Lelaki Lelah di Ranjangku

... and I write to unleash...

Lelaki lelah di ranjangku mengeluh pegal minta dipijat. Tidak, kataku. Kamu bukan bapakku, karena aku pemijat eksklusif untuk keluargaku.

Lelaki lelah di ranjangku merangsek maju, memintaku bercerita tentang film, tentang mantan pacar, tentang malam dan tentang gelisah. Tidak, kataku. Kita sudah pernah membahasnya dan aku bukan multimedia player penurut tanpa pernah protes dimuati cakram DVD yang sama tiap hari.

Lelaki lelah di ranjangku rebah ke samping. “Jadikan aku dildo berkupingmu. Aku rela”. Tidak, kataku. Daging lebih yang menggelantung di sela pahamu adalah alat, membantumu mendapatkan dua penerus keturunan dari rahim seorang perempuan yang kau ikat dalam janji suci atas nama agama, negara, Tuhan.

Lelaki lelah di ranjangku hilang akal setelah tadi meloloskan jins dan membuatku menolak kekagetan di wajah sendiri. Lelaki lelah di ranjangku terbebat handuk putih yang kulempar ke muka, menutup pinggang hingga batas lutut. Memamerkan setelapaktangan tanda lahir berwarna gelap pada paha kiri di atas kulit merah kecoklatan. Dia, yang berlekuk serupa Adonis dan merasa merengkuh dunia pada kedua lengannya. Lelaki lelah di ranjangku yang kupuja (dengan arogansi setinggi puncak Everest) tanpa dia pernah tahu.

Lelaki lelah di ranjangku yang seharusnya berada di ranjang sendiri. Terhangatkan gelinjang liar pasangannya. Dan bukan dariku. Tidak pernah dariku.

Lelaki lelah di ranjangku tak kenal letih memamah baris demi baris terjejal pada pendar elektrik layar tiga belas inci, menggumamkan empat elemen pertiwi, menghalau kelamin yang sedang ereksi, alpa mengeja pori-pori (dan pada fase ini aku nyaris mati menahan diri).

Lelaki lelah di ranjangku, memanggul harapan berupa nama untuk bisa selalu bijak dan penyayang. Tapi apa lacur? Jika aliran darah hanya bisa terpusat ke satu titik sementara gravitasi bumi membuat semua mengalir dari yang tinggi ke rendah, bisakah kusalahkan kau yang lebih memilih hasrat bawah perut ketimbang berpikir dengan kepala dingin?

Lelaki lelah di ranjangku, adakah kau pikir melepas sperma adalah cara tercepat menggiring penat ke bibir jurang untuk jatuh tanpa suara ke lubang tanpa dasar?

Lelaki lelah di ranjangku teruji, hanya memiliki nyali sekulit ari. Ketika selangkang tak sempat mengangkang, diambilnya kunci, diseretnya kaki, lalu hilang di penghujung hari. Kembali ke pelukan anak-istri.

Lelaki lelah di ranjangku, pernahkah kau mengerti? Kau bawa serta sepenggal harap dengan rasa tak bernama. Membiarkan secuil hati koyak untuk kembali menjilati luka, sendiri. Sunyi.

Lelaki lelah di ranjangku, perempuan keberapa aku hingga kau perangkap begini? Benarkan ritual dini hari kau lakukan demi jiwa yang tanggal lapis demi lapis? Bukankah kau tak lagi berjiwa kecuali nafsu yang kau komando melalui perintah suara?

Terimakasih, lelaki lelah di ranjangku. Kamu membantuku mempertebal benteng sekokoh beringin yang selama ini angkuh tak terperi. Mungkin kita akan bertemu kembali. Namun tidak disini. Bukan saat ini.

Akhirnya aku mengakui bahwa Fay Weldon memang seorang nabi!

[Ini terapi, membasuh luka dengan melepas amarah. Maaf jika ada beberapa orang yang merasa dan tersinggung karenanya. Jangan khawatir. Ini fiksi. Tidak termasuk fotonya.]

Comments

  1. yeaah thanks atas penerimaan nya ke dalam sebuah club (yang entah apa)Bung Bitch... hehe..

    hanya gemar ber onani dengan pikiran-pikiran menuju klimaks, lalu menjadi tertarik.. karena bung pintar ber lakon..

    salam..

    ReplyDelete
  2. sepisan maneh ngakak guling.. ya Bung Bitch ? true story or not, rasanya kayak Ndengerin lagu Fals tahun 80 an hahaha

    ReplyDelete
  3. hmmm.. yeah i know (bedakan dengan mengerti)..

    dan sepertinya saya tidak memaparkan dengan gamblang kalu Bung Bitch adalah lelaki... :)

    ReplyDelete
  4. ahaha kau pun terganggu.. (sorry kalo harus tertawa-bukan berarti senang-)..

    yeaah kayanya definisi bitch nya lebih kena ke yang 3-4 d.. (ke sok tauan ini akan membahayakan) hehe..

    hmm so so... dibikin konsen aja yaa?? kenapa gitu??

    ReplyDelete
  5. makin menarik, bahasa komunikasi nya makin impilsif! hehe..

    kalo lo bertanya "how come??" yaaa gw ga tau, ketika gw nulis itu kan jemari gw yang ingin menulis, tapi bagian mana dari gw yang mengendalikan itu.. gw g tau, mungkin bisa lo tanya sendiri...

    hmmm mengenai metode nya, ganja, etc... gw memilih untuk tidak menggunakan metode yang itu.. cukup dengan alunan musik buah karya Thom Yorke dkk..

