Dear Mr. President

Negara mana sih yang bisa nandingin kerennya Amerika? Asal-muasalnya MTV, tempatnya Hollywood dengan aktor dan aktrisnya yang super-duper cakep dan berbodi keren, yang mata uangnya masih jadi patokan perekonomian dunia, pusat penyanyi seksi bagai mesin seks dengan wajah semurni malaikat...

Dan pengatur dunia.

Beberapa hari yang lalu waktu pulang pagi dan nyasar di televisi lokal ada VoA disana. Beritanya bikin gwa hampir keselek nasi kuning yang jadi sarapan waktu itu: Mr. President of USA merangkul 100 orang pelajar dari negara-negara muslim untuk ikut student exchange. Alasannya? Agar mereka gak memandang negatif mulu ke Amerika.

Yang diwawancara (sebentar) ada 3 orang, satu cowok (Abdul Rahman, kalo gak salah) dan dua cewek (Fatma, Yaman, berjilbab dan cakep banget! Satunya kriwil, dari Yordan). Komentar mereka senada: teman sekolah dan guru disana sangat menghargai perbedaan keyakinan dan mempersilahkan mereka melakukan ritual ibadah pada waktunya.

Terus gwa inget gimana hebohnya protes seluruh dunia menentang perang di Irak. Begitu heboh sampe banyak artis sana yang ngadain konser untuk menolaknya. Tapi perang itu tetap ada: karena negara itu melanggar HAM dan demokrasi. Padahal banyak para pemilih yang gak dateng ke TPS [see point #8]. Emang beneran itu sebabnya, Pak Bush? Apa bukan karena pengen minyak gratis dari sana? *colek-colek Mr. Bush sambil mata genit* Plakkk!!! *duh... digampar Secret Agent..*

Pinter ya, pemimpin negara tu. Wong dia yang ambil keputusan, ngabisin duit the taxpayer untuk beli senjata pemusnah (manusia) massal, ketika salah yang suruh mbenerin malah rakyatnya. Ya udah la. Itu kan jauh disonoh. Jelas beda sama disini. Presiden sini kan cerdas, nyuruh-nyuruh hemat energi. Sayang anak pulak! Bisa bikin pesta gede-gedean buat pernikahan anaknya beberapa hari setelah himbauannya bergaung di berbagai media.

Ah, gwa cuman sirik aja koq, ga bisa tinggal di Amrik dan ngejar mimpi atau jadi mantu presiden =P

Comments

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Story of Women