The Cosmopolitans

Lelaki itu baru saja mengejang kaku dan melenguh panjang bagai meregang nyawa di atas tubuhku, lalu layu. Untuk ketiga kalinya. Dinginnya AC tidak mampu mengeringkan peluh dari tubuh telanjang kami yang menyatu di atas seprai berantakan penutup spring bed berukuran raksasa. Kupeluk dan kuraba kumpulan otot liat pada punggungnya dan kubelai ikal rambut di kepalanya yang rebah di bahuku. Nafasnya memburu, terasa panas dan liar di leher. Kedua ujung bibirku menaik sinis. Hanya selintas, sementara mataku menatap nyalang pada langit-langit putih kamar hotel berbintang yang kami tempati dari dua jam lalu.

"Terima kasih, Sayang. That was great," bisiknya sambil memain-mainkan cuping telingaku dengan bibirnya yang hangat dan basah.

Mau tau terusannya? Klik disini. Gwa pindahin! Hehehe...

Comments

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Story of Women