C A N D U



Apapun yang membuatmu merasa tergantung, tidak bisa lepas, merasa hampa saat itu nggak ada, adalah candu. Termasuk rokok, kopi, ganja, obat, alkohol, dan pacar/selingkuhan/cemceman/fuckbuddy. Candu bagi saya adalah kopi dan rokok. Meskipun nggak segitunya banget, tapi saya tetap merasa mati gaya, buntu, dan nggak bisa mikir saat dua benda itu nggak ada, terutama saat sedang bekerja.

Namun ada masa-masa saya tak berdaya dan mesti pasrah tanpa bisa kabur bersama candu-candu saya. Ketika saya nyeri haid (yang artinya nggak boleh ngopi kecuali saya rela didera sakit perut tak berkesudahan) dan radang tenggorokan (karena asap rokok akan memicu produksi lendir lebih banyak dan membuat sinusitis saya berontak).

Pencapaian saya melawan kecanduan adalah saat masih di Jakarta, sesaat setelah saya tahu bahwa sakit kepala berdentam-dentam seperti ada yang memalu otak, dan bau nanah memuakkan yang terhirup setiap saya bernapas hingga tak mampu membedakan bau lain, adalah positif sinusitis. Saya juga memperhatikan, setiap saya merokok rasanya tak lagi nikmat. Malah membuat kepala semakin berdenyut hebat. Akhirnya saya berhenti merokok. Total enam bulan. Sampai akhirnya saya rasakan kembali nikmatnya merokok.

Dalam rentang enam bulan itu indera penciuman saya terkalibrasi. Saya kembali bisa mengendus bedanya aroma makanan dari warteg sebelah kost dan aroma tahi anjing segar dari husky lucu yang sedang diajak jalan-jalan. Saya bisa tahu teman sebelah kos saya pulang bahkan sebelum dia buka pintu kamar karena aroma parfumnya menjumpai hidung saya terlebih dahulu sebelum ketukan sepatunya menghampiri telinga.

Dan soal candu saya yang lain, kopi... Ah, sudah banyak yang menulis perihal (konon) minuman setan ini. Jadi, biarkan saya menyesap pahit-getir cairan hitam di hadapan saya selagi panas.

To a good life! ☕😤 


Comments

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Belahan Dada, Anyone?