K A N G E N



Udara mengental bersama hasrat terlarut dalam buliran peluh, menggesek kulit yang berkali lipat lebih peka, menerjemahkan sentuhan paling lembut menjadi geletar yang bergerak sepersekian detik dari ujung rambut ke ujung kaki untuk membuncah di antara pertemuan paha dengan paha.

Lelaki dan Perempuan menarikan tarian purba berlatarkan seprai masai, remang lampu, derit ranjang, dan erangan dan desisan dan makian dan nama Tuhan. Menghentak, melambat, berderap, melenguh, menggeram, lalu pungkas dengan helaan nafas panjang.

Pentas selesai. Mereka berbaring bersisian beberapa saat sambil menatap langit-langit dan mengatur sengal-sengal yang tersisa sampai ruangan kembali senyap. Sesungging senyum melebar dari wajah Lelaki saat pangkal pahanya kembali hangat oleh sentuhan.

"Mau lagi?"
"Nggak. Aku kangen."
"Ya ampun. Baru juga selesai, mosok udah kangen," ujar Lelaki sambil merengkuh Perempuan dan membimbingnya berbaring di dada.

Sambil meremas lembut daging yang tak sampai segenggam di tangannya, Perempuan menyahut dengan suara pelan.

"Bukan gitu. Aku kangen, soalnya dulu aku juga punya ginian..." 


Comments

  1. Wuasyem, udah kebawa suasana kirain baca cerita romantis malah dibikin ngejengkang sama kalimat terakhir.

    ReplyDelete
  2. Om Payjo:

    Maaf ya~
    🙊🙊🙊

    ReplyDelete

Post a Comment

Wanna lash The Bitch?

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Story of Women