Tuhan, Anyone?
Pada segulung asap nikotin dinihari, For the Love of God terasa ngelangut menggayuti langit-langit dunia kotak tempat melepas kepenatan dalam rongga kepala melayang bersama aroma primitif Kopi Aceh seduhan. Saya sedang mendengarkan versi live-nya bersama satu grup orkestra. Lengkap dengan denting piano dan harpa, gesekan biola, tiupan oboe, seruling dan saksofon serta cabikan gitar mendominasi. Tanpa polesan dan dia bermain indah, berkali-kali, karena hanya satu track itu saja yang saya niat dengarkan. Talenta luarbiasa, Steve Vai itu. Dia mampu mewujudkan ratap tangis rindu, harapan, dan cinta pada Sang Maha meski tak terlihat. Sebagaimana Cryin'-nya Kang Satriani mampu membobolkan kelenjar airmata saya karena rintihan lirisnya (okay, I'm a melancholic bitch when it comes to a good-looking guy who plays guitar like he's performing the art of making love, so fuckin' what?!), maka saya layaknya berdzikir bersama jemari Om Steve yang menari di atas fret dengan sempurna.
Dan saya teringat Tuhan yang tadi sore diperdebatkan Jin Hitam Laknat ini bersama seorang mbak-mbak manis dan saleh. Pada semua kitab suci, generalisasi Tuhan adalah Maha Segalanya, termasuk Maha Baik. Namun, jika Dia memang Maha, sebutkan seluruh kata sifat yang ada pada semua kamus bahasa di jagad raya, lengkap beserta antonimnya, dan itulah Dia. Termasuk Maha Iseng, Maha Perusak, Maha Rese, Maha Jayus, Maha Ngebetein, Maha Jahat, Maha Sombong, Maha Wagu, dan sebagainya. Dia tidak bisa dinalar oleh otak manusia. Jika memang Dia yang menciptakan semesta beserta seluruh isinya, buat apa Dia menghantamnya dengan Tsunami atau gempa bumi? Jika Dia Maha Adil, mengapa Dia jaga koruptor hingga mati tua dalam rumah peristirahatannya di Swiss dan Dia cabut nyawa seorang bapak muda yang baik, jujur dan ramah di pelintasan rel kereta? Mengapa orang-orang di Afrika selalu kelaparan jika Dia Maha Mencukupkan? Jika Dia Maha Pemberi Damai, mengapa masih banyak perang terjadi di dunia? Mengapa Dia beri leukemia yang luarbiasa menyakitkan fisik dan mental bagi sahabat saya yang berperangai bagai malaikat dan memiliki kesabaran tujuh samudera jika memang Dia Maha Pengasih dan Maha Penyayang? See? Nggak masuk logika kan?
Konon Lucifer, yang identik dengan deretan tiga angka enam seperti buntut pada nomer ponsel saya, adalah malaikat utama sekaligus panglima Tuhan yang jadi sombong dan ingin membuat kerajaannya lebih tinggi dari Tuhan. Dan Tuhan pun murka lalu Si Bintang Pagi itu pun dihukum. Dia mursal dan bersumpah akan menjatuhkan manusia untuk berpaling dari Sang Penghukum. Dengan tenang kemudian Tuhan mengorbankan 'anakNya' untuk menyelamatkan umat manusia dari perangkap Luci yang lebih jahanam daripada jebakan betmen, menanggung semua dosa yang terbuat oleh orang-orang khilaf.
Tapi ada sebuah kisah Parsi dimana Iblis sebenarnya adalah wujud cinta dan kesetiaan tiada akhir dari mahluk pada Khalik. Syahdan, ketika Pak Adam, manusia pertama, tercipta lalu menunjukkan kepintarannya menyebut nama-nama benda, Tuhan meminta seluruh alam semesta serta berjuta-juta malaikat dan jin, termasuk Iblis, untuk menyembahnya. Sejak saat itu manusia secara resmi disertifikasi sebagai mahluk dengan derajat tertinggi. Iblis menolak karena cintanya telah diprogram untuk tunduk patuh pada satu majikan dan itu adalah Tuhan. Nanti bakal syntax error kalau dipaksa. Setinggi-tinggi derajat Pak Adam, dia cuma ciptaan dari lempung dan nggak pantes disembah olehnya yang tercipta dari api. Gitu Si Iblis bilang. Ya Tuhan marah, dong! Berani-beraninya dia menolak perintah tertinggi (kok Tuhannya jadi kayak jendral perang ya?). Iblis nggak peduli karena memang itu tugasnya sebagai pecinta. Akhirnya karena Tuhan kesel, Iblis pun langsung mendapat SP 3 saat itu juga, yaitu dikeluarkan dari surga dan jadi penguasa neraka. Dan karena Tuhan Maha Asik, Iblis masih juga dikasih bonus menggoda manusia. Dia diwajibkan ngetes sampe dimana kekeukeuhan anak-cucu Pak Adam hasil persetubuhannya dengan Bu Hawa--yang notabene terbuat dari tulang rusuknya sendiri--terhadap Tuhan hingga kiamat nanti. Iblis pun berjanji akan mengemban kewajiban sebaik-baiknya demi Pencipta Tercinta, demi pembuktian bahwa kesetiaannya tanpa batas meskipun itu menihilkan arti pengabdiannya sebagai sosok pecinta sejati. Edun!
