20190112 - Ten Years of Solitude

Credit to the artist. I don't own the copyright.
"Jadi... Selama itu?"
"Ya."
"Mengapa?"
"Karena denganmu aku bisa jadi diriku sendiri."

Aku tergugu. Benakku kaku. Hanya bisa kutatap layar ponselku. Di sana terdapat pesannya, seseorang yang mencariku, dalam hitungan tahun sejumlah jari sepuluh. Wahai. Lelaki memang bajingan. Entah karena terlalu kuatnya ingatan atau memori yang menolak mati. Tapi mengenang dan mencari satu perempuan selama itu, yang hanya dikenal melalui teks lewat internet di antara jutaan perempuan asli yang bisa disentuh dan dikecup, menurutku adalah sesempurnanya kebodohan.

"Sekarang aku tak lagi lajang. Dan langkahmu masih saja panjang."
"Mungkin aku juga belum akan berhenti. Yang aku mau masih banyak, berjenjang-jenjang."
"Dan kau masih sama seperti dulu, tak pernah mau punya seseorang yang menunggu."
"Ya... Buat apa? Aku toh tak menganggap pulang adalah perlu."

Lalu hening. Beberapa detik tak kulihat terketik "B is typing..." meskipun centang satu abu-abu telah berubah menjadi centang dua berwarna biru.

"Bahkan untuk aku?"

Kembali aku yang membeku. Pikirku dibanjiri replay stok lama satu dekade lalu tentang melepaskan pasangan jiwa dan sudut tempatku menjilat luka sendirian. Kemudian pertemuan pada sebuah ruang maya, sapaan hangat yang merembes keluar dari teks hingga memenuhi rongga dada, obrolan panjang hingga rembulan mengecup kening malam dan menyambut pagi, rencana-rencana masa depan, pertengkaran sepele dan lelucon recehan, sampai...

"Kau pernah bilang akan berhenti untukku. Dan aku pernah bilang akan kutemui kau meski harus ke Timbuktu."

Dari sudut bibir, secuil muncul senyumku. Dia masih sereceh itu.

"Dan Donal Bebek memang penipu. Kau tahu kan, ujung dunia tidak di Timbuktu?"

Lalu detik terlewat menit. Dari tempatku duduk, sepi menggantung dari langit-langit. 

"Tapi, B... Bagaimana kalau..."
"Istriku tahu?"

Aku tak berani lagi menyahut. Buatku, terlanggarnya pager ayu siapapun olehku adalah sebulat-bulatnya pembuat kalut.

"Kamu masih ngopi, kan? I promise just one cup, Pit, kalau kamu merasa aku persulit. Aku cuma mau ketemu kamu, tepat di tahun kesepuluh."

Dan aku luluh. Logikaku terbunuh.



       

Comments

  1. Masih 90 tahun lebih singkat kok ketimbang kesunyiannya Marquez hahahaha

    ReplyDelete
  2. dan aku baru ngeuh posting ini ada komennya setelah setahun kemudian. haha.

    ReplyDelete

Post a Comment

Wanna lash The Bitch?

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Story of Women