Dia yang Tak Terjangkau [Babiq la!]
Milik perempuan lain itu duduk di hadapan, dengan semua keangkuhan dan keprofesionalannya. Gwa gak sangka bakal dihadapkan dengan dia. Waktu itu yang ada hanya kaget dan kagum. Titik. I'm a woman who knows my own interest dan gwa memutuskan untuk suka, cinta, memuja, jatuh (tanpa harus menghamba) pada lelaki. Sama dengan sebagian besar manusia penghuni bumi ini, kesan yang pertama kali gwa lihat adalah muka, kemudian bodi, kemudian fitur-fitur tertentu yang ada--belahan di dagu, celah di pipi yang terbuat oleh tawa, tahi lalat, apapunlah. Dan gwa cuma bisa berteriak 'Anjing!' dalam hati ketika mobilnya berhenti hampir tiap malam di depan warnet yang gwa tongkrongin: nganterin pacarnya. Setelah interview yang lumayan singkat dan padat itu gwa (sedikit) tau gimana-gimananya lelaki, yang milik perempuan lain, itu. Sistematis, taktis, terkendali. Mungin jabatannya sebagai Head Manager di sebuah perusahaan exportir kerajinan mengharuskan dia bersinggungan dengan bule-bule bawel