Saya nggak tau sudah berapa banyak tumpukan notes penuh berisi catatan dari malaikat sebelah kiri yang menggerutu karena saya telah mengetikkan entri ini. Mungkin dia akan meminta inventaris laptop made in surga karena kapalan di jarinya sudah mulai mengganggu dan akselerasi dosa saya berbanding terbalik dengan kecepatan stenonya yang melamban kelelahan. Sementara malaikat sebelah kanan saya yang obesitas karena nggak pernah kerja itu hanya ongkang-ongkang kaki, memutar-mutar buku tipisnya yang masih kosong menggunakan pensil sebagai poros sambil ngopi dan meledek koleganya yang kurus kering karena harus lembur setiap saya melek. Ridwan mungkin tidak akan pernah mengenal saya karena pintu yang dia jaga tidak akan pernah saya masuki, dan Izra'il menatap saya sebal dari kejauhan sambil mengetuk-ngetukkan jemari tangan kirinya dengan tidak sabar sementara tangan kanannya menopang dagu. Mungkin detik ini, di suatu tempat antah-berantah berbau pekat belerang bernama Neraka, Malik memerintahkan para kroco-kroconya untuk menyusun batu-batu pembatas melingkari merahnya api raksasa yang menjilat-jilat liar dan dipersiapkan untuk menyambut kedatangan saya. Terhimpit di antara Nietzche dan Adolf Hitler, berseberangan dengan Sartre, Musollini dan Karl Marx. Ah... teman-teman yang asik untuk main kartu sambil nge-jekdi. Setiap hari Minggu saya akan mengundang Marquis de Sade, Kaisar Nero, Leopold von Sacher-Masoch serta Mao Tse Tung yang tinggal di blok seberang. Tapi pasti saya bakal bete luarbiasa akibat obrolan yang terhenti karena mereka serempak menoleh ketika Marilyn Monroe melintas bergandengan tangan bersama Asia Carrera dan melambaikan tangan pada Jim Morisson.
Damn... ini malam Kopi Aceh terasa lebih pahit dari biasa.
Dan saya teringat Tuhan yang tadi sore diperdebatkan Jin Hitam Laknat ini bersama seorang mbak-mbak manis dan saleh. Pada semua kitab suci, generalisasi Tuhan adalah Maha Segalanya, termasuk Maha Baik. Namun, jika Dia memang Maha, sebutkan seluruh kata sifat yang ada pada semua kamus bahasa di jagad raya, lengkap beserta antonimnya, dan itulah Dia. Termasuk Maha Iseng, Maha Perusak, Maha Rese, Maha Jayus, Maha Ngebetein, Maha Jahat, Maha Sombong, Maha Wagu, dan sebagainya. Dia tidak bisa dinalar oleh otak manusia. Jika memang Dia yang menciptakan semesta beserta seluruh isinya, buat apa Dia menghantamnya dengan Tsunami atau gempa bumi? Jika Dia Maha Adil, mengapa Dia jaga koruptor hingga mati tua dalam rumah peristirahatannya di Swiss dan Dia cabut nyawa seorang bapak muda yang baik, jujur dan ramah di pelintasan rel kereta? Mengapa orang-orang di Afrika selalu kelaparan jika Dia Maha Mencukupkan? Jika Dia Maha Pemberi Damai, mengapa masih banyak perang terjadi di dunia? Mengapa Dia beri leukemia yang luarbiasa menyakitkan fisik dan mental bagi sahabat saya yang berperangai bagai malaikat dan memiliki kesabaran tujuh samudera jika memang Dia Maha Pengasih dan Maha Penyayang? See? Nggak masuk logika kan?
Konon Lucifer, yang identik dengan deretan tiga angka enam seperti buntut pada nomer ponsel saya, adalah malaikat utama sekaligus panglima Tuhan yang jadi sombong dan ingin membuat kerajaannya lebih tinggi dari Tuhan. Dan Tuhan pun murka lalu Si Bintang Pagi itu pun dihukum. Dia mursal dan bersumpah akan menjatuhkan manusia untuk berpaling dari Sang Penghukum. Dengan tenang kemudian Tuhan mengorbankan 'anakNya' untuk menyelamatkan umat manusia dari perangkap Luci yang lebih jahanam daripada jebakan betmen, menanggung semua dosa yang terbuat oleh orang-orang khilaf.
