A Damned, Filthy, Lucky Bitch

... dan semua dijadikanNya indah pada waktunya...

Belakangan ini saya baru sadar betapa dada saya sesak dengan perasaan melimpah-ruah yang datang bergemuruh layaknya tsunami. Saya jadi nggak punya keinginan apapun karena semua sudah terpenuhi, bahkan hampir berlebih. Saat saya perlu ponsel, saya bisa dapatkan amat mudahnya dengan harga 'teman'. Ketika saya ambruk, saya disemangati orang yang tidak dikenal. Waktu saya meragu, saya dikuatkan dengan opini-opini tersembunyi yang bahkan saya tidak tau itu ada. Hingga ke detail terkecil--ketika saya perlu sarana pelepas karat otak, tiba-tiba mesin tik kelurahan ini--yang saya sebut dengan panggilan sayang: Si Dino(saurus saking berat dan kunonya)--selalu nongkrong 24/7 di kamar kos saya. Dan ketika dia ngadat pun saya bisa dengan gampang membetulkannya ke seseorang, free of charge, meski makan waktu dari jam 20.30 hingga pukul enam pagi berbonus cumi goreng mentega.

Kemudian ketika saya perlu pengalih perhatian dari luka dalam bernanah kronis yang susah sembuh, saya malah diberi dua. Baik-baik, ganteng-ganteng, dan tidak saling mengenal. Ketika saya krisis eksistensi, selalu ada manusia sesat yang perlu pencerahan nyleneh dan membuat saya merasa dibutuhkan. Saat saya sekarat, selalu ada seseorang yang merelakan energinya terlepas agar saya kembali hidup. Meskipun hanya lewat suara selama hampir empat jam. Dan saya selalu menyaksikan momen-momen spesial dari semuanya, dimana hanya saya, dia, dan Tuhan yang tau.

Rasanya kok nggak adil bagi orang-orang diluar lingkaran saya. Mereka jumpalitan berusaha meraih setitik dari apa yang dihadirkan mak bedunduk ujug-ujug glodak ke depan muka saya. Everything has its price. Saya takut jika suatu hari nanti semua itu terenggut dan saya tidak bisa apa-apa karena daya survival saya menumpul.

Menurut salah satu malaikat tanpa sayap yang sekarang tinggal di Jogja sana, saya sedang menuai hasil dari apa yang saya perjuangkan di masa lalu. Padahal dulu pun saya telah banyak diberi kemudahan. Rasanya orang-orang di sekeliling saya berhak marah, iri, benci, dan memusuhi saya karena keberuntungan mereka saya sedot habis-habisan.

Mungkin saat ini spotlight sedang berada tepat di muka saya dan penonton menunggu saya melakukan kesalahan konyol.

Sudah lah. Nikmati saja (=


ps: makasih ya, Han. Saya tau Kamu sayang saya, memperhatikan saya, dan selalu dekat bahkan dari nadi leher saya sendiri. Tapi jangan lama-lama. Kamu tau saya demam panggung.

Comments

  1. Anonymous6:53 PM

    wes adus ?

    ReplyDelete
  2. Anonymous8:14 AM

    nikmati, nduk. ayo ndang diombe obate :p

    ReplyDelete
  3. berarti harus siap jika mak bedunduk mak jegagig semua yang menginthilimu pada kabur semua :D **hi, salaman**

    ReplyDelete
  4. Anonymous7:58 PM

    h1 …

    sy mAS1H 4b6h

    54Lm k3n4l Y !!!

    pl5 tln6 y4

    J4riN b6Mn4 cr bkn Bl6 ?

    nNt1 5y KSh b0n5 ML DH

    !

    ReplyDelete
  5. Maz bek:
    Lupa.

    Simbok V(agina? =P):
    Injih, Mbok...
    *nguntal obat*

    Maz Iway:
    Ya jlaz to maz!

    Maz Bek lagi:
    Bwek!

    ReplyDelete

Post a Comment

Wanna lash The Bitch?

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Belahan Dada, Anyone?