Ode Buat Jo

Jo,

Gue masih di pabrik, ngadep kerjaan seblejek butek yang rasanya nggak pernah selesai. Nahan kuping denger omelan mandor kita itu yang lidahnya lebih tajam dari samurai. Mencibir mandor satunya yang selalu mencela lelaki penyuka lelaki sebangsanya (padahal kita tau topeng seperti apa yang dia kenakan).

Biasanya jam segini kita selalu pulang berdua, lo tungguin gue pake sepatu atau gue nungguin lo ambil air. Kita jalan berjingkat dengan suara sepelan mungkin, menghindari teriakan 'The Boss' supaya nggak dikasih kerjaan last minute. Biasanya kita cekakakan bareng lepas dari 'gerbang neraka', ngetawain semua yang terjadi seharian, cerita-cerita tentang harapan, ketakutan, kesedihan, dan perasaan kehilangan masing-masing. Kita nggak pernah punya tempat romantis, selalu di pinggir jalan, nunggu angkot atau makan mi rasa vetsin di warung tenda.

Padahal lo baru pergi beberapa minggu, tapi gue kehilangan. Rasanya nggak ada alasan pulang karena nggak ada keharusan untuk itu. Nggak ada jalan berdua lagi, diliatin tukang ojek karena kita amat sangat bertolak belakangnya. Nggak ada Swiss Miss yang gue sesap habis atau roti-roti lucu yang kita nikmati di beranda.

Gue kangen. Dan ini menyesakkan. Gue cuma bisa nunggu karena nggak ada modal buat nyusul. Gue bakal seneng ketemu lo lagi, cekikikan lagi, cerita-cerita lagi dan norak-norakan di PIM lagi sementara lo dengan cool-nya ada di sebelah gue.

Tapi gue lebih bahagia kalo tau lo bakal baik-baik saja di ujung dunia manapun. Gue pengen ngalamin masa dimana suatu hari nanti lo beranak-pinak. Kita buktikan sumpah gue, manjur nggak lu gue kutuk beranak selusin.

ps: I'm listening U2, Miracle Drug. Fuck!

Comments

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Story of Women