Fa biayyi aala i Rabbikuma tukadzzibaan...

Itu kutipan dari surah Ar-Rahman. Ayat itu banyak diulang disana. Artinya; Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Meskipun banyak ngedumel ga penting dan ga jelas, gwa boleh unjuk gigi (yang emang gede-gede) sebagai orang yang cukup bersyukur. Walau banyak kekurangan, kelebihan gwa tertambal disana-sini.

Yang gwa ga abis menista adalah ketika ada orang yang diberi banyak tapi gak habis-habis menghujat dan ingkar. Hei, lo mau minta apalagi sih?

Orang yang nggak punya cenderung dipaksa untuk jadi kreatif dan memanfaatkan apa yang ada di diri mereka agar bisa berdaya guna. Misalnya aja para carder dan pemakai Window. Tiga tahun yang lalu, seorang teman dari Louisiana terkaget-kaget ketika tau teman-temannya di Indonesia pada pake Window. "Kalian kaya-kaya ya, pada mampu beli semua," komentarnya. Kami yang disini (terutama gwa yang gatek ga ketulungan) malah bengong. Karena setau gwa software itu didownload atau dikopi, bukan dibeli!

Abang gwa juga pernah cerita tentang teman jurnalisnya yang pengen tau gimana rasanya carding. Veni, vidi, visa: I come, I see, I buy. Transaction accepted. Shipping followed. In the process, ketauan kalo ordernya itu hasil frauding. Vendor dari USA komplen, ngirim email. Isinya: barang yang terlanjur dikirim harus dibalikin. Dengan tenang, si teman mbales;
"Saya frauding karena distribusi barang yang gak merata. What u gotta lose, anyway? Kamu bisa claim ke pihak asuransi dan dengan segera barang yang saya ambil udah terganti. Begitu juga si empunya kartu yang saya bajak. Pihak asuransi juga gak bakal kurang duitnya karena uang yang mengendap pada mereka udah diputar dan menghasilkan untung gak sedikit. Nasabah ga mungkin 'rush' dan mengajukan claim dalam waktu yang bersamaan, jadi mereka ga usah khawatir bangkrut. Mungkin ego kamu yang berasal dari negara adi kuasa gak terima karena dikibulin sama orang dari negara dunia ketiga. Iya kan?"
No reply. Barang dateng. Semua senang! Haha!

Ada cerita tentang seorang perempuan (yang menurut gwa amat-sangat-luar-biasa) beruntung. Anak tunggal seorang pejabat di Jakarta, ortu kaya raya, sekolah di luar negeri. Apapun yang dia minta tinggal tunjuk dan dia bisa dapet dengan gampangnya. Begitu kiranya yang gwa denger dari orang yang kenal dekat personally dengan cewek manis ini (sayangnya gak berkacamata, Don! *jitak Donceh*). Sayang, ketika gwa 'nyasar' ke site pribadinya, banyak sekali caci-maki pada hidup yang gwa baca disana. Mulai dari kurang kasih-sayang, uang berlebih yang gak dia perlukan, ga bisa mengekspresikan diri, terlalu banyak kekangan, sampe ke cowok-cowok yang hanya manfaatin dia sebagai sapi perahan. Banyak komentar dibawah entrinya, semua menunjukkan kata simpati dan ikut memaki ortu. Dan rasanya, semakin banyak simpati yang dia dapat, semakin pahit cercaan yang dia posting pada entri berikutnya.

Gwa memang gak sempurna. Tapi andai sepertujuhpuluh orang di dunia ini seperti gwa, kayaknya dunia bakal jadi lebih baik. Hanya saja gak semua harapan bisa jadi kenyataan, kan?

Comments

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Story of Women