Gwa percaya manusia baru bisa dibilang manusia kalo dia megang prinsip yang dibentuk dari berbagai sumber. Bisa dari pengalaman sehari-hari, ajaran agama, keyakinan yang dia anut, bacaan, pendidikan, kesadaran mental, de el el lah. Semuanya itu bikin satu pondasi kokoh yang jadi pijakan dan acuan dalam bertindak dan menyikapi peristiwa yang ada di sekeliling. Perlu proses, dan bukan hal yang bisa didapat secara instan. Wah, kalo udah sampe sini gwa kok ngerasanya prinsip itu sama dengan idealisme ya?
Seorang teman menemukan kesadaran baru ketika dia belajar Yoga. Banyak yang berubah dari dia sejak terakhir gwa ketemu. Jadi lebih sabar, tenang, gak gampang misuh, dan semua adalah perubahan baik. Dia bilang ada tata cara melatih nurani untuk ngambil keputusan yang benar. Dan pengambilan keputusan melalui cara ini adalah tingkat tertinggi dari pertimbangan akal. Dengan kata lain: mengalahkan apa yang dinamakan rasio sekalipun!
Saat kenyataan dan idealisme berbenturan, sikap praktis diperlukan. Disini prinsip diuji. Seberapa jauh lo konsisten terhadap apa yang udah lo pegang teguh. Jujur aja, gwa pernah jatuh ke pusaran ini. Gwa pikir gwa ga bisa keluar dari sana, malu karena kebohongan yang gwa lakukan terhadap diri sendiri. Saat itu gwa ga ada ubahnya seperti binatang, yang hanya bisa makan, mati dan mating. Ga ada apologi keluar. Ini semua salah gwa.
Tapi ada satu insting yang sama-sama dimiliki seluruh mahluk hidup di dunia: survival. Kemampuan bertahan hidup. Dan gwa bangkit lagi. Bikin pondasi lagi. Gak gampang, memang. Tapi gwa bisa karena gwa mau. Yang penting gwa tau langkah yang gwa ambil itu benar, meskipun hanya gwa sendiri yang bilang itu benar.
Ternyata, kejatuhan gwa hanya satu diantara berjuta hal yang bikin gwa tambah kuat. No matter what people say.
[Diiringi Radio Freedom dari Fusion-nya Donceh.]
Rajam aku, penggallah, cerai-beraikan tubuhku
Tak beda menurutku
...
[Karena aku masih punya jiwa yang tertinggal yang tak akan bisa kau pasung dan kau hirup]
Seorang teman menemukan kesadaran baru ketika dia belajar Yoga. Banyak yang berubah dari dia sejak terakhir gwa ketemu. Jadi lebih sabar, tenang, gak gampang misuh, dan semua adalah perubahan baik. Dia bilang ada tata cara melatih nurani untuk ngambil keputusan yang benar. Dan pengambilan keputusan melalui cara ini adalah tingkat tertinggi dari pertimbangan akal. Dengan kata lain: mengalahkan apa yang dinamakan rasio sekalipun!
Saat kenyataan dan idealisme berbenturan, sikap praktis diperlukan. Disini prinsip diuji. Seberapa jauh lo konsisten terhadap apa yang udah lo pegang teguh. Jujur aja, gwa pernah jatuh ke pusaran ini. Gwa pikir gwa ga bisa keluar dari sana, malu karena kebohongan yang gwa lakukan terhadap diri sendiri. Saat itu gwa ga ada ubahnya seperti binatang, yang hanya bisa makan, mati dan mating. Ga ada apologi keluar. Ini semua salah gwa.
Tapi ada satu insting yang sama-sama dimiliki seluruh mahluk hidup di dunia: survival. Kemampuan bertahan hidup. Dan gwa bangkit lagi. Bikin pondasi lagi. Gak gampang, memang. Tapi gwa bisa karena gwa mau. Yang penting gwa tau langkah yang gwa ambil itu benar, meskipun hanya gwa sendiri yang bilang itu benar.
Ternyata, kejatuhan gwa hanya satu diantara berjuta hal yang bikin gwa tambah kuat. No matter what people say.
[Diiringi Radio Freedom dari Fusion-nya Donceh.]
Rajam aku, penggallah, cerai-beraikan tubuhku
Tak beda menurutku
...
[Karena aku masih punya jiwa yang tertinggal yang tak akan bisa kau pasung dan kau hirup]
Comments
Post a Comment
Wanna lash The Bitch?