Manusia-manusia Maya

Gwa anak pertama, tapi punya abang dan mbak dimana-mana. Ortu gwa Portugal, Ibu dari Purworejo dan Bapak asli Tegal. Tapi gwa punya kakak orang Batak, Surabaya, Aceh, Madura, Bandung, Jakarta, Semarang, Bali, dll. Mereka ada yang tinggal di Belanda, Oz, Amrik, dan Jepang. Keren kan!

Mereka adalah 'kakak'. Beberapa gwa kenal dalam hitungan tahun meski gak pernah ketemu muka. Aneh? Nggak. Gwa berinteraksi dengan orang-orang itu di dunia maya dan menjadi dekat ketika pada suatu waktu otak kami memancarkan gelombang yang sama meski berjarak ratusan kilometer: kebutuhan untuk ditemani. And... Voila! There we were, dua mahluk virtual yang dipersatukan dalam obrolan panjang tentang binatang peliharaan, gagasan, politik, budaya, hubungan, pekerjaan, orangtua dan... kesepian.

Manusia adalah homo populis, mahluk yang berkumpul. Gak ada seorang pun yang sanggup hidup sendiri tanpa orang lain. Sekaya apapun, meski berharta dan punya duit setinggi gunung, lo tetep perlu orang lain untuk temen ngobrol, berbagi tawa dan cerita. Or just to be listened to.

Gara-gara susah tidur, gwa sering begadang di warnet. Kalo udah bosen jalan-jalan dari situs-situs menarik terpilih, gwa buka software chatting dan online ampe pagi. Dan berjam-jam yang gwa habiskan di depan monitor sampe bikin mata gwa perih itu menghasilkan orang-orang baru yang tadinya hanya berupa teks ketikan real-time yang saling jawab-menjawab ketika kita tatap muka. Atau kopdar gembira, menurut istilah gwa. Beberapa menjauh demi ngeliat gwa, perempuan gendut, item, dan merokok yang--menurut sebagian orang tapi tidak menurut gwa sendiri--mirip demit. Tapi lebih banyak yang tinggal dan berteman sampai sekarang. Well, I'm an angel in disguise. To hell with you if you don't see some divine qualities underneath the skin; it's totally your damn lost. Hanya orang yang berhati jernih yang bisa liat ketulusan gwa. Anjrittttt!!! Piwwwwit! *pletak!*

I've never took those 'internet people' seriously, kecuali kalo kita ngomongin masalah prinsip. Sometimes we were just two nicks, both babbling about political conditions nowadays. Kadang kita juga ngomong masalah agama dan debat-debat wagu atau gojek kere dan mentertawakan para penggede negara dengan bebas. Sering diskusi itu berlanjut berkali-kali, dalam waktu yang berbeda, lalu beralih ke media telepon karena chatting udah gak memungkinkan untuk adu urat atau berbagi emosi, jarang yang hanya sekali. Sakit hati karena omongan mereka? Pernah. Tapi untuk apa diterusin sampe mempengaruhi orang-orang sekitar yang melihat jelas perubahan ekspresi muka dan cemberutan tanpa akhir? Kalo udah capek ngetik dan ga bisa dibilangin lagi, mending tutup itu window chatting atau ignore. Beres. Kalo ada jodoh dan besok ketemu lagi, mudah-mudahan mood-nya udah beda dan obrolan lancar lagi as usual.

Gwa bukan orang yang hanya hidup di dunia maya. I have my own, real, earthly life, berinteraksi dengan manusia lain yang memiliki wajah dan bukan hanya nick, yang kalo ngobrol bisa langsung tanpa perlu software atau koneksi internet. So, why bother?


[Untuk seseorang yang datang berkunjung ke kota saya. Welcome! Mudah-mudahan meninggalkan kesan baik dan ngangenin...]

Comments

  1. Anonymous12:24 PM

    headless friends but brainy ones. gitu aku bilang temen-temen mayaku. headless krn ngga pernah ketemu. temen-temen yang juga terkena proses seleksi alam, kadang karena pedangku, kadang karena pedang mereka. anyway, those who stay are very much cherished. dengan segala guyonan ngga penting dan omongan ngawur tapi seringkali membangun jiwa, i learn soooooo many things. *waving to my friends* been enjoying reading your posts pito, salam kenal ;)

    ReplyDelete
  2. Anonymous12:52 PM

    tata cara dan tata laksana untuk jadi kakak yang baik dan benar itu apa saja seh ?

    qkqkqkq...

    ReplyDelete
  3. Anonymous4:37 AM

    tadinya mo koment tapi ga jadi...
    jadi anggap aja tulisan ini spam.

    ReplyDelete
  4. Yeeeeee!!! Mbokdeee mbokdeee, aku tlah tidak ingat wujudmu tapi mengapa dikau mengerti aku. Mungkin itulah juga maksudmu dengan entry ini yah. Daku jadi malu.

    Aku selalu melupakan nama teman-temanku (even when they are my foes) yang datang dan pergi. Mungkin begitu.

    ReplyDelete
  5. hummm...
    saya males kopdar-an, mbak...
    kecuali kalo samasama cewek...
    kalo cowok bisanya kok tibatiba ngelamar... (hueheh... baru beberapa kali ding)

    padahal saya juga gendut, item, tapi gak rokokan...

    pada 'buta' kali mereka...

    ReplyDelete

Post a Comment

Wanna lash The Bitch?

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Story of Women