantu. Padahal sowan ke Kamu aja udah hampir nggak pernah dan Kamu masih segitu perhatiannya sama aku.

Tapi gini ya Han.
Aku percaya Kamu nggak akan kasih aku software sebegitu lengkap kalo Kamu nggak mau aku menggunakannya dengan maksimal. Dan aku pake itu untuk mencari Kamu. Iya, aku tau, Kamu bahkan lebih dekat dari nadi yang ada di leherku. Masalahnya, aku sering kebentur sama hardware. Aku seperti ingin meluk Kamu, melihat Kamu, berdekat-dekat denganMu hingga bisa mencium wangi rambutMu (kalo Kamu punya). Aku nggak mau bikin Kamu marah--karena pasti sangat mengerikan--meski kadang aku suka protes, misalnya, sama keisenganMu bikin mahluk imut dan lucu semacam penguin yang hidup di tempat paling kejam sedunia. Atau leluconMu ketika Kamu bikin skenario dimana aku dipertemukan sama seseorang yang (hampir) jadi belahan nyawaku tapi nggak bisa gathuk karena Pacarnya bukan Kamu. Atau kebrutalanMu membuat dunia centang-perenang hanya dengan sekali hembusan nafasMu yang bikin ombak bergulung sebesar gunung dan kejar-kejaran dari laut ke daratan.

Iya, Han, aku ngerti. Kamu dan aku beda bahasa. Kamu selalu tau apa yang aku maksud sementara aku mesti nerjemahin segala peristiwa (yang aku yakin Kamu dalangnya) serta berusaha paham lewat isi kepalaku yang gak ada seupil-upilnya ini. Itu pun sering salah nangkep. Tapi aku berusaha keras untuk selalu percaya Kamu dan tujuanMu yang pasti mulia itu, apapun nanti yang bakal atau sudah terjadi.

Kamu tau nggak?
Sesepi-sepinya aku, nggak akan sekosong dan sedingin yang aku kira selama aku inget Kamu. Tapi entah kenapa, Kamu sering kuanggap sepi ketika aku dan sekelilingku lagi rame; sedang senang. Mungkin aku chicken, cuma lari ke Kamu waktu aku udah nggak bisa apa-apa. Tapi sungguh, aku hampir nggak pernah minta, kan? Kamu inget to, kalo aku wadul ke Kamu itu cuma murni sambat atau absen tunjuk tangan lalu mbengok 'Hadir!', bukan nyuwun. Wong Kamu juga udah kasih semuanya tanpa aku harus nyenyuwun kok. Aku kan takut bikin Kamu bete.

Aku tuh nggak ekspresif dalam mengungkapkan cinta, Han. Apalagi ke Kamu. Jangan ngambek, ya. Aku selalu inget Kamu kok, lewat Icha, Ibu, Babab, kedua abang Phoenix-ku yang aneh-aneh, Yona, Emak, Maz Bek, Si Maz dan Mbak, Budhe-Pakdheku, Simbah-simbahku, Wita, Ooz, Ibu Kos, Maz Lantip, Casper, si dia-yang-namanya-tidak-boleh-disebut, bahkan dari (mantan) pacar virtualku sekalipun. Juga lewat hujan bulan Juni yang pagi-pagi kusapa setelah lelah insom sepanjang malam. Atau teriknya matahari pukul delapan saat mataku peka cahaya. Semuanya ajaib, semuanya indah, meski dengan cara mereka sendiri.

Han...
Aku jadi inget omongan temenku yang mengaku nggak takut sama Kamu. "Aku cuma takut ketika aku 'lewat' ternyata Kamu nggak ada," katanya. Dan aku jadi inget ucapan salah satu orang yang amat Kamu sayang di ujung wafatnya, tentang (sedikit) keringanan atas sakitnya proses bertemu Kamu: Terlepasnya 'isi' dari 'bungkus'. Dan sekarang aku mau nyenyuwun. Jika sakit itu begitu berat, tinggikan ambang batas ketahananku dalam merasakan sakit itu. Aku nggak mau termehe-mehe ketika ketemu Kamu. Aku nggak mau Kamu ngeliat aku dalam keadaan jelek menanggung sakit (yang pastinya berkali-kali lebih jelek dari sekedar nahan e'ek).

Makasih ya, Han, untuk semua kebaikan dan kemudahan yang secara dangkal kusebut keberuntungan. Sampai ketemu nanti, ketika aku umur 30. Mudah-mudahan.


Luv. More.
-pit-

Which is it, of the favours of your Lord, that ye deny?
Lord of the two Easts, and Lord of the two Wests!
Which is it, of the favours of your Lord, that ye deny?

Ar-Rahman, 55 : 16-18

Comments

  1. This is probably the best post you've ever written..

    *speechless*

    ReplyDelete
  2. Anonymous7:33 PM

    bunder tur dowo tenan ... :(

    ReplyDelete
  3. OmBu:
    Aw... C'mon! I was jez having a lil insane talk w/ my Supervisor!
    Haha!

    Lutpi:
    Trus napa?!
    *nantang*

    ReplyDelete
  4. Anonymous11:38 PM

    pengakuan yang menarik dan pito buanget.... :)

    ReplyDelete
  5. dalem amat yaK|!!!


    hey Han!

    si pit tuh pingin ketemu ente di umur 30 taon...jgn lupa ye Han ketemu sama doi....

    luv,

    kepiting

    ReplyDelete
  6. Dia selalu tanpa kondisi apapun, kalau mau-nya Dia sekarang ya sekarang jangankan merapikan dasi berkedip saja kita nggak bakalan sempat. :P

    ReplyDelete
  7. My Phoenix Brotha #2:
    Thx (=

    Kepiting:
    Halah! Ntar kalo gwa ketemu Dia pas 30, gwa kasi tau kalo lo kangen Dia jugak. Bwek!

    Om Babi:
    Hu uh. Dia itu emang maunya serba instan yah. Kek anak-anak jaman sekarang ajah. Xixi...

    ReplyDelete

Post a Comment

Wanna lash The Bitch?

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Story of Women