Freedom of Speech, Anyone?
Saya akui mulut saya sampah. Pikiran saya sedekil brutu babon baru turun petarangan setelah tuntas mengeram berhari-hari lalu berhajat. Jari saya nggak kapok mengetikkan tai. Telinga saya nggak berhenti mendengar suara setan. Namun semua saya lakukan di rumah saya sendiri. Dan apapun yang saya tanggung karenanya, saya terima dengan kepala tegak. Bales, kalo perlu.
Tapi saya risih mendengar orang terlalu sering mengeluh. Bagi saya, you are what you choose and I respect you ONLY if you live the consequences without nagging like a fucked-up, retarded baby. Saya lebih menghargai mereka yang jatuh-bangun dan babak bundas sendirian ketimbang mereka yang ribut mengaduh hanya karena lecet selarik. Seperti beberapa teman yang saya blok dari Facebook hanya karena saya gatal membaca update status tentang sakit maag, patah hati, pacar yang pergi, dan kaki terkilir karena nekat ber-high heel.
Namun ketika mengeluh mempertanyakan hak bahkan tanpa menggugat membuatmu masuk penjara... saya ada di belakangmu sepenuhnya. Meskipun saya tidak berkuasa mengeluarkanmu dari penjara, saya akan berdoa dengan satu doa sederhana jika semua usaha membentur dinding.
Seperti Wiji Tukul dalam sajak-sajak lantangnya. Hanya ada satu kata: LAWAN!!!
SPREAD THE WORD, PEOPLE. CLICK THE BANNER AND POST IT IN YOUR SITE.
WE. HAVE. TO. GET. THIS. THING. RIGHT!
... so help us, God...
udah bebas bukan mbak?
ReplyDeletetahanan kota sih...
curhat ae bisa dipenjara...
tetep. bu prita gag berhak bahkan cuma untuk tahanan kota. dia nggak salah.
ReplyDeletemakanya, kalo sampe UU ITE itu diresmiin, kamu bakal beneran masuk penjara gara2 cuma curhat di blog.
mau?
katanya UU ITE untuk membela konsumen macam ibu prita ini,
ReplyDeletekok malah menjebloskan ke hotel.....