Untitled 0.0

Hey, Bodoh.
Saya disini. Saya, yang masih menunggu jendela dengan nama 'asu bajingan' bergoyang saat tersambung ke internet. Terkadang rindu Bandung dan rumah germo kita itu yang riuh tawa penghuni kampung, asap sate, serta cumi bakar (dan Wild World dan Mr. Jay). Atau Warung Indung dengan bercangkir-cangkir Kopi Aroma. Namun saya lebih rindu pada malam di Bunderan dan janji es krim satu liter yang bakal kita habiskan bersama.

Kita masih berteman dan kamu masih soulmate saya. Saya hanya menjauh untuk memberi ruang pada kesayangan barumu agar dia bisa beradaptasi dengan kamu dan lingkaranmu. Kebetulan pilihan saya untuk melacur pada pabrik penghasil topeng di ibukota demi segelintir rupiah membuat saya tidak bisa bergerak belakangan ini. Dan uang yang sedikit itu seperti pasir dalam genggaman, meluncur cepat dari sela jemari saat upah dibagikan. Jadi, maafkan jika saya lupa berkabar karena belum lunas tagihan pasca bayar.

Kamu perlu seseorang untuk dirimu, yang kamu pilih sendiri, dan bukan sekedar teman. Stop berpikir tentang hal besar barang sejenak. Dunia tidak berada di pundakmu untuk jadi bebanmu sendiri. Jesus destined to do that, not you. Nikmati sepoi angin, terik matahari pukul satu, rinai hujan di tengah hari panas, sesayup nyanyian fals pengamen jalanan, klakson Kopata yang berkoar seperti weker milik Spongebob, Ave Maria, nasi kuning, gudeg Wijilan, serta jeda mengajar. Kemudian, berbagilah dengan perempuan itu. Bantu dia untuk mengerti kamu ketika kamu berusaha memahami dia. Kamu perlu itu.

Akhirnya berujung sudah malam-malam panjang argumen ngotot saya tentang mengapa kamu perlu pacar. Gerilyawan dalam dirimu sudah mulai berhuma, meskipun kutukan saya masih sempat melekat. Semoga dia orang yang tepat dalam membantumu menyiapkan ransum saat harus 'ambush' ke kota. Mudah-mudahan kamu menemukan patrun baru darinya dan akan kamu limpahi cinta sebesar kasihmu pada patrun lama. Mas-mas yang terbagi secara geografis? Mungkin salah satunya akan jadi kesayangan saya. Doakan saja. Mudah-mudahan nanti si mas yang malang itu cukup tabah punya seseorang seperti saya yang terobsesi pada kematian muda dan tidak gantung diri sesaat setelah saya dikafankan. Atau jadi pastur dan hidup selibat.

Sungguh, saya akan selalu ada untuk kamu. All you've got to do is buzz or text me. Or simply give me misscalled. I'll call you back. Perlu lebih dari sekedar santet anti cewek gendut untuk mengenyahkan saya dari kehidupanmu. Apalagi cuma pacarmu. Saya juga masih mengklasifikasikan kamu sebagai penasihat penggerutu yang bakal saya cerna sabdanya saat saya harus memilih antara menggunakan intuisi atau rasio. Saya masih perlu kamu untuk melatih kemampuan berpikir dan mengetik cepat saat harus menangkis semburan panah dari jari dan otakmu. Dan kita masih akan saling misuh hingga ajal menjelang *halah!*

Sudah. Tidak usah minta simpati orang lain karena saya berubah. Kamu hanya Si Bodoh Berkepala Batu yang gengsinya nyundul langit. Titik.


ps. you know who you are.

Comments

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Belahan Dada, Anyone?