20190104 - Senandika

Belum terlambat bukan, untuk merefleksi masa-masa terlewat? Masih bisa kan, saya ngroweng tanpa alkohol? Harus bisa, dong! Enak aja!

Jadi...

Entah karena poros bumi yang pakai turbo mode sampai muternya kecepetan, atau memang waktu terasa bergerak seperti kilat sehingga saya ngos-ngosan ngikutinnya. Tapi dua tahun kemarin rasanya memang benar-benar baru kemarin.

Ya... Seperti biasa, sih. Ada yang datang, banyak yang pergi, beberapa terganti. Tapi mungkin karena umur atau otak yang mulai uzur, kehilangan dan endapan sakit sangat terasa banget walaupun nggak bikin pengen goyang. Sementara semua hal bersenang-senang mewujud menjadi sesuatu yang semenjana, tak cukup kuat meninggalkan jejak di benak.

Namun satu hal yang sangat membekas: bahwa saya ternyata takut sendirian, gentar dengan kesepian. Semua teori dan motivasi yang menggegapgempita dan saya pegang sejak dulu kala lama-lama berguguran, berganti dengan kenyataan bahwa rekan seperjombloan saya makin lama makin berkurang, satu-persatu mereka pergi, kawin-mawin dan beranak-pinak atau mati tanpa pernah menggurat satu pun sejarah dalam dunia besar.

Waktu, bagi saya, adalah sebuah misteri besar karena tak ada yang tahu kapan ia berhenti dan akan bergerak ke mana. Dan saya dikejar waktu. Saya belum melakukan apa-apa, sementara saya ingin menjadi sesiapa yang dikenal manusia meskipun hanya seminggu setelah meregang nyawa.

Dan saya nggak tahu. Pikiran kayak gitu wajar nggak to?









Comments

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Belahan Dada, Anyone?