    ReplyDelete
  6. mungkin bahasanya "ga minta makan" tapi belum.. hehehe...

    wahhh masukan yang menarik, bagaimana lo mendefinisikan Pink Floyd itu??
    tapi perlu diinget lho, dahsyat yang lo bilang kan relatif terhadap lo.. hehe..

    ReplyDelete
  7. well ok.. i'll try..
    eh iya, seperti nya untuk beberapa jam belakangan ini (terutama setelah gw memberikan comment) lo mulai jadi tidak produktif d..

    karena gw "mengikuti" tulisan lo...

    ReplyDelete
  8. yeaah gw suka nih metode komunikasi sosial yang implisit gini..

    yowes chat aja sekalian! karena memang kocak.. hehe

    hmm sama nih gw jg sedang memburuh, karena waktu produktif bwt gw sebenarnya di atas jam 10 malam..

    ReplyDelete
  9. i'll kill u if i tell u!! hahahah..

    hmm dan gw semakin tertawa sebenarnya, karena kita masih chat dengan metode seperti ini setelah lo kemudian gw menyetujui nya bahwa ini konyol!! hahaha...

    dan jam sgitu, sbenarnya hal2 yang lo bilang je gw itu gw lakukan secara bersamaan..

    ReplyDelete
  10. bukannya nyontek, tapi ada filosinya..
    tulisan lo kan gw "ikuti", tapi g adil aja kalo gw g kenal "syapa" yang gw ikuti.. dan lahirnya kalimat yang gw tulis tadi (kbtulan lo nilai sbg proses nyontek)adalah teknis dari pengenalan itu..

    yeaah nocturnal, tapi berlebihan..

    pabrik?? hmmmm....

    ReplyDelete
  11. ada dua bahasa simple yang mungkin akan lebih mudah lo baca tapi belum tentu paham dan mengerti..

    1. feeling
    2. takdir

    hehe..

    ReplyDelete
  12. yang pada akhirnya lo belum bisa menerimanya.. hehe..

    hmmm dengan teknis menjawab yang sama, gw akan berkata:

    melalui medium-medium yang meneruskan feeling dan takdir itu pada gw...

    ReplyDelete
  13. wees syapa bilang,, hmmm api gw domisili di jakarta nih, bahasa lo tadi kan dari jawa timur..;

    halah, kelamaan kamu mas, kalo nunggu kamu ngomong yang bener, keburu dibabat sebelah nanti...

    gitu kan kurang lebih?? hehe...

    ReplyDelete
  14. waalaaah, ada yang buat kamus malah.. hehe...

    hmmm total 3 gelas kopi dan 2 jenis rokok..

    so, gw punya beberapa tempat enak untuk menikmati kopi buatan barista..

    ReplyDelete
  15. hmm menurut saya (relatif buat saya) pembicaraan ini suda terlalu jauh mba, dan tidak baik untuk lebih jauh lagi...

    (dalam media ini)...

    ReplyDelete
  16. kali ini gw akan berbicara sambil telanjang..

    media ini tidak memberikan privasi, dan ketika kita mencoba informasi mengenai media yang lain, tetap tidak private juga.. karena bertukarnya juga melalui media yang ini kaan??

    hmmm coba lo onani dengan akal lo,..

    ReplyDelete
  17. owwwh.. tnyata lo seperti itu.. nice.. hehehe..

    ok, test case dl, lo masih mburuh saat ini?? detik ini??

    ReplyDelete
  18. ok.. satu kata: kasian!!
    ahahha..

    raditya_mr

    id ym gw...

    ReplyDelete
  19. eh salah ding..


    raditya_machdi

    ReplyDelete
  20. hei...saya gatal untuk hanya diam dan membaca saja.

    sebelumnya..
    hehe, iyah, saya sudah tau kalau dirimu bukan ibunya icha..haha... aku bacanya ga teliti je.. muaaffff....
    enaknya panggil apaan yah? jeng? huahaha... too femme..:)

    ...........

    tulisan ini,
    hem.. sesuatu yang mungkin tidak akan bisa saya tulis secara lugas. padahal saya yakin ini sangat menarik..
    perempuan, laki-laki, sperma, rahim, orgasme, masturbasi. sesuatu yang berhubungan dengan seksualitas selalu saja menarik.

    hem...

    ReplyDelete
  21. Lelaki lelah di ranjangku, pernahkah kau mengerti? Kau bawa serta sepenggal harap dengan rasa tak bernama. Membiarkan secuil hati koyak untuk kembali menjilati luka, sendiri. Sunyi.

    love that part! :)
    berasa banget. sangat terasa, saya pernah merasakan titik itu. sunyi dan mencoba membuat lelaki itu mengerti.

    lelaki, entah apa yg dipikirkannya. ketika memang dia sudah bisa mengambil hati sang perempuan. apa hanya nafsu saja terus menerus yang ada di benaknya?

    salam kenal :D

    ReplyDelete
  22. Hey!

    nggak banyak yg tau entri2 pada posting saya bisa dikomengin. dan (entah harus thanks god atau menyumpah pada setan) kamu ada adalah salah satu anggota dalam kelompok kecil itu. terima kasih (=

    errr... posting saya yg ini memang amat sangat personal sekali. cuma saya, si lelaki lelah, dan tuhan yg tau apa yg ada di hati dan benak kami masing2 saat itu. yg pasti, ada satu hal yg mungkin kamu salah persepsi pada skenario 'lelaki lelah': tidak ada cinta dan hati yg diambil. itu saja.

    salam kenal kembali (=

    *njiz! tumben gwa sopan!*

    ReplyDelete

Post a Comment

Wanna lash The Bitch?

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Belahan Dada, Anyone?