Gwa dan Tuhan
I am not a religious person dan didikan dari kecil pun gak begitu concern masalah agama. Ibu bisa lancar baca Qur'an setelah gwa balita. Babab bahkan masih belajar sampe sekarang. Kakek dari Ibu pemeluk Pantekosta sementara Nenek Islam Abangan. Dari Babab--meski sama-sama abangan--Alhamdulillah simbah-simbah gwa meninggal dalam keadaan baik, Wallahu'alam.
But I believe in God tanpa fanatik. Buat gwa, Tuhan dan peribadatannya itu a very intimate business. Terserah lo mo nyembah Tuhan siapa, gwa gak peduli. Itu murni 'persetubuhan' lo pribadi denganNya. Asal gak paksain orang lain menyembah dan beribadah sesuai dengan kepercayaan lo, gak masalah buat gwa.
Kadang perihal ibadah jadi hal yang amat sangat intimnya sampe orang lain gak boleh tau. Makanya, kalo temen-temen kos tiba-tiba liat gwa wudhu setelah sekian lama gak keliatan basuh-basuh, mereka heran dan bilang, "Tumben...." Padahal--walopun sering bolong solat--gwa masih perlu Dia.
Gwa pernah ngetes diri sendiri. Jujur aja, waktu itu gwa lagi jadi homo rasionalis--bahwa semua kejadian di dunia ini adalah peristiwa yang diatur alam dan masuk akal, sementara Tuhan hanya satu istilah untuk menyebut cara kerja alam semesta. Gwa menisbikan Tuhan dan hanya mengandalkan pertimbangan akal. Hasilnya? Kemrungsung dan muring-muring gak karuan yang berkepanjangan. Gak tau kenapa.
Gwa sempet mikir kalo Tuhan itu sebenernya hanya rekaan manusia, terlepas dari adanya kitab-kitab suci yang dibawa para nabi. Mereka perlu sesuatu yang lebih 'maha' dan abstrak untuk jadi pegangan ketika yang mereka harapkan gak sesuai dengan kenyataan. In other words; when things fucked-up, you still got something to blame dengan alasan, "Semua terjadi karena kehendak Tuhan." Bah!
Pernah denger kalimat, "Manusia berusaha, Tuhan yang menentukan"? Bullshit! Apologi basi! Itu cuma cara kita melarikan diri dan meminimalisasi kesakitan dan kedongkolan ketika apa yang udah direncanakan gak berjalan semestinya. Manusia berusaha, manusia menentukan. Bukan gwa mau ngecilin artiNya, tapi kita udah dikasih pilihan dan dengan kesadaran dan pertimbangan yang kita bikin maka keputusan itu yang bakal menentukan hasil akhir. Memang ada faktor X yang sama sekali diluar perhitungan. Dan mungkin--just maybe--campur tangan dan kuasaNya bermain disini. Tetep, gwa gak suka melarikan diri.
Dia emang Maha: Maha Keren, Lucu, Jayus, Kuasa, Pengasih, tapi bukan kejam. Ada masa dimana gwa menghujat dan mengumpat. Tapi itu sebelum gwa sadar (aih!). Tapi gwa juga gak bisa membusungkan dada dan bilang ke seluruh dunia kalo sekarang gwa udah mantep. Mungkin umpatan itu masih bersisa tanpa gwa sadar, walaupun sebiji sawi dan voiceless. Toh gwa juga masih manusia. Shit! Alasan dung dung pret itu lagi! Taek la! Haha! *dezigh!*
But I believe in God tanpa fanatik. Buat gwa, Tuhan dan peribadatannya itu a very intimate business. Terserah lo mo nyembah Tuhan siapa, gwa gak peduli. Itu murni 'persetubuhan' lo pribadi denganNya. Asal gak paksain orang lain menyembah dan beribadah sesuai dengan kepercayaan lo, gak masalah buat gwa.
Kadang perihal ibadah jadi hal yang amat sangat intimnya sampe orang lain gak boleh tau. Makanya, kalo temen-temen kos tiba-tiba liat gwa wudhu setelah sekian lama gak keliatan basuh-basuh, mereka heran dan bilang, "Tumben...." Padahal--walopun sering bolong solat--gwa masih perlu Dia.
Gwa pernah ngetes diri sendiri. Jujur aja, waktu itu gwa lagi jadi homo rasionalis--bahwa semua kejadian di dunia ini adalah peristiwa yang diatur alam dan masuk akal, sementara Tuhan hanya satu istilah untuk menyebut cara kerja alam semesta. Gwa menisbikan Tuhan dan hanya mengandalkan pertimbangan akal. Hasilnya? Kemrungsung dan muring-muring gak karuan yang berkepanjangan. Gak tau kenapa.
Gwa sempet mikir kalo Tuhan itu sebenernya hanya rekaan manusia, terlepas dari adanya kitab-kitab suci yang dibawa para nabi. Mereka perlu sesuatu yang lebih 'maha' dan abstrak untuk jadi pegangan ketika yang mereka harapkan gak sesuai dengan kenyataan. In other words; when things fucked-up, you still got something to blame dengan alasan, "Semua terjadi karena kehendak Tuhan." Bah!
Pernah denger kalimat, "Manusia berusaha, Tuhan yang menentukan"? Bullshit! Apologi basi! Itu cuma cara kita melarikan diri dan meminimalisasi kesakitan dan kedongkolan ketika apa yang udah direncanakan gak berjalan semestinya. Manusia berusaha, manusia menentukan. Bukan gwa mau ngecilin artiNya, tapi kita udah dikasih pilihan dan dengan kesadaran dan pertimbangan yang kita bikin maka keputusan itu yang bakal menentukan hasil akhir. Memang ada faktor X yang sama sekali diluar perhitungan. Dan mungkin--just maybe--campur tangan dan kuasaNya bermain disini. Tetep, gwa gak suka melarikan diri.
Dia emang Maha: Maha Keren, Lucu, Jayus, Kuasa, Pengasih, tapi bukan kejam. Ada masa dimana gwa menghujat dan mengumpat. Tapi itu sebelum gwa sadar (aih!). Tapi gwa juga gak bisa membusungkan dada dan bilang ke seluruh dunia kalo sekarang gwa udah mantep. Mungkin umpatan itu masih bersisa tanpa gwa sadar, walaupun sebiji sawi dan voiceless. Toh gwa juga masih manusia. Shit! Alasan dung dung pret itu lagi! Taek la! Haha! *dezigh!*
Oalah nduk, nduk :D
ReplyDelete*tepok pantat pito*
kok banyak yang nye-pam yak??
ReplyDeleteberarti blogmu sudah terkenal Pit, selamat ya...