One Simple Pray

By -

Now I lay me down to sleep,
I pray the Lord my soul to keep;
If I die before I wake,
I pray the Lord to avenge my enemies without mercy.

Amen.

Rock on, God!

Comments

  1. sinyo10:34 AM

    mbak...
    katanya temenku...
    bales dendam gak menyelesaikan apapun...
    kataku... nggak tau...
    aku terlalu malas buat bahkan cuma memikirkan [balas] dendam...

    ReplyDelete
  2. Anonymous6:20 PM

    Seems I've heard this prayer somewhere sometime...

    Who's the angel in d pic anw?
    forgot d name

    ReplyDelete
  3. The Bitch6:54 PM

    @sinyo
    aku lho gak dendam2am juga. wong udah ada Tuhan. beliau kan ga pernah sare. meskipun kadang sok ngantukan. hehe.

    @Mbak Eka
    It's modified from 18th century classic children's prayer that is still use up to now. well, at least a nun from Scotland said that to me when i was in university ((= i've found a lot of versions from this prayer in Wikipedia.

    oh, the picture, it's Michael the Archangel who once succeeded in trampling Satan in one great battle between good and evil. his figure is 'worshiped' in many churches and cathedrals in Europe.

    don't get me wrong. i aint that smart. i read Wikipedia a lot

    hi there!

    (=

    ReplyDelete
  4. Anonymous4:19 PM

    Heeem...
    If I die before I wake,
    I pray the Lord to avenge my enemies without mercy.
    -----
    I do remember now, that last sentence I heard it in Smallville TV series shouted by Lex Luthor :)

    heeey... wiki fanz huh ? ;)

    ReplyDelete
  5. Anonymous4:20 PM

    Btw..
    please call me EKA
    omit the "mbak"

    yaiikz I sound very old :D hahhahahaha

    ReplyDelete
  6. The Bitch4:22 PM

    noted, Kak Eka. teuteup. hihihi =P
    now, do i sound like cewek2 SPG Giordano?!
    *winks*

    ReplyDelete

Post a Comment

Wanna lash The Bitch?

Popular posts from this blog

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

By -
Ini cerita tentang kejadian dua hari lalu. Maaf, bukan cerita jorok seperti judulnya. Malah kebalikannya. Jadi begini… Saat itu siang gerah di pojokan Jakarta dan sayangnya saya harus keluar kamar menyelusur aspal demi menyambung napas ketemu klien--satu hal yang paling dihindari mahluk nokturnal berkaki dua seperti saya. Beberapa mbak-mbak dan siswi SMU yang semuanya berjilbab menaruh pantat di sebelah saya pada jok Metromini 72, di deretan kursi paling belakang. Mereka lumayan berisik, cicit-cuwit cekikikan nggak penting, menafikan kemacetan lengas yang meresap masuk dari celah jendela dan pintu terbuka. Lalu seorang penjual stiker melompat naik, membagikan dagangan yang dia sebut "murah meriah", yaitu dua lembar kalimah suci tentang nama dan kebesaran Tuhan. Tak lama kemudian bis terguncang-guncang memasuki mulut terminal yang aspalnya berantakan kayak muka saya. Penjual stiker yang selesai memunguti kembali dagangannya dari para penumpang berdiri di depan saya. Bib...
Read more

BBM Terkutuk!

By -
Bukan latah ikut-ikutan, tapi gara-gara demo BBM ini gwa sempet clash sama seseorang. Ceritanya begini: Jumat siang, 30 September, dan duit sama sekali gak ada. ATM udah gak bisa diharapkan lagi. Sebulan lalu diblokir gara-gara otak yang kapasitasnya cuma 2 kb ini lupa PIN. Lagian mending ga ada kartu ATM sih. Gak boros dan gak asal narik tiap kali perlu (gwa kan gak tahan godaan =P) Karena males jalan panas-panas sendirian, jadilah si teman ini gwa ajak barengan ke bank sebelah kantor pos dekat Bunderan UGM. Mendekati Bunderan udah ada rame-rame. Beberapa polisi berjaga-jaga dekat kerumunan mahasiswa yang bawa-bawa TOA dan berorasi. Si teman yang emang kritis abis itu langsung bernada tinggi ngomentarin kejadian yang ada di depan mata. Gwa sih cengar-cengir aja dan mencoba bikin dia cooling down. Males panas-panas begini buang energi, buang abab serta spanneng. Nyampe di bank kita ngadem sebentar. Menurut gwa sih ACnya lumayan bikin kepala dan hati jadi dingin. Sekeluarnya, dia ajak g...
Read more

20190117 - The Soulcatcher

By -
Image
Tayang dengan persetujuan. Coincidence is a myth. We're meant to meet anyone who crossed our path. Some left as friends, lovers, and even soulmates; some left us a lesson. Namanya Vembri , tinggalnya jauh (dan mahal) di Papua sana. Saya mengenalnya karena teman hidupnya adalah juga teman saya seangkatan di kampus AMDG. Waktu saya ke Jakarta kemarin, kami sempat bertemu. Dia ke Jakarta karena urusan popotoan. Namanya masuk menjadi salah satu penerima hibah dari Panna Foto Institute . Sebenarnya saya hanya kurir. Saya membawakan majalah Natgeo Indonesia titipan istrinya, Pipin, edisi khusus Januari tentang obat-obatan karena tulisan dan foto Vembri terbit di sana. Tapi karena saya orangnya ogah rugi, ya sekalian saja saya aku-aku teman. Vembri adalah salah satu dari berderet-deret fotografer yang saya kenal di Jakarta, Jogja, dan Bali. Lingkaran kami yang bersinggungan akhirnya membuat kami ngobrol di WhatsApp. Dan seperti semua kejadian "serba kebetulan" lai...
Read more