Tapi ada sebuah kisah Parsi dimana Iblis sebenarnya adalah wujud cinta dan kesetiaan tiada akhir dari mahluk pada Khalik. Syahdan, ketika Pak Adam, manusia pertama, tercipta lalu menunjukkan kepintarannya menyebut nama-nama benda, Tuhan meminta seluruh alam semesta serta berjuta-juta malaikat dan jin, termasuk Iblis, untuk menyembahnya. Sejak saat itu manusia secara resmi disertifikasi sebagai mahluk dengan derajat tertinggi. Iblis menolak karena cintanya telah diprogram untuk tunduk patuh pada satu majikan dan itu adalah Tuhan. Nanti bakal syntax error kalau dipaksa. Setinggi-tinggi derajat Pak Adam, dia cuma ciptaan dari lempung dan nggak pantes disembah olehnya yang tercipta dari api. Gitu Si Iblis bilang. Ya Tuhan marah, dong! Berani-beraninya dia menolak perintah tertinggi (kok Tuhannya jadi kayak jendral perang ya?). Iblis nggak peduli karena memang itu tugasnya sebagai pecinta. Akhirnya karena Tuhan kesel, Iblis pun langsung mendapat SP 3 saat itu juga, yaitu dikeluarkan dari surga dan jadi penguasa neraka. Dan karena Tuhan Maha Asik, Iblis masih juga dikasih bonus menggoda manusia. Dia diwajibkan ngetes sampe dimana kekeukeuhan anak-cucu Pak Adam hasil persetubuhannya dengan Bu Hawa--yang notabene terbuat dari tulang rusuknya sendiri--terhadap Tuhan hingga kiamat nanti. Iblis pun berjanji akan mengemban kewajiban sebaik-baiknya demi Pencipta Tercinta, demi pembuktian bahwa kesetiaannya tanpa batas meskipun itu menihilkan arti pengabdiannya sebagai sosok pecinta sejati. Edun!
Saya nggak tau sudah berapa banyak tumpukan notes penuh berisi catatan dari malaikat sebelah kiri yang menggerutu karena saya telah mengetikkan entri ini. Mungkin dia akan meminta inventaris laptop made in surga karena kapalan di jarinya sudah mulai mengganggu dan akselerasi dosa saya berbanding terbalik dengan kecepatan stenonya yang melamban kelelahan. Sementara malaikat sebelah kanan saya yang obesitas karena nggak pernah kerja itu hanya ongkang-ongkang kaki, memutar-mutar buku tipisnya yang masih kosong menggunakan pensil sebagai poros sambil ngopi dan meledek koleganya yang kurus kering karena harus lembur setiap saya melek. Ridwan mungkin tidak akan pernah mengenal saya karena pintu yang dia jaga tidak akan pernah saya masuki, dan Izra'il menatap saya sebal dari kejauhan sambil mengetuk-ngetukkan jemari tangan kirinya dengan tidak sabar sementara tangan kanannya menopang dagu. Mungkin detik ini, di suatu tempat antah-berantah berbau pekat belerang bernama Neraka, Malik memerintahkan para kroco-kroconya untuk menyusun batu-batu pembatas melingkari merahnya api raksasa yang menjilat-jilat liar dan dipersiapkan untuk menyambut kedatangan saya. Terhimpit di antara Nietzche dan Adolf Hitler, berseberangan dengan Sartre, Musollini dan Karl Marx. Ah... teman-teman yang asik untuk main kartu sambil nge-jekdi. Setiap hari Minggu saya akan mengundang Marquis de Sade, Kaisar Nero, Leopold von Sacher-Masoch serta Mao Tse Tung yang tinggal di blok seberang. Tapi pasti saya bakal bete luarbiasa akibat obrolan yang terhenti karena mereka serempak menoleh ketika Marilyn Monroe melintas bergandengan tangan bersama Asia Carrera dan melambaikan tangan pada Jim Morisson.
N O T H I N G
After a battle lasting many ages,
The Devil won,
And he said to God
(who had been his Maker):
"Lord,
We are about to witness the unmaking of Creation
By my hand.
I would not wish you
to think me cruel,
So I beg you, take three things
From this world before I destroy it.
Three things, and then the rest will be
wiped away."
God thought for a little time.
And at last He said:
"No, there is nothing."
The Devil was surprised.
"Not even you, Lord?" he said.
And God said:
"No. Not even me."
Clive Barker's Abarat: Days of Magic, Nights of War
Part One, page 9
After a battle lasting many ages,
The Devil won,
And he said to God
(who had been his Maker):
"Lord,
We are about to witness the unmaking of Creation
By my hand.
I would not wish you
to think me cruel,
So I beg you, take three things
From this world before I destroy it.
Three things, and then the rest will be
wiped away."
God thought for a little time.
And at last He said:
"No, there is nothing."
The Devil was surprised.
"Not even you, Lord?" he said.
And God said:
"No. Not even me."
Clive Barker's Abarat: Days of Magic, Nights of War
Part One, page 9
Damn... ini malam Kopi Aceh terasa lebih pahit dari biasa.
Comments
Post a Comment
Wanna lash The Bitch?