Thus Said mPit

Di dunia yang penuh kesengsaraan dan kematian, kau memalingkan wajah-jutaan kali-seperti yang dilakukan jutaan mortal tiap malam.

-Akasha to Lestat in
Queen of the Damned (Indonesian translation), p.417.


(... dan itulah yang saya lakukan ketika terdampar di Necropolis da Bastard ini...)

Diantara buku-buku fiksi (nggak) ilmiah, selain Fay Weldon (yang emang fiksi abis dan superultra feminist), mungkin ini buku paling feminis diantara novel fiksi lainnya. Salut deh saya sama Nenek Anne Si Beras yang bisa bikin cerita segini keren.

Katanya sih, dulu itu sebelum era masuknya agama-agama wahyu, para pagan menganggap kekuasaan tertinggi di alam adalah dewi, perempuan. Mungkin alasan utamanya adalah peran utama perempuan yang merawat, mengasuh, menjadi 'Madrasah Pertama bagi anak-anaknya', menjadi sumber kehidupan bagi jiwa-jiwa muda yang baru lahir, penjaga 'benteng pertahanan' ketika suami pergi berburu di zaman purba, something like that lah. Tapi dewi-dewi ini nggak menutup diri dari para pendampingnya, dewa-dewa, dan mereka mengatur secara setara. Indah lah pokoknya. Bener-bener kesetaraan.

Andai dunia bisa seperti itu sekarang...

Di buku ini, The Queen of The Damned punya mimpi untuk menjadikan dunia yang dikuasai perempuan. New World Order dengan rasa feminin. Menurutnya, sifat kekerasan muncul dari laki-laki. Pemerkosaan, agresi, penaklukan, kejahatan, itu semua produk dari budaya dan kebiasaan lelaki. Maka dia menghabisi hampir semua laki-laki yang dia temui dan menyisakan segelintir dari mereka dengan tujuan keberlangsungan hidup dan rekreasi bagi perempuan.

Tapi saya bangga menjadi perempuan. Dan, saya tegaskan sekali lagi, dengan segala kekuatan dan kemampuan perempuan untuk bisa berdiri dan jadi diri sendiri, saya menganggap laki-laki tidak lebih dari dildo dengan biaya maintenance tinggi. No offense, lelaki. Saya tetap jadi penikmat nomer satu atas tubuh kalian yang liat, berkeringat, macho, menguarkan feromon berdayapancar tinggi yang sanggup membuat saya mengawang dan membayangkan yang iya-iya, tapi kalian tetap tertatih-tatih ketika bicara dengan saya.

(=

Comments

  1. Anonymous8:32 AM

    Mpitki, kalo suka banget ama bukunya, ntar aku cariin lagi deh. Tapi yang ini balikin ya. hihihihihi

    ReplyDelete
  2. Anonymous10:48 PM

    aihhh berattt... bukunya...
    gimana caranya sih biar jadi demen baca2? ajarin dumz... khan jadi ada temen untuk baca buku nya...:D

    ReplyDelete
  3. Anonymous9:31 AM

    mekso ...

    ReplyDelete
  4. Mamih:
    Halah! Ndak, ndak. Kalu mo bliin yg Abarat aja, 2-2nya, tapi persi basa linggis! xixi *nglunjak*

    Om Urang:
    Lha? Itu buku mah berat bentuknya doank. Kalo berat isi mah Qur'an tuh.. berat. Gabole dibawa eek pulak!

    Maz Bek:
    Halah!

    Anonim:
    Makasih... ini lagi dengerin

    (=

    ReplyDelete

Post a Comment

Wanna lash The Bitch?

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Story of Women