Dia yang Tak Terjangkau [Babiq la!]
Milik perempuan lain itu duduk di hadapan, dengan semua keangkuhan dan keprofesionalannya. Gwa gak sangka bakal dihadapkan dengan dia. Waktu itu yang ada hanya kaget dan kagum. Titik.
I'm a woman who knows my own interest dan gwa memutuskan untuk suka, cinta, memuja, jatuh (tanpa harus menghamba) pada lelaki. Sama dengan sebagian besar manusia penghuni bumi ini, kesan yang pertama kali gwa lihat adalah muka, kemudian bodi, kemudian fitur-fitur tertentu yang ada--belahan di dagu, celah di pipi yang terbuat oleh tawa, tahi lalat, apapunlah. Dan gwa cuma bisa berteriak 'Anjing!' dalam hati ketika mobilnya berhenti hampir tiap malam di depan warnet yang gwa tongkrongin: nganterin pacarnya.
Setelah interview yang lumayan singkat dan padat itu gwa (sedikit) tau gimana-gimananya lelaki, yang milik perempuan lain, itu. Sistematis, taktis, terkendali. Mungin jabatannya sebagai Head Manager di sebuah perusahaan exportir kerajinan mengharuskan dia bersinggungan dengan bule-bule bawel perfeksionis dan bikin dia terbentuk seperti itu. Gwa yang masih lugu ini *plak!* hanya bisa terbengong-bengong dan menjawab secerdas dan secepat mungkin atas pertanyaannya. Gwa terpesona. Sumpah!
Gak biasa-biasanya gwa liat cowok kayak gitu. Level gwa tuh cuma berani memandang, menelanjangi dari kepala sampe kaki, menilai-nilai gimana rasanya kalo dia jadi pacar gwa, lalu sudah. Hanya sampai disitu. Itupun ngumpet-ngumpet. Apalagi kalo liat mas-mas profesional muda metroseksual yang dari harum semerbaknya aja bisa bikin gwa termimpi-mimpi. Ya, emang hanya itu tingkatannya. Gwa yakin mereka gak anggap gwa ada. Sama halnya dengan semua keseimbangan yang ada di muka bumi ini; cowok-cowok seperti itu biasanya menggandeng mbak-mbak chic nan modis berkulit putih, kaki lencir dan rambut panjang terurai. Gwa cuma bisa ngeces.
Tapi dia beda. Karena ngantor di desa kecil padahal nanganinnya perusahaan berskala besar (meskipun tetep marketing aja kerjanya), itu bikin dia 'down to earth', terjangkau, in a way. Bukan mas-mas profesional muda pada umumnya. Tapi ah... tetap aja ada mbak yang harus dia antar setiap malam atau dinihari. Dan mobil itu masih parkir di depan pagar, dengan dia lelap didalamnya, menanti pagi, kemudian memulai ritual itu kembali: jemput-kerja-antar.
Dan gwa tetap hanya bisa kagum...
I'm a woman who knows my own interest dan gwa memutuskan untuk suka, cinta, memuja, jatuh (tanpa harus menghamba) pada lelaki. Sama dengan sebagian besar manusia penghuni bumi ini, kesan yang pertama kali gwa lihat adalah muka, kemudian bodi, kemudian fitur-fitur tertentu yang ada--belahan di dagu, celah di pipi yang terbuat oleh tawa, tahi lalat, apapunlah. Dan gwa cuma bisa berteriak 'Anjing!' dalam hati ketika mobilnya berhenti hampir tiap malam di depan warnet yang gwa tongkrongin: nganterin pacarnya.
Setelah interview yang lumayan singkat dan padat itu gwa (sedikit) tau gimana-gimananya lelaki, yang milik perempuan lain, itu. Sistematis, taktis, terkendali. Mungin jabatannya sebagai Head Manager di sebuah perusahaan exportir kerajinan mengharuskan dia bersinggungan dengan bule-bule bawel perfeksionis dan bikin dia terbentuk seperti itu. Gwa yang masih lugu ini *plak!* hanya bisa terbengong-bengong dan menjawab secerdas dan secepat mungkin atas pertanyaannya. Gwa terpesona. Sumpah!
Gak biasa-biasanya gwa liat cowok kayak gitu. Level gwa tuh cuma berani memandang, menelanjangi dari kepala sampe kaki, menilai-nilai gimana rasanya kalo dia jadi pacar gwa, lalu sudah. Hanya sampai disitu. Itupun ngumpet-ngumpet. Apalagi kalo liat mas-mas profesional muda metroseksual yang dari harum semerbaknya aja bisa bikin gwa termimpi-mimpi. Ya, emang hanya itu tingkatannya. Gwa yakin mereka gak anggap gwa ada. Sama halnya dengan semua keseimbangan yang ada di muka bumi ini; cowok-cowok seperti itu biasanya menggandeng mbak-mbak chic nan modis berkulit putih, kaki lencir dan rambut panjang terurai. Gwa cuma bisa ngeces.
Tapi dia beda. Karena ngantor di desa kecil padahal nanganinnya perusahaan berskala besar (meskipun tetep marketing aja kerjanya), itu bikin dia 'down to earth', terjangkau, in a way. Bukan mas-mas profesional muda pada umumnya. Tapi ah... tetap aja ada mbak yang harus dia antar setiap malam atau dinihari. Dan mobil itu masih parkir di depan pagar, dengan dia lelap didalamnya, menanti pagi, kemudian memulai ritual itu kembali: jemput-kerja-antar.
Dan gwa tetap hanya bisa kagum...
Wis, gak popo...
ReplyDeleteMasih banyak cowok2 lain yang segendeng dirimu yang bisa mengerti kegendenganmu, dan kamu juga pasti akan mengagumi kegendengannya.
Kalo jodoh takkan kemana... asal kamu jangan tidur aja kalo siang. Kecuali emang nyari jodoh sesama drakula..
dengarkan apa kata heri pit!
ReplyDeleteojo begadul karepmu dewe. :D
*membela Heri*
yey! pe em es mode ni!
ReplyDeletetapi... sarannya boljug. ditampung. direken. dijalankan? nanti dulu!
=P
hehehee.... dia yang ga terjangkau........
ReplyDeletesumpe lo bisa terkagum2 ama orang yang masih sering ngejar cewek laen setelah pulang nganterin si mbaknya.....
jangan putus asa, pit....
ReplyDeletekita sama2 berusaha...
hehehhe...
be strong, gals!!!
Time Will Tell
ReplyDelete